Pembatasan Volume Pengeras Suara di Arab Saudi Picu Polemik

Ilustrasi. (Foto kolase: Global Village Space)

Theacehpost.com | RIYADH — Menteri Urusan Islam Arab Saudi, Abdullatif al-Sheikh mendukung perintah pembatasan volume pengeras suara (toa) masjid.

banner 72x960

Dia mengatakan, perintah kontroversial itu merupakan respons dari banyaknya keluhan mengenai kebisingan yang berlebihan.

Dalam kebijakan tersebut, Kementerian Urusan Islam mengatakan bahwa pengeras suara harus diatur tidak lebih dari sepertiga volume maksimal.

Perintah tersebut juga menerangkan pembatasan penggunaan pengeras suara terutama untuk mengumandangkan adzan, memicu kontroversi di media sosial.

“Mereka yang ingin shalat tidak perlu menunggu (kumandang) azan,” kata Sheikh dalam sebuah video yang ditayangkan televisi pemerintah.

“Mereka harus berada di masjid terlebih dahulu (sebelum waktu shalat tiba),” sambungnya, dikutip dari Alaraby, Selasa, 1 Juni 2021.

Dia mengatakan, beberapa saluran televisi telah menyediakan doa dan pembacaan Alquran.

Sheikh juga menambahkan bahwa pengeras suara hanya ditujukan untuk tujuan terbatas.

Respon positif banyak bermunculan sebagai dukungan untuk mengurangi tingkat desibel.

Namun sebagai negara mayoritas Muslim yang memiliki ribuan masjid, perintah ini juga menuai kecaman dan kebencian di media sosial.

Tagar yang menyerukan pelarangan musik keras di restoran dan kafe juga menjadi ramai diperbincangkan warganet.

Di sisi lain, Sheikh mengatakan kritik terhadap kebijakan itu disebarkan “musuh kerajaan” yang “ingin memancing opini publik”.

Arab Saudi sebelumnya telah meniadakan polisi agamanya, yang pernah menimbulkan ketakutan yang meluas berupa mengejar pria dan wanita keluar dari mal untuk berdoa dan mencaci-maki siapa pun yang terlihat berbaur dengan lawan jenis.

Pangeran Mohammed telah menjanjikan Arab Saudi yang “moderat” ketika ia mencoba untuk mematahkan citra kerasnya, namun secara bersamaan menindak keras perbedaan pendapat.

Selama tiga tahun terakhir, kerajaan telah menangkap puluhan aktivis perempuan, ulama, jurnalis, serta anggota keluarga kerajaan. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *