Melihat Perjuangan Nurul Hayati Lestarikan Kuliner Tradisional Aceh dengan Deah Cake
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Provinsi Aceh terkenal dengan budaya dan beraneka ragam sajian kuliner tradisionalnya. Terdapat banyak hidangan dari Aceh yang tidak hanya lezat disantap tetapi juga mempersembahkan sentuhan khas daerah yang sulit untuk dilupakan.
Kekayaan kuliner Aceh memanjakan lidah bagi siapa saja yang mencicipinya. Dengan cita rasa yang autentik dan memuaskan membuat banyak orang ingin menjelajahi kekayaan kuliner yang tersedia di Aceh.
Upaya untuk melestarikan jajanan dan makanan tradisional membutuhkan usaha ekstra. Salah satu cara efektif melestarikannya adalah dengan terus mengenalkannya pada setiap kesempatan.
Melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), berbagai jenis makanan tradisional juga bisa dilestarikan dengan penyesuaian dalam rasa, bentuk dan kemasan.
Penyesuaian ini dilakukan untuk menarik minat masyarakat agar kembali menikmati sajian kuliner khas Aceh yang hari ini secara perlahan mulai tergantikan dengan kuliner pabrikan.
Nurul Hayati, seorang pelaku UMKM di Banda Aceh menjadi contoh nyata dari usaha pelestarian jajanan tradisional Aceh. Nurul memproduksi dan menjual berbagai jenis makanan tradisional seperti dodol, wajik, meuseukat, bhoi, keukarah hingga lain-lain.
Nurul adalah perintis usaha kuliner bernama “Deah Cake” di Banda Aceh. Usaha kuliner ini merupakan usaha turun-temurun dari orangtuanya yang dulunya juga memproduksi kuliner khas Aceh, khususnya untuk hantaran.
“Pelopor utama dari usaha ini berasal dari orangtua. Namun saat orangtua tidak mampu lagi memproduksi kue, akhirnya dialihkan ke anak-anaknya, sehingga terbentuklah usaha bernama Deah Cake,” kata Nurul, Banda Aceh, Rabu (4/9/2024).
Deah Cake punya cara unik dalam mempertahankan jajanan tradisional Aceh tetap relevan di tengah masyarakat. Pemiliknya bereksperimen dengan melakukan kombinasi varian rasa kekinian ke dalam produk-produknya, misalnya seperti kue bhoi rasa pandan hingga kue bhoi rasa cappucino. Semua bahan baku yang dipakai menggunakan bahan-bahan premium yang berkualitas tinggi.
Kemudian proses produksi juga dilakukan secara istimewa. Telurnya disucikan secara syar’i, tanpa campuran bahan pengawet dan tanpa pengembang, sehingga aman dikonsumsi bagi siapa saja sekalipun orang yang alergi dengan bahan pengawet dan pengembang.
Selain itu harganya juga sangat ekonomis, sangat enteng di kantong pecinta kuliner tradisional Aceh.
Bagi Anda yang penasaran dengan kemewahan rasa kuliner produksi Deah Cake, Anda bisa memesan produk-produknya melalui Instagram di akun @deah_cake, atau melalui Tiktok di akun Nurul Hayati, atau bisa juga memesan melalui nomor WhatsApp di nomor 081262255845.
Anda juga bisa berkunjung langsung ke offline market storenya-nya Deah Cake di Jalan Angsa Nomor 28, Gampong Ateuk Deah Tanoh, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.
Bicara soal revenue atau pendapatan, Nurul mengakui bahwa keuntungan yang diperolehnya masih pas-pasan. Hal ini disebabkan karena Deah Cake tidak berproduksi setiap saat.
Kendala ini disebabkan oleh banyak faktor, namun umumnya dikarenakan oleh keterbatasan alat-alat produksi yang dimiliki.
Sebelumnya Nurul sangat rajin melakukan promosi usaha di media sosial. Dari promosi tersebut terdapat banyak pelanggan yang memesan produk kue ke tempatnya. Hanya saja Nurul kewalahan akibat alat-alat produksi yang tidak cukup memadai.
Kendati demikian, Nurul punya semangat juang tinggi. Hingga hari ini, ia terus bertahan melestarikan jajanan kuliner tradisional Aceh melalui rumah produksi Deah Cake. Nurul adalah simbol kepahlawanan sejati pelestari warisan kuliner tradisional Aceh.
“Saya terus menanamkan mindset pantang menyerah. Saya selalu menyemangati diri sendiri untuk tidak mudah menyerah, terus berusaha dan berkarya dalam melestarikan kuliner tradisional Aceh,” ungkapnya.
Ketika usahanya masih dirintis oleh orangtuanya, Nurul awalnya sama sekali tidak mengerti bagaimana cara produksinya. Dahulu dirinya tidak menaruh perhatian lebih karena ia kurang menyukai makanan-makanan manis.
Namun semenjak orangtuanya tak mampu lagi berproduksi dan meminta anak-anaknya untuk meneruskan usahanya agar tidak kehilangan penerus, maka dari situlah kemudian Nurul mulai bergerak mencoba menjadi produsen sekaligus promotor usaha dari mulut ke mulut.
“Setelah ada orderan yang datang, saya menjadi ketagihan. Jadi kepingin terus buat jualan kue. Lumayanlah bisa membantu meringankan beban finansial keluarga,” katanya.
Sementara itu, Nurul Hayati juga sangat berharap usahanya bisa berkembang dan maju seperti usaha milik orang lain. Ia sangat berharap pemerintah daerah bisa hadir mendampingi usahanya yang saat ini sedang merangkak untuk berkembang.
“Saya sangat berharap pemerintah bisa melihat usaha kami. Bantulah kami yang masih sangat minim ilmu dalam berbisnis, yang masih lemah dalam beroperasi. inshaAllah, kedepannya usaha saya bisa lebih maju dan bisa beroperasi dengan alat produksi yang lengkap, amin,” demikian harapnya. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp