Petuah Ayah Cot Trueng: Pahami Bencana sebagai Teguran
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Sebagai umat Islam, akidah kita mengajarkan bahwa suatu bencana yang terjadi tidaklah berlangsung tanpa sebab. Ada akibat, pasti ada sebabnya dan pasti ada ulah manusia sebagai pengundang bencana.
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan banyaknya ayat-ayat dalam Alquran yang menjelaskan adanya korelasi antara terjadinya bencana dengan pengingkaran-pengingkaran yang dilakukan oleh manusia. Inilah kebenaran yang seringkali diingkari oleh kebanyakan manusia.
Kendati demikian, sebuah bencana kadangkala juga dimaksudkan sebagai ujian bagi iman kita. Jika kita adalah orang-orang yang beriman, yang menjalani syariat Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, maka jalan terbaik untuk menghadapi suatu bencana atau musibah adalah dengan sabar serta meningkatkan amalan kebaikan.
Hal tersebut antara lain disampaikan oleh ulama kharismatik Aceh, Tgk H Muhammad Daud atau yang akrab disapa Ayah Cot Trueng.
Menurut ulama yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Tasawuf, Tauhid dan Fiqh (Tastafi) Aceh ini, semua musibah termasuk tsunami, harus dimaknai sebagai teguran Allah atas kelalaian umat karena selalu mengutamakan kebutuhan dunia.
Sedangkan keimanan manusia, menurutnya masih hanya sebatas pengakuan dengan lisan atau diimplementasikan saat beribadah saja, tidak dalam seluruh aspek kehidupan.
“Maka dengan turunnya cobaan, Allah hendak memperingatkan kita bahwa seluruh makhluk dan tadbirnya (pengaturan) berada di dalam genggaman qudrah Allah,” ujar Ayah Cot Trueng kepada The Aceh Post, Kamis, 17 Desember 2020.
Menurut Ayah Cot Trueng yang juga pimpinan Dayah Raudhatul Ma’arif Aceh Utara ini, untuk terimplementasikan keimanan dalam seluruh aspek kehidupan, semuanya harus mempunyai ilmu tiga pilar agama, yaitu ilmu tauhid untuk benarnya keimanan, ilmu fikih untuk benarnya beribadah dan benarnya tindakan dalam seluruh aspek kehidupan, dan ilmu tasawuf untuk kebersihan hati agar keimanan kita bisa melahirkan amalan dan tindakan yang benar.
Maka, Ayah Cot Trueng mengajak seluruh masyarakat merenungkan tentang sebab-sebab terjadinya suatu bencana.
“Di tengah berbagai bencana dan musibah lainnya yang sering terjadi di negeri kita, seberapa banyak pengingkaran kita kepada Allah di balik suatu bencana itu? Dengan demikian, marilah kita kembali ke jalan Islam dengan langkah mengerjakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya,” pintanya.
Ia menambahkan, begitu juga hendaknya terus mewarnai hidup dengan ragam amalan yang bersifat sunnatiah yang dengan itu akan bisa menutup “bolong” ibadah wajib kita.
“Sembari itu, marilah tiada hentinya kita terus berupaya mendekatkan diri dan tawakal kapada-Nya, meningkatkan kualitas iman, amal dan takwa kita untuk mendapatkan ampunan dan surga-Nya. Dengan demikian, berharap negeri kita menjadi benar-benar negeri impian yang bergelar baldatun thibatun wa rabbun ghafur, negeri yang baik dan penduduknya penuh dengan ampunan Allah SWT,” ajaknya.
“Melalui Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2020 ini, marilah kita semua menjadikan momen peringatan ini sebagai media pembelajaran diri, introspeksi diri, dan perbaikan diri untuk kembali ke jalan Islam dengan selalu mengerjakan perintah Allah SWT dan Rasulul-Nya serta menjauhi segala larangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Amin,” pungkasnya. []
Tulisan selengkapnya dapat dibaca pada Tabloid Theacehpost versi cetak dan epaper pada Jumat, 25 Desember 2020.