Mehran Gara Prihatin Dengan Kondisi Pemulung di Gampong Jawa

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh — Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra, Mehran Gara merasa prihatin melihat kehidupan para pengais sampah (pemulung) yang kesehariannya mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol plastik dan kardus di tengah tumpukan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

banner 72x960

Hal itu diungkapkannya saat kembali turun ke dapilnya di Kecamatan Kutaraja, tepatnya di Gampong Jawa, Sabtu (22/3/2025).

Mehran turun ke dapilnya berkumpul bersama konstituennya dari kaum perempuan yang sebagian besar bekerja sebagai pemulung. Dia juga turut membagikan paket ramadhan berupa sirup guna membantu meringankan beban para pemulung dalam menjalankan ibadah puasa.

“Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Inilah saat yang tepat untuk terus meningkatkan amal dan perbuatan dalam hal kebaikan dengan mengharapkan pahala dan ridha-Nya,’ ungkap srikandi Partai Gerindra ini.

Oleh karenanya dalam menyambut lebaran ini, dia turut menebar berkah dan kebahagiaan bagi masyarakat susah. Setelah kemarin bersama dengan anak yatim, kini dia turun lagi bersama dengan pemulung di Kecamatan Kutaraja.

“Dipusat Ibukota Provinsi ini ternyata masih banyak orang yang hidup dalam kesusahan. Saat kita bisa hidup nikmat, ternyata di luar sana banyak saudara kita yang masih kesulitan dan kekurangan. Padahal ketika lebaran tiba, semua orang ingin ikut merasakan suasana gembira penuh suka cita,” gumamnya.

“Ibadah dalam bentuk kepedulian terhadap sesama manusia tidak boleh dilupakan begitu saja. Di hari akhir Ramadhan ini amal ibadah harus ditingkatkan terus. Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadan”, sebutnya.

“Saya sedih dan prihatin melihat kehidupan ibu-ibu para pemulung. Namun disatu sisi saya bangga melihat semangat juang mereka bekerja mengais sampah walaupun dengan penuh resiko. Hasil yang mereka dapatkan tidak terlalu besar, pas-pasan untuk menambah pendapatan keluarga demi menghidupi anak-anaknya,” ungkap Wakil Ketua BKD ini.

“Hidup mereka kesehariannya mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol plastik dan kardus di tengah tumpukan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hasil pengumpulan barang bekas nantinya dijual ke gudang penampung dengan harga Rp. 4.500-5.000 per kilogram. Tidak banyak yang mereka dapatkan per harinya”, tuturnya.

Mehran mengharapkan perhatian dan tindakan dari pemerintah untuk memberikan perlakuan khusus kepada para pemungut sampah atau pemulung ini. Mereka bekerja mengais sampah yang bau busuk demi masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya dan meningkatkan kondisi kehidupan mereka.

Kepada dinas terkait Pemko Banda Aceh seperti Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja, diharapkan merespons dan memperhatikan nasib kaum ibu-ibu yang bekerja mencari nafkah jadi pemulung. Dinas Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2AP3KB) dan DLHK juga harus peduli untuk meningkatkan perlindungan bagi pekerja sektor informal seperti pemulung. Bantu mereka dengan menciptakan kondisi yang lebih aman dan berkelanjutan bagi pekerja seperti ini yang memiliki peran penting serta ikut berkontribusi dalam mengelola limbah dan menciptakan dampak positif pada lingkungan.

Salah seorang pemulung, Hafriana (40) berterima kasih kepada Mehran Gara yang sangat peduli kepada masyarakat susah. Dia mendoakan agar anggota dewan dari Fraksi Gerindra Mehran Gara senantiasa diberikan kesehatan, keberkahan dan kelancaran rezeki.

“Bantuan seperti ini sangat kami butuhkan, selama ini belum pernah anggota dewan yang mau berkumpul bersama kami. Kami berdo’a ibu Mehran diberikan kesehatan, keberkahan dan kelancaran rezekinya”, ungkap Hafriana.

Menurut Mehran, Hafriana dan semua teman-temannya yang hadir, sudah kebal dengan aroma busuk yang keluar dari tumpukan sampah. Pekerjaan memulung ini sudah lama mereka lakoni. Bagi mereka, sampah bukanlah masalah melainkan sumber rezeki untuk membantu menambah penghasilan sang suami yang bekerja sebagai buruh bangunan. Ada juga yang hidup tanpa suami mengais sampah demi membantu perekonomian keluarganya.

“Saya salut, mereka tetap bertahan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Nanti sampah barang bekas ini dikumpulkan dulu, setelah seminggu baru dijual. Biasanya hanya dapat Rp. 250 ribu, tergantung berapa banyak sampah yang dijual,” tutup politisi Gerindra ini.

Komentar Facebook