Keutamaan Hari Arafah

waktu baca 6 menit
Rizki Mustaqim.

Oleh Rizki Mustaqim STh MAg *)

ALHAMDULILLAH, beberapa hari lagi seluruh umat muslim di berbagai penjuru dunia akan merayakan hari raya Iduladha 1443 Hijriah atau 2022 masehi. Dalam perjalanan menuju Hari Raya Kurban tersebut, saat ini umat muslim sedang berada di hari-hari yang istimewa, sebaik-baiknya bulan yaitu bulan Dzulhijjah.

Bagaimana tidak, dalam bulan ini terkumpul tiga keutamaan. Pertama; Dzulhijjah merupakan salah satu ‘bulan haram’ (asyhurul hurum) yaitu bulan-bulan yang dimuliakan Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari :

“Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun ada 12 bulan. Di antara bulan-bulan tersebut ada 4 bulan yang haram. 3 bulan berturut-turut, yaitu; Dzulqa’dah, Dzulhijjah, al-Muharram, dan yang terakhir Rajab Mudhar, yaitu bulan di antara bulan Jumaada dan Sya’ban”.

Kedua di dalam bulan Dzulhijjah terdapat hari-hari yang istimewa, yaitu hari-hari terbaik yang dikhususkan Allah untuk beribadah di dalamnya. Begitu istimewanya hari-hari tersebut sampai Allah bersumpah dalam Alquran.

banner 72x960

Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, hari-hari tersebut adalah 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Allah berfirman dalam surah al-Fajr ayat 1-2:

“Demi fajar dan Demi malam yang sepuluh”.

Hal itu juga dikuatkan oleh sabda Nabi Muhammad yang berbunyi, “Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 di bulan al-Adha (bulan Dzulhijjah ), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adha. (HR. Ahmad).

Berdasarkan hadis di atas, maka pada bulan ini umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah karena Allah akan melipat gandakan pahala ibadah seorang hamba pada bulan tersebut.

Sebaliknya bagi orang yang berbuat dosa, maka dosanya juga akan berlipat ganda. Dari Ibnu Abbas RA menyebutkan, bahwasanya Rasulullah bersabda:

“Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya, “Apakah lebih baik dari pada jihad fii sabiilillaah?’.” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid).” (HR. al-Bukhari).

Keistimewaan yang ketiga, di dalam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah terdapat satu hari di mana hari itu menjadi puncak dari pelaksanaan ibadah haji, yaitu hari Arafah yang ditandai dengan wukufnya para jamaah haji.

Rasulullah SAW menginformasikan bahwa berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah atau hari Arafah tersebut, maka Allah akan menggugurkan dosa selama dua tahun.

Di samping itu, hari Arafah juga merupakan di antara hari yang Allah paling banyak membebaskan seseorang dari api neraka. Hari juga dimana doa seorang hamba paling cepat diijabah oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baiknya do’a adalah do’a pada hari Arafah” (HR: at-Turmudzi).

Beranjak dari begitu banyaknya keutamaan dan keistimewaan bulan Dzulhijjah, terutama di 10 hari pertamanya, yang nanti puncaknya adalah penyembelihan hewan kurban yang dimulai pada tanggal 10 Dzulhijjah dan diikuti tiga hari berturut setelahnya 11, 12, 13 Dzulhijjah yang dinamakan dengan hari-hari tasyriq.

Di tambah dengan dengan zikir, tahmid, tahlil, serta takbir yang sudah disunahkan, dilafazkan semenjak dari awal Dzulhijjah, menjadikan bulan Dzulhijjah ini menjadi ladang pahala bagi umat Islam.

Di antara kebiasaan para salaf ketika datang 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah, terkhusus di hari Arafah adalah mereka saling memperingatkan keluarga dan karib kerabatnya untuk menyibukkan diri dengan ibadah. Di antaranya dengan berpuasa, bersedekah, membaca Alquran, berdoa, serta tidak banyak bergaul dengan manusia.

Namun realita saat ini, sebahagian umat Islam sedikit sekali yang memperdulikan syiar-syiar agama, sehingga ibadah-ibadah yang sifatnya afdhaliyyah (lebih utama) dan khsususiyyah (bersifat khusus) sering diremehkan atau bahkan dilupakan sama sekali.

Itu lah salah satu dari misi dan jerat setan, yaitu menggiring manusia untuk lalai dari hal-hal yang utama (ibadah utama). Ibadah ada tingkatan-tingkatannya, ada ibadah yang memiliki nilai keagungan yang tinggi di sisi Allah dan ada juga ibadah yang nilai pahalanya biasa. Maka setan datang mengelabui manusia untuk meremehkan ibadah yang nilainya agung.

Sebagai contoh, tidak memanfaatkan sebaik-baiknya di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini dengan ibadah, padahal sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis di atas, bahwa tiada hari yang lebih baik di sisi Allah melainkan hari-hari di 10 pertama Dzulhijjah, bahkan jika dibandingkan dengan jihad sekalipun.

Sebahagian umat muslim masih disibukkan dengan jalan-jalan, shopping, berlama-lama duduk di warung kopi. Hal tersebut bukannya tidak boleh, namun bagi muslim yang cerdas, ia lebih memilih meninggalkan semua kegiatan yang berorientasi pada dunia, untuk selanjutnya berkonsentrasi serta memanfaatkan waktu sebaik-baiknya guna beramal di 10 pertama Dzulhijjah ini dengan berpuasa, bersedekah, zikir dan membaca Alquran.

Contoh lainnya adalah ketika Allah mensyariatkan ibadah kurban, maka tidak ada tawar-menawar lagi dengan beralasan bahwa ia sudah sering bersedekah dan sedekah menurutnya lebih baik dan bermanfaat dari pada kurban.

Sedekah harta bisa dilakukan di sepanjang tahun, namun ibadah kurban terkait dengan waktu, hanya bisa dilakukan sekali dalam satu tahun. Dan dengan melakukan ibadah kurban niscaya seorang muslim sudah melakukan dua ibadah sekaligus, yaitu ketaatan terhadap perintah Allah dan juga sekaligus bersedekah daging kurban kepada fakir miskin dan kerabat. Oleh sebab itu, ulama sepakat bahwa ibadah kurban itu tetap lebih baik dari pada bersedekah uang yang nilainya jauh lebih besar.

Sekali lagi ini adalah soal kecerdasan seorang muslim memanfaatkan waktu dalam beramal. Jangan sampai pada hari-hari utama ini seorang muslim dilalaikan oleh kesibukan dunia, apalagi pada hari Arafah nanti, jangan sampai seorang muslim disibukkan dalam perjalanan, disibukkan dengan berbelanja kebutuhan makanan, berlama-lama di warung kopi, disibukkan dengan senda gurau dan lain sebagainya.

Manfaatkan waktu untuk berbelanja sehari sebelumnya. Ketika hari Arafah tiba, maka berdiam diri di rumah untuk melakukan ketaatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah itu adalah hal yang lebih utama.

Sebagaimana pahala dilipatkan gandakan pada hari-hari bulan Dzulhijjah, begitu juga dengan dosa, maka dosa yang dilakukan seorang muslim pada hari-hari tesrebut juga akan dilipat gandakan oleh Allah.

Ahli ilmu mengatakan, barang siapa yang mampu menjaga akan dosa pandangan, pendengaran dan perkataan pada hari-hari mulia ini, maka Allah akan menjaga dan mengampuni dosa-dosanya.

Sebelum penulis akhiri, penulis berpesan bahwa hari-hari di 10 pertama Dzulhijjah masih tersisa dan Hari Raya Kurban masih akan datang beberapa hari lagi, belum terlambat. Mari menambah ketaatan kepada Allah, mari menjadi hamba-hamba Allah yang benar-benar cerdas dalam beramal, mari memaknai kembali Hari Raya Kurban dengan menjadi shahibul kurban tahun ini. []

*) Penulis adalah mahasiswa Doktoral University of Malaya, Jurusan Alquran dan Hadis 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *