URL Berhasil Disalin
URL Berhasil Disalin
Kita Belum Bisa Melumpuhkan Virus Covid – 19, Apa Yang Salah ?
Oleh
H. Hasanuddin, M.Ed (Tu Sudan)
Sampai hari ini dunia masih terkepung virus corona. Dan korbanpun masih berjatuhan di Seantero negeri di bumi ini. Termasuk di Indonesia ini. Perang melawan virus Corona jangan kendor. Walaupun kita mulai beringsut menuju new normal, namun Corona belum berhasil dilumpuhkan.
Mengapa? Apa yang salah pada diri kita? Lalu bagaimana sikap kita sebagai insan muslim ditengah kepungan wabah virus yang belum ada obatnya ini?
Jangan Congkak dan Takabbur.
Sesungguhnya manusia itu lemah. Karenanya jangan sombong. Jangan merasa digdaya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Jangan merasa paling kuat.
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Apalagi penguasa yang sombong dengan kekuasaannya. Sebagai muslim kita pun tak boleh sombong. Merasa bebas dari virus corona atau musibah apa pun. Kalau suatu saat wabah ini lumpuh dan sirna, Itu tidak menandakan kita kuat, tetapi semata-mata karena Allah melindungi kita. Karenanya jangan merasa sombong dan jangan membanggakan diri.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
(QS. An Nisa: 36).
Bukankah kita tahu dalam sejarah, banyak para penguasa yang sombong kemudian diazab oleh Allah. Namrudz yang sombong, cukup bagi Allah menurunkan nyamuk untuk menghentikan kesombongannya. Fir’aun yang sombong, bahkan mengaku sebagai tuhan, juga dihancurkan Allah. Kesombongannya demikian melampaui batas hingga mendeklarasikan diri:
(Seraya) berkata: Akulah tuhanmu yang paling tinggi. (QS. An Nazi’at: 24).
Maka cukup bagi Allah menenggelamkannya di laut untuk mengakhiri segala kesombongannya.
Maka Kami siksa dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang dia melakukan pekerjaan yang tercela. (QS. Adz Dzariyat: 40). - Jaga Aturan Allah.
Ibrah kedua yang bisa kita ambil dari kasus virus corona adalah keharusan menjaga aturan Allah. Allah yang menciptakan manusia, Dialah yang paling tahu tentang manusia. Alam semesta dan manusia merupakan ciptaan Allah. Maka Allah yang paling tahu apa yang baik bagi manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Salah satu aturan Allah adalah memakan makanan yang halal lagi baik. Sebagaimana firman-Nya:
Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi, makanan yang halal lagi baik. Dan jangan ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagimu. (HR. Tirmidzi dan Ahmad). - Tawakal.
Ibrah ketiga yang bisa kita ambil dari kasus wabah virus Corona ini adalah tawakkal kepada Allah. Kita tahu, Allah-lah Yang Maha Kuasa. Tiada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak dan izin-Nya. Termasuk terjadinya musibah, bencana dan penyakit menimpa siapa.
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. (QS. At-Taghabun: 11).
Karenanya, kita bertawakkal kepada Allah. Tentu dengan tetap mengoptimalkan ikhtiar. Misalnya menjaga kesehatan selalu cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan seterusnya. Ketika kita tawakal, insya Allah akan dilindungi dan dicukupkan Allah.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath Thalaq: 2-3).
Tingkatkan taqarrub kepada Allah.
Tak ada yang bisa melindungi kita kecuali Allah. Tak ada yang bisa menjaga kita dari bahaya kecuali Allah. Karenanya semakin mendekatlah kepada Allah. Perbaiki ibadah, perbanyak doa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan agar banyak doa dan berlindung dari keburukan, penyakit dan marabahaya. Di antaranya adalah doa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan An Nasa’i.
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari penyakit belang, gila, kusta dan segala penyakit mengerikan lainnya. (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i).
Siapa yang minta dijaga pasti akan dijaga-Nya.
Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (QS. Ghafir: 60).
Penulis adalah Kandidat Doktor Universitas Buhtur Ridha, Sudan,
Dosen STISNU Aceh,
Ketua Bidang Sektariatan Himpunan Ulama Dayah (HUDA) Banda Aceh.
Komentar Facebook