Lanjutkan Bisnis Orangtua, Upaya Rahmi Lestarikan Kue Tradisional di Pidie

Pelaku UMKM dari Kabupaten Pidie, Lailaturrahmi. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM | Pidie – Seiring perkembangan zaman beberapa makanan khas tradisional saat ini sudah sulit ditemukan. Salah satu penyebabnya karena sudah jarang yang membuat maupun menjualnya.

banner 72x960

Kalaupun ada, mungkin tekstur dan rasanya sudah tidak sama, karena bahan dan proses perbuatannya sudah berbeda dengan yang dibuat oleh orangtua kita dahulu.

Untuk mencegah hilangnya makanan tradisional khas daerah tersebut, seorang ibu rumah tangga di Gampong Labui di Kabupaten Pidie, Lailaturrahmi (33) nekat melanjutkan usaha orangtuanya.

“Usaha yang kami rintis ini merupakan usaha turun-temurun dari nenek kami. Makanya kami namakan usaha Ata Kana,” ujar Rahmi melalui sambungan telepon ketika memulai cerita tentang gagasan awal dirinya dan suami merintis usaha tersebut kepada Theacehpost.com, Selasa (25/6/2024).

Produk kue Ata Kana. [Foto: Istimewa]
Rahmi mengakui bahwa prosesi pembuatan kue tradisional yang dia produksi berbeda dengan tempat produksi usaha kecil dan menengah (UKM) lainnya.

“Kue yang kita masak tidak menggunakan kompor, melainkan kita panggang dengan sabut kelapa. Sehingga kita masih mampu mempertahankan aroma khas dari kue tradisional tersebut,” ungkapnya.

Rahmi menuturkan, kue tradisional yang diproduksinya adalah Kue Seupet, Kue Pret dan Kacang Merah Goreng. Harga kue per kilo pun dijualnya bervariasi sesuai dengan harga bahan mentahnya di pasar.

“Harga jual kita bervariasi, tergantung harga bahan. Untuk Kue Seupet misalnya kita jualnya sekilo Rp 120 ribu, Kue Pret Sekilo Rp 110 ribu dan Kacang Merah Goreng Rp 90 ribu sekilo,” terang Rahmi.

Kue Seupet produksi Ata Kana biasanya laris manis pada saat lebaran. Selain itu kue Seupet juga sering dipesan oleh warga untuk hantaran Dara Baroe (pengantin perempuan Aceh), dan juga sebagai buah tangan atau oleh-oleh dari Pidie.

“Menjelang lebaran pastilah ya, pesanan dari pelanggan meningkat. Terkadang juga sebagai kue hantaran pengantin wanita dan buah tangan dari Pidie,” imbuhnya.

Lailaturrahmi memperlihatkan proses pemanggangan kue menggunakan api dari serabut kelapa. [Foto: Istimewa]
Istri dari Bapak Masykur ini mengharapkan agar Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Aceh, baik tingkat kabupaten maupun provinsi untuk terus memberikan pendampingan kepala pelaku-pelaku UKM agar bisa berkembang dan maju.

“Selama ini kita memang sudah mendapatkan pendampingan dari Diskop UKM Aceh, sehingga usaha kita sudah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB). Kita berharap pemerintah terus mendampingi usaha kecil seperti kita ini,” harapnya.

Selain itu, ia juga berharap adanya bantuan dari pemerintah baik berupa pelatihan, marketing maupun bantuan dalam rupa pemberian alat pendukung produksi kuenya, seperti mesin peras santan kelapa.

“Kita ini kan yang ada cuma semangat, dengan bermodal kecil kita terus berjuang agar kue tradisional ini tidak tergerus oleh zaman. Kita juga meminta agar pemerintah memberikan pelatihan marketing dan juga memberikan bantuan berupa alat pendukung lainnya, seperti bantuan mesin peras santan kelapa,” pungkasnya. (Robby Sugara)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News

Komentar Facebook