Perayaan 12 Rabiul Awal di Aceh: Tradisinya Belum Menyeluruh, Regulasinya Diharapkan

Anggota DPP ISAD Aceh, Junaidi. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM – Aceh, sebuah provinsi yang dikenal dengan penerapan syariat Islam, belum sepenuhnya memperlihatkan perayaan 12 Rabiul Awal di setiap daerah.

banner 72x960

Hanya sebagian dayah, pesantren, dan beberapa masjid yang melaksanakan perayaan maulid Nabi Muhammad Saw melalui pembacaan zikir, maulid, serta kenduri sederhana.

Perayaan maulid di Aceh memang memiliki variasi tradisi dan waktu di tiap kabupaten/kota. Namun, ada harapan agar peringatan maulid Rasulullah dapat dilaksanakan serentak di seluruh wilayah Aceh pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Minimal, hal tersebut dapat diwujudkan dengan pembacaan kisah nabi, tausiyah tentang sejarah kelahiran Rasulullah, atau memperbanyak shalawat sepanjang hari itu.

Namun, suasana peringatan ini belum terlihat di tempat-tempat publik seperti kedai kopi dan lokasi berkumpulnya masyarakat.

Tidak tampak dekorasi seperti spanduk, pamflet, atau penggunaan audio-visual yang mencerminkan perayaan maulid nabi. Mengingat Aceh merupakan daerah yang menerapkan syariat Islam secara penuh, sudah saatnya pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan atau regulasi yang mengatur perayaan hari-hari besar Islam, termasuk maulid Nabi Muhammad Saw.

Saran ini dinilai penting untuk menjaga kekhususan Aceh sebagai provinsi yang menjalankan syariat Islam.

Regulasi tersebut dapat mendorong seluruh elemen masyarakat, baik di institusi keagamaan, fasilitas umum, maupun tempat-tempat nongkrong seperti kedai kopi, untuk berpartisipasi dalam memperingati hari-hari besar Islam.

Peringatan yang diatur dengan baik dapat memperkuat identitas keislaman masyarakat Aceh serta meningkatkan pemahaman dan cinta umat terhadap sejarah dan teladan Nabi Muhammad Saw.

Pembacaan sirah nabawiyah juga sangat diperlukan untuk mengingat kelahiran Baginda Nabi Saw dan menjadikannya pedoman hidup.

Hal ini penting agar generasi saat ini tidak kehilangan jejak sejarah Rasulullah dan mampu meneladani akhlak beliau.

Sebagai pelajaran dan bahan introspeksi, pembacaan manaqib Rasulullah juga sangat diperlukan dalam memperbaiki akhlak, sesuai dengan sabda beliau: “Sesungguhnya aku diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak”.

Penulis: Junaidi

Anggota DPP ISAD Aceh dan Tenaga Pengajar Hukum STISNU Aceh

Baca opini terbitan The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp

Komentar Facebook