Perjalanan Usaha Ati Karya Rotan, Raup Cuan hingga Rekrut Karyawan
THEACEHPOST.COM | Jantho – Suriati merupakan seorang ibu rumah tangga tangguh yang membuka bisnis kerajinan rotan di Lhoknga, Aceh Besar.
Saat ditemui di Tower Coffee, Kuta Alam, Banda Aceh, Suriati sangat antusias menceritakan perjalanan panjang dari pengalamannya merintis usaha bisnis kerajinan rotan yang diberi nama Ati Karya Rotan.
Ati Karya Rotan sudah dirintis kurang lebih 12 tahun lamanya. Bisnis ini ia jalankan untuk membantu meringankan perekonomian keluarga.
Perjalanan Usaha Ati Karya Rotan
Ati Karya Rotan berdiri sejak tahun 2012. Namun cikal bakal berdirinya Ati Karya Rotan berangkat dari kisah Suriati yang terpaksa harus pulang ke kampung halamannya di Keude Bieng pasca Aceh dilanda tsunami. Sebelum tsunami terjadi, Suriati menetap di perkotaan bersama suaminya.
Selama berada di kampung halaman, Suriati aktif dalam sebuah kelompok organisasi kerja bersama ibu-ibu di daerah setempat. Suriati dan ibu-ibu lainnya saling belajar bersama untuk mengkreasikan anyaman rotan.
Ketika kelompok ibu-ibu ini mulai mandiri dan organisasi kerja itu merasa tidak perlu lagi mendampingi, akhirnya tercetus ide dalam diri Suriati untuk memulai sebuah bisnis usaha melalui kerajinan rotan.
Awalnya Suriati menganyam rotan dan produknya dititipkan di tempat orang. Produk yang terjual mendapat testimoni positif dari konsumen yang menyukai karya-karya rotan buatan Suriati.
Namun sayang, karena metode jualnya titip sama orang membuat pembayaran atas produk-produknya agak sedikit tersendat.
Kemudian, dengan bermodalkan Rp 200 ribu pada masa itu, Suriati lalu membuat lagi anyaman rotan. Saat itu ia tidak lagi menitipkan produknya di tempat orang, melainkan disangkut atau dipajang di depan rumah dengan harapan ada pembeli yang berminat terhadap anyaman rotan buatannya.
“Alhamdulilah, begitu saya sangkut di depan rumah, langsung ada yang beli. Jadi saya makin tambah semangat kan. Kemudian saya bikin terus anyaman rotannya. Perlahan-lahan usahanya mulai mengalami perkembangan, sampai saya bikin pondok untuk karya-karya rotan di situ,” kata Suriati, Senin (19/8/2024).
Selang tiga bulan kemudian, Suriati mulai merekrut karyawan untuk membantu produktivitas kerjanya. Usaha kerajinan rotan tidak hanya membawa keberkahan bagi Suriati, tetapi juga membawa kebaikan untuk masyarakat sekitar.
Ia menjual karya-karya buatannya dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 3 juta. Produk-produk yang menyentuh harga jutaan jenisnya seperti kursi hingga meja makan dari anyaman rotan. Besaran omset yang diperolehnya dari usaha ini berjumlah antara 30 hingga 40 persen dari modal dasar.
Suriati menggunakan media sosial sebagai wahana untuk mempromosikan dan mensosialisasikan produk-produk rotan buatannya. Pemesanan rotan bisa melalui akun Instagram Ati Karya Rotan.
Kebangkitan Ekonomi Berbasis Rotan
Seperti harapan pada umumnya, Suriati sangat berharap usahanya bisa terus berkembang dan bertahan hingga waktu yang lama. Ia mengatakan bahwa usahanya ini sangat bernilai positif bagi kebutuhan finansial keluarga, karena dari anyaman rotan, ia berhasil menyekolahkan anak-anaknya.
Suriati menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah berhenti menjadi pengrajin rotan. Menurutnya, ada peluang besar dari potensi sumber daya rotan yang diharapkan bisa menjadi sumber kebangkitan ekonomi daerah.
Ke depan, Suriati memiliki impian untuk merekrut lebih banyak lagi karyawan. Ia ingin memberdayakan masyarakat agar keberkahan dari Ati Karya Rotan bisa dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan masyarakat.
“Saya memiliki impian untuk merekrut lebih banyak lagi karyawan, karena banyak saudara kita di kampung-kampung itu adalah pengrajin rotan. Sehingga, Ati Karya Rotan bisa menjadi wadah untuk membantu perekonomian penduduk yang ada di kampung-kampung,” pungkasnya. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News