Pentingnya Membangun Industri Ekonomi Aceh

Sebanyak 20 ribu bibit ayam broiler dipasok ke dalam kandang peternakan ayam milik Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Alue Punti, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya, Kamis, 24 Agustus 2023.

Theacehpost.com | ACEH JAYA – Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Alue Punti, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya terbilang inovatif. BUMG ini mampu membangun peternakan dengan 20 ribu lebih ayam broiler di dalamnya. Keuntungan usaha ini dalam setahun bisa mencapai Rp450 juta.

banner 72x960

Keuchik Gampong Alue Puntie Hamdin, kepada theacehpost.com, Kamis, 24 Agustus 2023 menjelaskan, baru-baru ini mereka sudah panen. Tidak lama berselang, mereka sudah kembali memasok bibit ayam yang kini baru berumur dua hari sebanyak 20 ribu ekor. Teknik peternakan menerapkan metode closed house untuk mencegah pencemaran. Pemberian pakan dan air minum pakan diatur sedemikian rupa sehingga bisa berjalan otomatis.

Dari pengelolaan peternakan ayam mampu menggaji tenaga kerja tetap empat orang sebesar Rp4 juta, serta ditanggung biaya makan di luar gaji. Mereka dibantu oleh tenaga kerja lepas sebanyak empat orang juga. Hasil keuntungan digunakan juga untuk kegiatan sosial dan dijadikan modal pengembangan peternakan.

Per 32 hari ayam sudah siap panen, dijual ke perusahaan mitra, yang juga menjadi pemasok bibit ayam, pakan, dan obat. Pakan ayam tersebut didatangkan dari Medan, Sumatra Utara. Hamdin mengharapkan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dapat mendirikan pabrik pengolahan pakan. Diyakini Aceh Jaya mampu memproduksi bahan baku pakan sendiri seperti jagung. Otomatis para petani jagung akan terbedayakan dari segi peningkatan ekonominya.

Ketua Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Aceh Muhammad Balia menyampaikan hal senada dengan Hamdin. Menurutnya, pembangunan industri pengolahan pertanian, perkebunan, dan peternakan sangat dibutuhkan di Aceh untuk meningkatkan nilai jual produk. Selama ini banyak hasil produksi dari sektor tersebut dijual secara mentah ke luar daerah. Hadirnya pabrik industri saus misalnya, meskipun produksi cabai dan tomat melimpah, harganya tidak akan merosot dan produknya bertahan lama.

“Hasil produksi pengolahan dapat dijual di dalam dan ke luar daerah. Warga diimbau menggunakan produk lokal,” pungkasnya.

Balia menjelaskan pembangunan industri merupakan bentuk pemerataan ekonomi dari hulu ke hilir. Di samping itu pula dapat menyerap tenaga kerja. Para pemuda dapat dilatih agar memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan industri. Pembangunan pabrik industri juga akan membantu ketahanan pangan Aceh serta menekan angka inflasi.

Peningkatan produksi dan kualitas hasil pertanian, peternakan, dan perkebunan termasuk perlu dilakukan melalui penggunaan teknologi digital. Kalangan pekerja sektor tersebut dibekali kemampuan teknologi dengan pelatihan-pelatihan. “Tidak menutup kemungkinan jika ke depan produk asal Aceh bisa bersaing bahkan melakukan ekspor. Apalagi letak Aceh secara geografis berdekatan dengan negara-negara tetangga,” tuturnya.

Balia menambahkan perkembangan teknologi digital semakin pesat seperti e-commerce dan layanan kemudahan transaksi digital. Kemudahan layanan digital memudahkan pemasaran produk. Transaksi dan pemasaran produk dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan jangkauannya mampu menggapai ke daerah pelosok hingga ke berbagai belahan dunia.

Pengamat Ekonomi dan Politik Universitas Muhammadiyah (Unmuha) Banda Aceh Dr Taufiq A Rahim menyampaikan kontribusi ekonomi Aceh berasal dari sektor pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, reparasi sepeda motor, administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial.

“Rendah dan lambannya pertumbuhan ekonomi karena Aceh bukan kawasan industri yang dapat menciptakan stimulus secara cepat dan tinggi,” pungkasnya kepada theacehpost.com, Banda Aceh, Kamis, 24 Agustus 2023.

Membangkitkan ekonomi Aceh mesti dilakukan dengan aktivitas ekonomi modern, industri barang dan jasa, peningkatan modal pada sektor dasar, pemberdayaan masyarakat sektor riil, UMKM, sektor informal, industri rumah tangga, juga didukung sektor keuangan dan perbankan yang berpihak kepada rakyat. Aktivitas ekonomi dan produksi, juga pelaksanaan pembangunan jangan terpusat di perkotaan.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan di Aceh, lanjut Taufiq, maka pemerintah perlu menyediakan industri. Bahan baku pertanian, perkebunan, dan perikanan, diolah terlebih dahulu menjadi sebuah produk sehinnga memiliki nilai tambah. Selama ini bahan baku dari Aceh kemudian dijual ke Medan dan diolah ke sana, kemudian dijual kembali ke Aceh berupa produk.

“Industri pengolahan dibutuhkan di Aceh. Produk hasil olahannya didistribusikan terlebih dahulu hingga mencukupi kebutuhan di Aceh, baru kemudian boleh dijual keluar daerah,” terangnya.

Upaya lainnya menciptakan ketahanan pangan di Aceh yakni dengan pemberian bantuan bibit pertanian berkualitas kepada petani. Jangan sampai pemberian bantuan bibit tersebut dijadikan proyek sehingga kualitasnya rendah. Akibatnya petani terpaksa menjual kembali bibit tersebut sebab tidak dapat digunakan. Hal ini diperparah dengan harga pupuk subsidi yang berada di atas harga pasar karena permainan mafia.

Taufiq menambahkan bahwa layanan digital dapat mendukung perkembangan sektor basic di Aceh. Namun demikian, pemahaman penggunaan layanan digital di daerah perdesaan tidak semelek warga perkotaan. Jaringan internet di perdesaan juga tidak secepat dibayangkan. Oleh karenanya, pemerataan dan percepa tan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di 23 kabupaten/kota di Aceh dapat segera dilakukan. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *