Kursi PM Malaysia Kian Jauh dari Anwar Ibrahim
Oleh Said Mursal
ADA hal menarik saya dapati di halaman Facebook mantan PM Malaysia Najib Razak (2009-2018), Selasa kemarin. Najib memposting foto ketua oposisi koalisi Pakatan Harapan, Datuk Seri Anwar Ibrahim lagi berpidato dalam keadaan marah.
“Pembubaran Parlemen hari ini pengkhiantan terhadap rakyat, kata Anwar.” Najib membuat catatan, bubarkan “pintu belakang” pemerintah untuk mengembalikan mandat kepada rakyat = juga pengkhiantan terhadap rakyat? Apa yang diinginkan si Nuar?
Sentilan Najib sangat tajam untuk musuh lamanya, Anwar Ibrahim. Ia menyindir ketika Februari 2020, pemerintah Pakatan Harapan dijatuhkan oleh pembelotan 10 anggota partainya dan sekutunya Partai Bumi Bersatu Malaysia (PPBM) atau Bersatu yang dipimpin Muhyiddin Yasin yang disokong UMNO partai Najib Razak.
Anwar menyebut pengkhiatan terhadap rakyat, kini pembubaran parlemen juga pengkhianatan terhadap rakyat.
Anwar Ibrahim dan koalisinya memang tak setuju jika PRU 15 diadakan dalam dua bulan ke depan karena pamor partainya lagi menurun dalam pandangan rakyat. Mereka tak siap bertarung habis-habisan lawan seteru utamanya UMNO- Barisan Nasional. Tapi Yang di Pertuan Agong atau Raja Malaysia telah menyetujui pembubaran Parlemen. Mau tak mau Anwar Ibrahim dkk harus siap menyingsingkan lengan baju turun ke gelanggang PRU 15.
Datuk Anwar Ibrahim, mantan Timbalan PM Malaysia (1993-1998), salah satu politisi Tanah Semenanjung Melayu yang dikenal luas di Indonesia. Majalah Time tahun 2008 memilihnya satu di antara 100 tokoh berpengaruh di dunia. Pernah berdialog dengan Andy F Noya dalam Kick Andy beberapa tahun lalu di Metrotv.
Karier politiknya termasuk cemerlang di masa muda tapi akhirnya jatuh bangun tak menentu setelah banyak perselisihan dengan ‘guru politiknya” dan orang yang mengorbitkannya, PM Dr Tun Mahathir Muhammad (1981-2003).
Posisi sekarang sebagai pemimpin oposisi utama atau pihak pembankang istilah Malaysia, orang kembali tertuju kepadanya apakah dia bersama koalisi partainya Pakatan Harapan (PH) bisa tampil memenangi Pilihan Raya Umum 15 (PRU 15) yang akan digelar dalam waktu dekat.
Dia tokoh reformasi Malaysia sejak 1998 tapi tak pernah berhasil membawa reformasi total di Negeri Jiran itu. Pernah dijebloskan ke penjara dua kali tapi bukan karena urusan politik tapi atas tuduhan sodomi pada pembantu atau stafnya dan korupsi di masa PM Mahathir Muhammad (1999) dan PM Najib Razak (2015).
Sejarah panjang lika-liku politik Anwar Ibrahim sejak merintis karier di barisan muda UMNO hingga ditunjuk Tun M (Tun Mahathir Muhammad) menjadi wakil PM Malaysia dan Menteri Keuangan (1993-1998). Dia salah satu “anak emas” Tun M yang memang disiapkan menggantikannya. Sayang keduanya bertolak belakang dalam masalah penganan ekonomi negara yang membuat Tun M menendang Anwar Ibrahim keluar dari kabinet.
Setelah dicopot dari Wakil PM tahun 1998 , Anwar Ibrahim mendirikan Partai Keadilan Rakyat (PKR) sebagai partai reformis.
Saat dia masuk penjara pertamakali pada 1999, PKR dijalankan istrinya Wan Azizah Wan Ismail dan anaknya Nurul Izzah, hingga jadi kekuatan oposisi utama. PKR dan partai koalisinya DAP, Bersatu atau PPBM dan Amanah dalam koalisi Pakatan Harapan berhasil mematahkan dominasi UMNO (dalam koalisi Barisan Nasional dengan Partai MCA= Partai Cina Malaysia, Kongres India Malaysia = MIC, Partai Gerakan Rakyat Malaysia (GERAKAN) dalam PRU 14 tahun 2018 ) yang menguasai Malaysia 60 tahun lebih.
Pakatan Harapam dengan Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Persatuan Malaysia Bersatu atau Bersatu didirikan Tun Mahathir Muhammad dan Muhyiddin Yasin tahun 2016 setelah keduanya dipecat dari UMNO oleh PM Najib Razak (2009-2018) tahun 2014.
Saat Pakatan Harapan memenangi PRU 14 tahun 2018 koalisi ini dipimpin oleh Tun M (saat itu Anwar Ibrahim masuk penjara untuk kedua kalinya). Jadilah Tun M untuk kedua kalinya sebagai PM (2018-2020). Tun M meminta kepada Yang Dipertuan Agong untuk membebaskan Anwar Ibrahim dan dia menjanjikan setelah dua tahun jadi PM sisa masa jabatannya 3 tahun lagi akan diserahkan kepada Anwar Ibrahim.
Tapi janji tinggal janji. Mahathir ternyata ingkar. Bersatu sebagai partainya Tun M yang dipimpin mantan Wakil PM Muhyiddin Yasin (2009-2014), bersama 10 anggota Parlemen dari PKR berkhianat dengan didukung UMNO menumbangkan Pakatan Harapan. Anwar Ibrahim kembali urut dada, tak jadi PM seperti dijanjikan Tun M.
Koalisi Pakatan Harapan gabungan partai politik, Partai Keadilan Rakyat (PKR dengan 40 kursi parlemen,awalnya 50 kemudian 10 orang membelot), Partai Aksi Demokratik atau partai kaum Cina (DAP, 42 kursi), dan Partai Amanah Negara (11 kursi)., dua partai yang ikut bergabung ke PH yaitu Partai Warisan Sabah (9 kursi) dan Organisasi Progresif Kinabalu Bersatu (Upko, satu kursi). PH kini Bersama partai oposisi lain hanya tinggal 105 dari 222 AP (Ahli Parlemen, anggota DPR).
Komposisi pembagian kursi parlemen sekarang setelah ada anggota Parlemen lompat partai UMNO-Barisan Nasional 42 (Zahid Hamidi), Perikatan Nasional 41 (Muhyiddin Yassin), Pakatan Harapan 90 (Anwar Ibrahim), Warisan 7, Gabungan Partai Serawak 18 (Fadillah Yusof), Gabungan Rakyat Sabah 9 dan sisanya partai kecil tanpa koalisi.
Total kursi yang akan diperebutkan dalam PRU 15 adalah 222. Untuk bisa membentuk pemerintahan dengan mayoritas sederhana 50 persen plus satu (112). Pakatam Harapan sekarang hanya punya 90 kursi terdiri dari PKR 36, DAP 42 dan UPKO 1.
Ada berapa koalisi parpol yang akan ikut PRU 15 masih belum ada kepastian, minimal ada tiga koalisi besar yang sudah pasti Barisan Nasional (UMNO dkk), Pakatan Harapan dan Pikatan Nasional (PPBM atau Bersatu dan PAS), lainnya partai kecil seperti Pejuang yang didirikan Dr Tun Mahathir Muhammad, MUDA yang dibuat oleh Sayed Saddiq.
Peta kekuatan politik Malaysia setelah PRU 14 bulan Mei 2018 kian mengambang. Koalisi Pakatan Harapan yang diketuai Tun M hanya bertahan 22 bulan,tumbang karena pengkhiatan 10 anggota PH dan pembelotan Bersatu yang dipimpin Tun Mahyiddin Yasin.
Dengan dukungan UMNO para pembelot ini mampu mengantarkan Muhyiddin Yasin sebagai PM ke-8 hanya dengan selisih 6 suara dari Pakatan Harapan. Muhyiddin hanya mampu bertahan 18 bulan , tumbang karena kelompok Zahid Hamidi bersama 15 Ahli Parlemen (AP) atau anggota DPR menarik dukungan. Lalu mereka berbalik gagang mendukung Presiden UMNO Ismail Sabri Yaacob yang saat itu juga menjabat Wakil PM Mlaysia sebagai PM ke-9.
Kini Ismail Sabri terpaksa membubarkan Parlemen lebih cepat dari semestinya juga karena desakan dari UMNO. Maklum saja Ismail Sabri meski menjabat PM tapi kendali partai sepenuhnya dikuasai Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi yang didukung Najib Razak meski lagi meringkuk dalam penjara.
Lalu bagaimana peluang dari 3 koalisi yang ada . Prakiraan umum di Malaysia, UMNO-Barisan Nasional dengan sentimen Melayunya diperkirakan bakal memenangi PRU 15 tapi sulit memperoleh mayoritas sederhana 113 kursi.
Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar Ibrahim juga sadar diri, jika kini banyak ditinggalkan pendukungnya kaum nasionalis. Mengharap dukungan penuh pemilih tradisional Melayu sangat sulit. Kaum Melayu tetap akan jatuhkan pilihan pada UMNO dan PPBM atau Bersatu. Tinggal berharap pada DAP partai orang Cina bisa mempengaruhi pemilih Cina .
Startegi apa yang akan mereka lakukan dalam pemilihan umum mendatang dan apakah itu akan berhasil dalam mendapatkan dukungan dari pemilih.
Pakatan Harapan pada PRU 14, sukses melakukan kampanye berdasarkan personifikasi “kleptokrasi”, yaitu menyematkan kleptokrasi pada Najib Razak dan skandal 1MDB.
Lantas, apa yang akan menjadi tagline baru PRU 15?
Tentu saja mereka sadar dan kini tidak bisa lagi “memanaskan kembali nasi dingin” dengan menggetarkan 1MDB lagi karena Najib sudah berada di penjara . Akankah mereka mencoba menjelek-jelekkan lawan dengan cara menjelekkan pemerintahan UMNO Bersama Ismail Sabri Yaacob, kurang logis.
Ada dua tolok ukur umum di kalangan pengamat dan politisi setempat umtuk PRU 15 nanti yakni hasil dua Pilihan Raya Negeri (PRN) Melaka dan Johor pada Maret 2022, yang dimenangkan UMNO telak. Padahal kedua wilayah ini sebelumnya dikuasai Pakatan Harapan
Sebagai bandingan hasil perolehan UMNO di dua negara bagian yang sudah laksanakan PRN . Pada PRN Maret 2022 di Johor (UMNO 40 dari 56 kursi diprebutkan, Pakatan Harapan 13) pada PRN 2018 sebelumnya UMNO hanya peroleh 19 kursi, Pakatan Harapan 36 kursi).
Perolehan dan pembagian kursi PRN Melaka juga UMNO menguasai lebih 50 persen kursi.
Ada yang mengatakan hasil 2 PRN dari Johor dan Melaka tak bisa jadi tolok ukur. Tapi perkembangan politik terbaru paling tidak telah berubah sentiment Melayu kini sudah bangkit lagi karena ketidakpastian politik setelah PRU 14 lalu terjadi tiga kali pergantian Perdana Menteri dalam 4 tahun, membuat warga Melayu kecewa.
Jika oposisi ingin mengalahkan Umno-Barisan Nasional dalam PRU 15, maka perlu Tun Dr Mahathir Mohamad untuk memimpin mereka. Anwar Ibrahim tidak bisa melakukannya. Dan tidak ada pemimpin lain dari oposisi selain Dr Mahathir yang punya pengaruh besar di kalangan pemilih Melayu. Kekalahan UMNO-Barisan Nasional di PRU 14 adalah karena pengaruh Mahathir. Jika Anwar bisa melakukannya, itu pasti sudah terjadi pada 2004 atau 2013 saat reformasi masih panas.
Apa boleh reformasi kini mulai masuk ke peti sejuk (kulkas).[]