Obituari Abusyik: Tak Mau Bakar Peci
THEACEHPOST.COM | Sigli – Mantan Bupati Pidie periode 2017-2022, Roni Ahmad atau populer dengan panggilan Abusyik meninggal dunia pada Sabtu (26/4/2024) dini hari.
Abusyik meninggal sekitar pukul 02.15 WIB di Rumah Sakit Umum Teungku Chik Di Tiro, Sigli, Pidie. Almarhum meninggal akibat penyakit yang dideritanya selama 10 bulan terakhir.
Abusyik meninggal dunia dalam usia 56 tahun.
Sesuai informasi, jenazah Abusyik dikebumikan di kampung kelahirannya di Desa Puuk, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie. Almarhum dimakamkan di samping kuburan istri pertamanya, Syarifah, di komplek pemakaman umum Desa Puuk.
Dilansir dari Media Indonesia, Staf Ahli Bupati Pidie bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, H Idhami mengatakan, semasa hidupnya Abusyik terkenal dengan wataknya yang keras dan tegas dalam memimpin Pidie.
Abusyik tak ingin keputusannya membangun Pidie melabrak ketentuan hukum yang berlaku.
“Abusyik saat memerintah Kabupaten Pidie selalu mengingatkan kepada jajarannya agar berhati-hati dan selalu berpedoman pada regulasi yang benar,” jelas Idhami.
Abusyik juga dikenal cukup dekat dengan ulama. Setiap ada kebijakan pemerintahan yang bersinggungan dengan agama dan sosial, Abusyik selalu meminta restu ulama, apalagi yang menyangkut dengan syariat Islam.
“Abusyik selalu mengingatkan kami untuk mendekati ulama dan jangan pernah melangkahi nasihat orang-orang alim. Abusyik semasa hidupnya sering mengunjungi ulama untuk meminta nasihat dan masukan,” kata Idhami.
Selain itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Pidie, Tgk Muhammad Ismi Abdul Jalil atau akrab disapa Abu Ilot mengenang Abusyik sebagai pria dengan kepribadian yang sangat teguh dalam menegakkan syariat Islam.
Abusyik sangat keras menjalankan pemerintahan di Pidie harus benar-benar sesuai dengan hukum fiqh.
Seperti komitmen Abusyik dalam mengawasi tempat keramaian di lokasi wisata. Lokasi wisata di Pidie tidak boleh menjadi tempat maksiat, apalagi khalwat atau berdua-duaan antar lawan jenis sangat tegas dilarang.
“Pernah ada peristiwa tanah wakaf Teungku Syik Di Anjong ada pihak ingin membangun toko tempat penjualan, namun Abusyik langsung mengeluarkan surat resmi tidak boleh mengoyak tanah wakaf di luar ketentuan hukum,” kenang Abu Ilot.
Lebih Baik Bakar Celana Daripada Bakar Peci
Roni Ahmad atau Abusyik, pria dengan ciri khas selalu mengenakan peci merah itu sangat hormat dengan identitas masyarakat Aceh.
Pernah suatu waktu ada animo dari sekelompok pemuda yang mewacanakan pembakaran peci merah atau kupiah merah sebagai bentuk aksi ketidakpuasan masyarakat atas kepemimpinan Abusyik di tahun 2020.
Saat itu, wacana pembakaran kupiah merah marak digaungkan di media sosial.
Dalam wawancara bersama Waspada, Abusyik mengatakan, peci terlepas dari warnanya merah atau bukan merupakan identitas masyarakat Aceh yang paling terhormat, karena orang Aceh meletakkan peci di atas kepala.
“(Peci) kita lihat letaknya di atas kepala, maka sangat berharga dan bermakna bagi orang Aceh, apapun warnanya yang jelas peci adalah simbol untuk memuji keagungan tuhan. Karena itu lebih baik bakar celana daripada bakar peci,” kata Abusyik di Gampong Meunasah Puuk, Pidie, Sabtu (30/5/2020).
Nasihat Abusyik semasa hidup, jika masyarakat tidak puas dengan pemimpin daerah, hasrat untuk meluapkan emosi itu jangan pernah sekali-kali disasar ke indentitas masyarakat Aceh.
“Bukan peci yang harus disalahkan, tetapi orangnya yang harus dikritik,” ungkap Abusyik.
Di masa memimpin Pidie, Abusyik dikenal sebagai pribadi yang selalu terbuka dengan masukan dan nasihat dari berbagai pihak.
Abusyik lebih senang berdialog, lebih senang silaturahmi, sehingga ketika ada kejanggalan, kesalahan, kesilapan ataupun kekurangan dalam pemerintahannya bisa diperbaiki secara kolektif bersama masyarakat. (Akhyar)