Menebar Asa Meraih Cita, Kisah Inspiratif Ayah Cek Geluti Usaha Telur Asin di Banda Aceh
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Di tengah hiruk-pikuk perkotaan Banda Aceh, terdapat sebuah kisah inspiratif dari sebuah usaha kuliner yang telah berdiri sejak tahun 2001.
E Ginting, seorang pria tangguh dan berdedikasi menjadi pelaku di balik keberhasilan usaha telur asin dengan merek produk Boh Itek Masen Aceh (BIMA) dan telah meraih pengakuan dari berbagai kalangan.
Ayah Cek, sapaan akrab lelaki senja ini menjelaskan bahwa usaha BIMA ia rintis dengan alasan sederhana, karena sebelum BIMA hadir di pasaran, tidak ada satupun telur asin bermerek di Kota Banda Aceh saat itu.
Ia memilih mata usaha telur asin bermerek karena berangkat dari latar belakangnya sebagai seorang sarjana peternakan. Sebelumnya, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang peternakan.
Sebagai seorang karyawan, ia memiliki banyak jaringan, ia menjadi kenal akrab dengan banyak peternak, baik dari Provinsi Aceh maupun dari luar Aceh. Sehingga dengan bekal jaringan yang ada, ia kemudian mencoba peruntungan baru untuk menjadi pengusaha telur asin bermerek.
“Awalnya saya bekerja untuk sebuah perusahaan yang bergerak di bidang peternakan, setelah bekerja beberapa tahun di sana, kemudian muncul ide dalam diri saya, kenapa tidak saya buka usaha sendiri saja.Toh, jaringan usaha sudah terbentuk di sub sektor peternakan, khususnya telur. Jadi mulailah saya mencoba merintis usaha telur asin ini,” kata Ayah Cek, Banda Aceh, Kamis (15/8/2024).
Awal-awal merintis usaha telur asin BIMA, ia memulainya dengan sebuah toko yang ada di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar. Toko ini adalah kebaikan hati dari seorang kenalan akrabnya. Dirinya diperbolehkan menggunakan toko tersebut untuk keperluan sosialisasi dan pemasaran produk-produk BIMA.
“Dulu plang papan toko di Lambaro itu namanya ‘Ayah Cek’. Lebih kurang setahun lebih kita sosialisasi produk kita di toko tersebut. Dari situ kemudian mulai terbentuk jaringan pasarnya, terbentuk wilayah pemasarannya, reseller kita juga banyak terbentuk di sana. Ada yang datang dari Banda Aceh, Aceh Besar, Calang, hingga Sabang. Karena keberkahan dari toko ini jugalah yang membuat BIMA sekarang bisa menyebar ke beberapa kabupaten/kota di Aceh,” ungkapnya.
Saat ini Ginting tidak lagi membuka toko di Pasar Induk Lambaro. Sekarang ia menjalankan usaha dari rumah yang beralamat di Kuta Alam, Banda Aceh. Dari rumah juga produk-produk BIMA mulai didistribusikan ke pasar-pasar retail yang ada di Aceh.
Produk-produk yang diluncurkan BIMA telah teruji secara klinis dari segi khasiat dan keamanannya. BIMA telah mengantongi sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang diterbitkan oleh dinas kesehatan setempat.
BIMA juga telah bersertifikasi halal dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). BIMA juga mengantongi sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sebagai bukti yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan pada unit usaha pangan asal hewan.
Kemudian wilayah pemasaran BIMA saat ini sudah tersebar ke beberapa kabupaten/kota di Aceh. Sementara untuk luar Provinsi Aceh, BIMA beredar dalam bentuk buah tangan yang dipesan oleh masyarakat.
Untuk pesanan oleh-oleh, biasanya Ayah Cek sudah mengemas produk BIMA dengan menarik, dikemas dalam kotak yang cocok untuk dibawa sebagai hadiah kecil untuk yang terkasih.
Falsafah Ayah Cek Berusaha di Telur Asin
Terkandung makna mendalam saat pertama kali Ayah Cek memulai usaha telur asin bermerek di Banda Aceh. Sederhananya, karena telur asin adalah jenis kuliner yang sangat dimuliakan oleh kalangan masyarakat.
Misalnya saat kenduri atau acara-acara hajatan tertentu, telur asin selalu menjadi incaran masyarakat. Rasanya kurang lengkap jika dalam hajatan-hajatan tertentu tidak ada telur asin sebagai pelengkap sajian kuliner yang dihidangkan.
Falsafah ini jugalah yang membuat Ayah Cek percaya bahwa usaha telur asin tidak akan ada matinya. Permintaan masyarakat terhadap telur asin akan selalu ada, meski zaman mulai perlahan berubah ke arah yang lebih modern.
“Telur asin adalah makanan yang dimuliakan. Sebuah kuliner tradisional yang semua orang suka memakannya. Terutama saat ada acara-acara tertentu, pastinya yang dicari adalah telur asin. Apalagi ke depan kita akan menghadapi kenduri maulid, semua orang akan mencari telur asin. Artinya potensi cuan sangat besar sekali,” kata Ayah Cek.
Berkreasi dengan Telur Asin untuk Menciptakan Added Value
Ayah Cek memiliki banyak cara untuk memadankan produknya lebih relevan dengan segala kebutuhan masyarakat. Tidak hanya menjual telur asin, tetapi Ayah Cek berkreasi dengan telur-telur tersebut.
BIMA sekarang memiliki banyak varian turunan, setiap varian yang ada diinisialkan sebagai produk generasi (G). Ayah Cek berkreasi dengan telur-telur mentah untuk menjadikan telur tersebut sebagai produk turunan yang bisa menghasilkan added value (nilai tambah) dalam penjualan.
Misalnya ada varian produk BIMA original, ada yang direbus, dikukus, diasapkan, dijadikan salted egg powder (bubuk telur asin), dijadikan cemilan dan lain-lainnya.
“Sebenarnya banyak yang bisa kita kreasikan untuk menjadi nilai tambah dari telur asin. Kita ingin usahanya tidak semata-mata hanya telur asin saja, tetapi bisa kita munculkan produk-produk turunannya. BIMA akan terus berinovasi,” ungkapnya.
Jurus Jitu Marketing BIMA
Bagaimana BIMA menarik pelanggan dari produk telur asin bermerek menjadi hal yang mutlak untuk diketahui.
Selain berinovasi dengan produk turunan agar relevan dengan segala kebutuhan masyarakat, BIMA juga memanfaatkan media sosial sebagai wahana sosialisasi produk dagangan.
Ayah Cek mengakui jika media sosial berdampak cukup signifikan terhadap keberlangsungan bisnisnya. Ia bercerita, ketika dirinya meluncurkan telur asin asap dan produknya ia promosikan di media sosial, seketika langsung ada permintaan dari Pekan Baru, Riau.
“Padahal saya nggak kenal costumernya siapa, mereka taunya dari media sosial. Makanya, harus diakui bahwa promosi di media sosial merupakan salah satu strategi pemasaran yang cukup efektif dan perlu dioptimalkan secara serius,” jelasnya.
Selain didasarkan pada promosi di media sosial, pelanggan biasanya juga akan menilai dari sisi kualitas produk yang dijual. Inti dari sebuah bisnis untuk dapat mempertahankan eksistensinya adalah kualitas, karena kualitas yang ditawarkan adalah jaminan pasti yang membuat sebuah produk dicintai oleh masyarakat.
Berhasil Kuliahkan Anak hingga Jadi Sarjana dengan Telur Asin
Usaha Ayah Cek dengan telur asin bermerek sukses dan moncer di pasaran, bahkan berkat keberkahan dari usahanya itu ia bisa mengkuliahkan kedua anaknya hingga menyandang gelar sarjana.
Ayah Cek memiliki dua orang anak, keduanya sudah menyandang gelar sarjana. Satu sebagai dokter hewan, satu lagi sebagai kapten kapal.
“Dampak dari hadirnya usaha BIMA ini cukup positif. Saya berhasil mengkuliahkan anak-anak saya berkat usaha telur asin ini. Dampaknya cukup positif untuk diri saya dan keluarga. Kebutuhan keluarga mencukupi dengan usaha telur asin ini,” jelasnya.
Ajak Kawula Muda Jadi Peternak Bebek
Ayah Cek mengatakan, potensi peternakan di Aceh cukup besar dan belum digarap dengan baik. Ia mengajak kawula muda untuk mengembangkan usaha di sub sektor peternakan bebek.
Selaku pemilik usaha BIMA, dirinya menyatakan siap menjadi mitra kerja anak-anak muda di Aceh yang memiliki semangat berwirausaha dalam bidang peternakan bebek.
Karena selama ini, Ayah Cek mengepul telur bebek untuk keperluan stok sebagian besar didatangkan dari luar Aceh, sementara pengepulan dari dalam provinsi masih sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena di Aceh masih belum banyak peternak bebek yang bisa diserap telur-telurnya untuk keperluan stok.
“Sebagian besar telur-telur itu kami datangkan dari luar Aceh, sebagian ada juga yang diserap dari peternak Aceh. Ada yang dari Samahani, Manggeng, Blangpidie, di Gampong Jawa Banda Aceh juga ada. Tapi itu belum cukup untuk keperluan stok,” ujarnya.
“Makanya saya mengajak anak-anak muda di Aceh untuk mau beternak bebek. BIMA siap menjadi mitra kerja strategis untuk usaha peternakan ini,” tambahnya. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News