Pak Jokowi, Siswa SD Siron Seberangi Sungai Habitat Buaya Demi Bersekolah

Warga menerjang arus Sungai Keumireu, Gampong Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Jumat 5 Februari 2021. (Foto: TAP/Eko Deni Saputra).

Theacehpost.com | ACEH BESAR – Para siswa-siswi sekolah dasar (SD) ini seakan tak menyadari, hampir setiap hari mereka bertaruh nyawa menerjang arus sungai untuk pergi ke sekolah.

banner 72x960

Tak hanya kala pergi ke sekolah, siang harinya pun para siswa melakukan proses yang sama.

Mereka seakan tak takut akan bahaya yang sewaktu-waktu bisa menimpanya. Hanyut? Sudah pernah terjadi.

Ironisnya, kondisi tersebut sudah berlangsung selama dua tahun terakhir ini.

Perjuangan tersebut lantaran akses penghubung berupa jembatan satu-satunya di desanya telah hanyut diterjang banjir bandang.

Alhasil, hampir setiap hari mereka terpaksa menyeberangi sungai sejauh 25 meter dengan debit air yang senantiasa dapat berubah.

Apalagi, sungai yang mereka lewati itu juga disinyalir merupakan habitat buaya.

Bahkan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh juga telah menerbitkan papan pengumuman yang terpampang di sekitar kawasan sungai.

Kondisi ini tentu mengancam keselamatan para siswa.

Papan imbauan dari BKSDA Aceh. (Foto: TAP/Eko Deni Saputra)

Beruntung, pada Jumat, 5 Februari 2021 arus Krueng (sungai) Keumireu, Gampong Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, tak begitu deras, sehingga para siswa dapat melaluinya dengan aman.

“Robohnya jembatan itu Desember 2018. Sejak saat itu sampai sekarang, kalau arus sungai deras anak-anak tidak sekolah,” ujar Sekretaris Desa (Sekdes) Siron Blang, Anwar, saat ditemui theacehpost.com, di desa setempat, Jumat, 5 Februari 2021.

Untuk menyiasati agar para siswa tidak ketinggalan mata pelajaran, pihak sekolah kerap berinisiatif menggelar proses belajar mengajar di lokasi permukiman para murid tinggal.

“Ada upaya guru untuk buat sekolah di menasah, satu minggu tiga kali kalau musim banjir,” ungkap Sekdes.

Sekdes Anwar bercerita, di Desa Siron Blang sudah dua kali dibangun jembatan. Namun, keduanya hanyut diterjang derasnya aliran sungai.

“Pertama (dibangun) jembatan gantung, lalu baru dibuat jembatan kayu (darurat), bertahan hanya enam bulan, datang banjir diterjang sekali lagi,” sebut Anwar.

Katanya, ada upaya dari Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) setempat memberikan perahu karet, namun hanya bertahan sekitar empat bulan.

“Habis itu swadaya masyarakat buat rakit,” ungkapnya.

Lokasi yang menghubungkan Gampong (desa) Siron Blang dengan Siron Krueng ini, kata Anwar, merupakan jalur tercepat untuk ke sekolah.

“Tidak ada jalur alternatif (lebih dekat), harus keliling melalui waduk sejauh 18 kilometer. Kalau melalui sungai ini hanya 500 meter,” ungkapnya.

“Yang sayangnya itu misalnya ada orang melahirkan, kalau kita bawa dari sini keliling lewat waduk. Bahkan sempat ada yang melahirkan di tengah jalan (menuju Puskesmas),” katanya menambahkan.

Tak hanya itu, akibat tak kunjung dibangunnya jembatan tersebut, keselamatan anak sekolah pernah terancam.

“Hari itu pernah nyeberang anak sekolah, hanyut. Sudah tiga kali kejadian. Alhamdulillah, selamat, dapat bantuan,” katanya.

Anwar mengaku, pihaknya sudah berulang kali melayangkan permohonan kepada pemerintah agar jembatan di desanya segera dibangun kembali. Namun, hingga kini nihil.

“Pernah dijanjikan pemerintah akan membangun jembatan, sudah berkali-kali, bukan sekali dua kali janjinya. Padahal, kami sangat mengharapkan dibangunnya kembali jembatan itu,” pungkasnya.

Berharap kepada presiden

Lokasi jembatan yang ambruk diterjang banjir pada 2018 silam di Gampong Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Jumat 5 Februari 2021. (Foto: TAP/Eko Deni Saputra).

Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Siron, Khairul Azmi mengaku sudah setahun ini dirinya terpaksa berjalan melawan arus sungai kala pulang pergi sekolah.

Namun, kebiasaan yang telah dilaluinya secara rutin tersebut pernah membuat dirinya was-was, yaitu akan hanyut dan ketinggalan pelajaran.

“Kalau pergi sekolah nyeberang sendiri, tidak takut (buaya). Bila airnya besar, kami libur. Airnya dalam kalau deras, seleher dan (saya) pernah hanyut,” kata Khairul.

Siswa kelas enam SDN Siron, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, itu juga menjelaskan kebiasaan yang tak suka Ia alami saat pergi ke sekolah.

“Baju sekolah dan sepatu jadi basah. Kalau sampai rumah sekolah sepatu dilepas,” sebutnya.

Khairul berharap, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat mewujudkan impiannya dengan membangun jembatan baru yang kokoh.

“Pak Jokowi kami ingin dibangun jembatan biar kita bisa (dimudahkan untuk pulang pergi) ke sekolah lagi,” pintanya. []

Lihat juga: FOTO: Mengejar Mimpi dari Seberang Sungai

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

Sudah ditampilkan semua