Perjalanan Pendidikan dan Kepemimpinan Ulama Aceh, Tu Sop Jeunieb
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Tgk. H. Muhammad Yusuf bin A. Wahab, yang akrab disapa Tu Sop, adalah seorang ulama kharismatik dari Aceh yang memiliki perjalanan pendidikan dan karier yang mengesankan. Setelah menimba ilmu di bawah bimbingan Abon Samalanga, seorang ulama besar, Tu Sop melanjutkan pendidikannya di Mekkah Al-Mukarramah pada tahun 1993. Selama empat tahun, ia mendalami ilmu agama di Masjidil Haram di bawah bimbingan Syeikh Sayed Muhammad Ali, seorang ulama sufi bermazhab Maliki.
Pada tahun 1997, setelah menyelesaikan studinya di Mekkah, Tu Sop kembali ke Aceh dan kembali mengajar di Dayah MUDI Mesra, Mideun Jok, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Empat tahun kemudian, pada pertengahan tahun 2001, ia secara resmi diangkat menjadi pemimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah di Kecamatan Jeunieb, Bireuen. Kepemimpinan ini melanjutkan peran ayahnya yang ingin lebih fokus pada Dayah Babussalam Putri.
Selain memimpin dayah tersebut, Tu Sop juga dikenal sebagai Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) untuk periode 2018-2023, sebuah organisasi yang menaungi ulama-ulama pimpinan dayah salafiyah di Aceh.
Tu Sop dilahirkan pada tahun 1964 di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Bireuen, dari pasangan Tgk. H. Abdul Wahab bin Hasballah dan Hj. Zainab binti Muhammad Shaleh. Ayahnya, Tgk. H. Abdul Wahab, juga merupakan seorang ulama yang berpengaruh di Bireuen. Tu Sop memiliki tiga saudara: Hj. Hasanah, Tgk. H. M. Hasan A Wahab, dan Hj. Halimah.
Riwayat pendidikan Tu Sop dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1 Jeunieb pada tahun 1970. Setelah lulus pada tahun 1976, ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jeunieb, sambil terus belajar ilmu agama di Dayah Darul Atiq Putra Jeunieb. Pada tahun 1980, ia melanjutkan studinya di Dayah MUDI Mesra, dan mulai mengajar di sana pada tahun 1985.
Kini, selain memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Tu Sop terus berkontribusi dalam dunia pendidikan dan keagamaan di Aceh melalui berbagai peran penting yang diembannya.
Gerakan Sosial dan Keagamaan
Gerakan sosial yang digagas oleh Tu Sop terus berkembang, meskipun saat ini jumlah rumah yang terbangun belum terlalu banyak. Namun, semangat untuk terus memperbesar gerakan ini tak pernah surut. Tu Sop berkomitmen untuk menjadikan gerakan ini sebagai solusi atas berbagai persoalan kemiskinan yang masih membelenggu masyarakat Aceh. Gerakan ini juga sejalan dengan prinsip “berlomba-lomba dalam kebaikan,” yang menjadi visi utama Tu Sop.
Proses pembangunan rumah dhuafa ini melibatkan partisipasi aktif dari para jamaah pengajian yang dipimpin oleh Tu Sop, serta dukungan dari para relawan BMU yang tergabung dalam Gerakan Peduli Ummat (GPU). Di bawah kepemimpinan Murthala sebagai Ketua GPU dan Abiya Rauhul sebagai Ketua BMU, donasi dari para dermawan terus mengalir untuk mendukung pembangunan rumah bagi mereka yang membutuhkan.
Sebagai Imam Besar BMU, Tu Sop memainkan peran sentral dalam menggerakkan organisasi sosial ini. Beliau secara konsisten memotivasi para relawan untuk melanjutkan perjuangan mereka dalam mengumpulkan donasi dan memperluas dampak sosial BMU.
Di bidang keagamaan, Tu Sop aktif mengisi pengajian di berbagai tempat, baik di dalam maupun luar Aceh. Beliau kerap diundang oleh masyarakat Aceh di Pulau Jawa dan Malaysia untuk memberikan tausyiah dan membimbing pengajian. Tu Sop juga dikenal karena keterlibatannya dengan berbagai majelis, termasuk Majelis Tastafi, Sirul Mubtadin, Jama’ah Tabligh, dan organisasi Hidayatullah yang berbasis nasional.
Dengan dedikasinya di bidang sosial dan keagamaan, Tu Sop telah menjadi figur penting yang menginspirasi banyak orang di Aceh dan sekitarnya. []