Komunikasi
TIGA hari yang lalu, saya merasa bersalah luar biasa. Pasalnya ada tujuh kelompok mahasiswa yang akan menyelesaikan laporan akhir, harus ada lembaran pengesahan. Enam kelompok ada paling tidak salah satu anggotanya di Banda Aceh atau Aceh Besar. Sedangkan satu kelompok lagi, semua mereka berada di luar kota. Bireuen, Aceh Timur, dan Sumatra Utara.
Pilihan terdekat dari kelompok ini adalah anggota yang berasal dari Bireuen. Ketika diantar pengesahan, saya mengira mahasiswa tersebut berangkat dari Bireuen untuk seterusnya tinggal di kosnya. Tetapi keliru. Ternyata mahasiswa ini hanya sebentar ke Banda Aceh, ke kampus, dengan diantar ayahnya.
Lembaran pengesahan ini, pada awalnya akan diteken secara langsung. Mahasiswa dan dosen semuanya harus menggunakan tanda tangan basah. Artinya lembaran itu dicetak dulu, lalu diteken. Keadaan yang semakin tidak menentu, akhir-akhir, lalu ada pembatasan-pembatasan. Termasuk di kampus, yang menggunakan protokol kesehatan secara ketat.
Kebijakan juga berubah. Teken yang tadinya semuanya harus basah, lalu dalam dua hari berubah menjadi pengesahan melalui scan dan diajukan melalui link yang ditentukan. Bukan dengan datang mengantar secara langsung. Hal ini menjadi alasan bahwa lembaran itu bisa saja dititip, lalu di-scan oleh seseorang, dan diteruskan ke link yang sudah ditentukan.
Proses tersebut sederhana. Tetapi yang harus dipahami, sebuah laporan itu harus mendapat verifikasi. Proses ini sendiri memang tidak harus tatap muka. Dengan mengirim melalui pesan elektronik, memudahkan semua pihak. Seperti halnya teken di atas. Ketika teken basah itu tidak harus dibawa langsung, jalan menjadi pintas dan mudah. Keadaan ini yang ternyata tidak sampai kepada semua orang yang terkait. Tidak semua orang dengan cepat mendapatkan informasinya.
Selain informasi, komunikasi juga sangat menentukan. Dengan perubahan yang terjadi, karena mengadaptasi keadaan, tidak semua orang bisa merespons orang lain dengan cepat.
Tiga hari yang lalu saya merasakan betapa respons lambat saya untuk memahami keadaan, begitu terasa. Setelah memberitahukan sesuatu, kita harus memastikan apakah sasaran kita itu sudah menerima pesan dari kita. Pada saat yang sama, kita juga harus memastikan dengan baik apakah informasi yang kita sampaikan itu sudah dipahami dengan baik.
Dengan informasi yang jelas dan tuntas, akan mempermudah banyak orang. Posisi pertama pada memahami informasi tersebut, untuk kemudian memudahkan dalam menentukan apa yang akan dilakukan.
Informasi yang jelas, kadang-kadang juga tidak bisa dilakukan dengan proses komunikasi yang baik. Posisi ini juga akan bermasalah. Kadang-kadang begitu sederhana untuk masalah yang rumit. Bisa jadi, kadang-kadang begitu rumit untuk hal yang sederhana. Informasi dan komunikasi akan membantu dalam proses tersebut.
Ketika jalan ke rumah dari kampus, tiga hari yang lalu itu, membayangkan bagaimana seseorang menempuh perjalanan jauh, karena informasi dan komunikasi yang tidak tuntas itu. []