Kisah Perjalanan Rasulullah SAW ke Langit ketujuh, Peristiwa Besar Masa Kenabian

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Berbicara Isra Mikraj itu adalah sesuatu yang di luar logika dan nalar kita. Jika menggunakan akal saja maka amat sulit diterima.

banner 72x960

Tapi, itu benar-benar terjadi. Maka kita umat Islam meyakini bahwa akal bukan yang pertama.

Maksudnya, bahwa bagi kita yang pertama itu adalah keyakinan kepada Allah dan wahyu-Nya. Dan itu lah esensi iman dimana Alquran sendiri menceritakan kisah perjalanan Isra Mikraj Rasulullah SAW.

Hal tersebut disampaikan Waled Rusli Daud, SHI, M.Ag saat mengisi pengajian rutin yang diselenggarakan Majelis Pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqh (Tastafi) Banda Aceh di Hotel Permata Hati, Rabu malam, 10 Maret 2021.

Bekerja sama dengan aliansi Ormas Islam Aceh, pengajian rutin ini mengambil tema “Mi’raj Rasulullah SAW ke Langit Tujuh, Peristiwa Besar Masa Kenabian.”

“Ketika berbenturan akal dengan wahyu maka kita akan mendahulukan wahyu. Sementara akal kita simpan dulu, ” ujar Waled Rusli mengawali keagungan kisah perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina.

Serta, kemudian Rasulullah Mikraj dari Masjidil Aqsha ke langit ketujuh atau disebut Sidratil Muntaha.

“Isra Mikraj adalah kekuasaan Allah. Apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW adalah kebenaran hakiki. Tapi bukan berarti ini tidak bisa dibenarkan dengan sains dan akal karena perkembangan dunia sekarang justru menunjukkan kebenaran atas peristiwa besar tersebut,” ujar Waled Rusli.

Pimpinan Dayah Mishrul Huda Malikussaleh ini juga menceritakan pentingnya kita berislam secara kafah sebagai muslim.

“Kalau kita berislam secara kaffah (totalitas) maka dunia akan bisa kita kuasai. Dunia akan takluk di depan kita,” terang murid kesayangan almarhum Abu Panton ini.

Waled Rusli kemudian memberi contoh seperti dalam kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya, serta para waliyullah.

Menurut Waled Rusli, terhadap peristiwa besar ini banyak yang tidak mempercayainya. Khususnya, orang-orang kafir dan munafik.

“Ada yang bilang peristiwa Mikraj Rasulullah SAW itu cuman dengan ruhnya. Kenapa dibilang begitu, itu karena kebodohannya. Mikraj Rasulllah adalah perjalanan dengan ruh dan jasad Rasulullah SAW. Isra Miraj itu adalah koneksi paralel antara dunia dan langit,” kata Waled.

Waled Rusli menambahkan bahwa Isra Mikraj adalah peristiwa agung yang dilakoni oleh Rasulullah SAW dimana sutradaranya adalah Allah langsung.

Peristiwa Isra Mikraj adalah kejadian hebat yang melahirkan sesuatu yang besar dan semua itu kata Waled dilakukan Rasulullah SAW dengan menggunakan kendaraan buraq dan dituntun oleh Malaikat Jibril.

Dalam ayat Alquran, kata Waled, ketika menceritakan peristiwa ini, Allah menggunakan kalimat “Subhannallazi asra”, yang menunjuki bahwa Allah itu Maha Suci.

Tidak punya anak. Tidak punya mitra. Tapi kenapa juga ada Malaikat. Malaikat dijadikan oleh Alllah adalah kehendak Allah, kata Waled Rusli menerangkan.

Waled Rusli juga mengatakan bahwa peringatan Isra Mikraj merupakan momentum kita memperbaiki salat.

Pasalnya, ketika berada di Baitul Maqdis Rasulullah SAW berdoa agar Allah memberikan dispensasi kepada umatnya.

“Caranya bagaimana, yaitu dengan mengerjakan kewajiban shalat. Salat yang merupakan tiang agama ini adalah media pengampunan dosa bagi kita umat Islam,” ujar Waled dalam pengajian yang dimoderatori oleh Tgk Marbawi Yusuf, Ketua Umum Rabithah Thaliban Aceh ini.

Waled Rusli juga mengisahkan bahwa ketika melakukan Mikraj ke langit ketujuh, di sana Rasulullah SAW berjumpa dengan para Nabi.

Di langit pertama, Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Nabi Adam. Lalu di langit kedua, bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa.

Di langit ketiga, Rasulullah berjumpa dengan Nabi Yusuf dan di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris. Langit kelima berjumpa dengan Nabi Musa dan Harun.

Sedangkan di langit keenam, Rasul bertemu dengan Nabi Ibrahim dan terakhir, ketujuh, berjumpa dengan Allah SWT di Sidratil Muntaha.

Waled Rusli mengatakan bahwa Sidratil Muntaha ini ada yang mengatakan sebagai pohon atau khususnya dikatakan sebagai pohon bidara.

Ada yang bilang pohon kehidupan. Di sini kemudian Allah memberikan perintah kewajiban salat kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Pada pengajian ini, generasi muda Banda Aceh terlihat antusias mengikuti pengajian rutin Tastafi Banda Aceh. Dari seratusan lebih jemaah yang hadir adalah wajah-wajah muda milenial.

Pengajian Tastafi di Hotel Permata Hati ini merupakan kali ketiga. Manajemen hotel memfasilitasi segala kebutuhan jemaah.

Turut hadir dalam pengajian ini, Ketua Tastafi Banda Aceh, Tgk Umar Rafsanjani, Lc, MA, Ketua Aliansi Ormas Islam, Tgk Zainuddin Ubit, Ketua Ikatan Sarjana Alumni Dayah(ISAD) yang juga Sekjend Tastafi Banda Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla, Ketua Majelis Sirrul Mubtadin, Tgk Sofyan, dan sejumlah tokoh lainnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *