Mengisi Zulhijjah di Era Pandemi

Syamsul Rijal

Oleh: Prof. Dr. Syamsul Rijal, BA, M.Ag*)

banner 72x960

ZULHIJJAH adalah bulan ke-12 dari tahun Hijriyah. Bulan ini sangat istimewa bagi muslim sedunia. Banyak amal saleh yang diajurkan oleh Rasulullah di dalamnya, ada juga waktu istijabah doa meskipun dikaitkan dengan tempat, yaitu prosesi wuquf di arafah.

Di bulan ini juga terjadi salah satu dua hari raya besar umat Islam, yaitu Idul Adha, di waktunya juga disunnahkan menyembelih hewan qurban.

Melihat  arti penting eksistensi bulan ini maka sangat patut mengetahui fadilah serta keutamaannya dan bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapinya sehingga bulan ini tidak berlalu begitu saja tanpa beramal saleh serta mengambil faedah pahala dari ibadah yang ditunaikan.

Tingkatkan Amal Saleh

Bulan Zulhijjah tahun 1442 H bersamaan dengan Juli 2021 M adalah umat manusia berada dalam atmosfer menghadapi wabah pandemi Covid19.

Menyikapi tantangan pandemi dan tidak menjadi bagian dari penyebar virus Covid-19  serta kualitas ibadah juga terjaga adalah dua hal yang harus disiasati dengan bijak.

Menjadi manusia terbaik menjaga diri dari penyebaran virus dan juga tidak meresahkan orang lain adalah menjadi pilihan terbaik dan sikap ini menjadi bagian integratif dari amal saleh. Bukankah hadirnya diri kita itu menjadi sosok bermanfaat bagi orang lain adalah ladang amal yang sarat nilai.

Dalam konteks Zulhijjah terutama di sepuluh awal Rasulullah mengingatkan umatnya untuk memperbanyak amal saleh. “Tiada hari yang utama sepuluh pertama Zulhijjah melainkan memperbanyak amal saleh”.

Tingkatkanlah kualitas ibadah shalat,  memperbanyak  sedekah,  membangun kepeduliaan sikap humanistik di lingkungan aktifitas sosial,  memberikan empati kreatif antarsesama hendaknya menjadi pilihan, menunaikan amar makruf nahi mungkar.

Dalam konteks pandemi tentu saja upaya silaturahmi tetap menjaga protkes, menyapa melalui media menanyakan perihal dan  kabar adalah menambah spirit kehidupan dan itu pada esensinya menjadi bagian dari amal saleh.

Salah satu amal yang bernilai pahala prima adalah puasa arafah. Rasulullah mengingatkan umatnya arti ibadah ini. Bagi mereka yang menunaikan ibadah haji posisinya melakukan ibadah wuquf (9 Zulhijjah) sementara umat muslim yang tdk sedang berhaji mereka disunatkan puasa arafah.

Rasulullah bersabda “berhaji itu wuquf di arafah”. Wuquf di arafah menjadi ibadah utama, sampai mereka yang dirawat karena menderita sakit wajib disafariwuqufkan jika tidak maka tidak lengkap ibadah hajinya.

Saat ini era pandemi tentu penguasa haramain memberlakukan ibadah wuquf secara ketat dengan memberlakukan protokol kesehatan.

Di arafah berkumpul muslim sedunia memutih dengan pakaian ihram sebagai prototype padang mahsyar.  Di sana manusia menyadari kesalahan dan dosa serta memohon keampunan-Nya. Saat mana Adam dan Hawa ditegur oleh Jibril setelah mereka bertemu di jabal rahmah “iktarif bizambika fastaghfirillah” (wahai Adam sadarlah Anda itu berdosa dan mohonkan keampunan Allah).

Padang arafah disebutkan ulama diambil dari penyebutan dialog Jibril tersebut. Makanya umat dimintakan menyadari kesalahan dan berdoa memohon keampunan Allah, wuquf arafah menjadi salah satu istijabah doa karena bertemu tempat di arah dan waktunya 9 Zulhijjah.

Prosesi penyembelihan hewan Qurban pada 10 Zulhijjah adalah hari bersejarah dan penting menjadi salah satu hari raya besar umat Islam. Pada hari itu umat muslim disunatkan ke lapangan (ataupun masjid) menunaikan shalat idul adha.

Setelah shalat Idul Adha sebagai mengagungkan kebesaran Allah dengan kesadaran tulus ikhlas umat muslim yang mampu melakukan prosesi penyembelihan hewan qurban dan membagikan dagingnya kepada mereka yang berhak sebagai simbol rasa syukur dan membangun entitas kepedulian antarsesama yang telah ditradisikan.  Penyembelihan hewa qurban dilakukan pada 10-13 Zulhijjah namun umumnya umat menunaikan di tanggal 10 sehingga kerumunan ini perlu dibijaki secermat mungkin karena kita dalam era pandemi.

Hal yang terpenting di era pandemi ini adalah siaga dan cerdas menjaga protokol kesehatan di saat shalat Idul Adha, di saat penyembelihan hewan qurban, di saat distribusi dan atau menerima hewan qurban tetap dengan menjaga protokol kesehatan.

Pantia shalat ied dan panitia qurban memiliki tanggung jawab moral  untuk menerapkan hal itu sehingga ibadah lancar dan protokol kesehatan juga terjaga.  Mengapa hal ini diperlukan, jangan sampai di saat mana seseorang menunaikan ibadah amal saleh tetapi ia juga menjadi bagian dari mempermudah penyebaran virus Covid-19, memotong mata rantai penyebaran virus Covid19 itu juga adalah bagian dari ibadah amal saleh.

Oleh karenanya meningkatkan amal saleh di bulan Zulhijjah dengan memerhatikan protokol kesehatan adalah bentuk humanis yang diperlukan di saat era pandemi ini. Wallahu a’lam bi al-shawwab.

 

*) Penulis adalah Guru Besar Filsafat Islam FUF UIN Ar-Raniry, email: surat.rijal@gmail.com

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *