Ketum ISAD Sampaikan Sejumlah Peluang dan Tantangan Jelang PON XXI Aceh-Sumut

Ketum ISAD Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Ketua Umum (Ketum) Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla, menyoroti peluang besar yang dimiliki Aceh dalam penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.

banner 72x960

Menurut Tgk Mustafa, PON XXI Aceh-Sumut bukan hanya tentang olahraga tetapi juga mengenalkan kekayaan budaya dan nilai-nilai keislaman di Aceh kepada masyarakat luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Lebih lanjut, Tgk Mustafa mengatakan, ada sejumlah hal penting yang perlu diperhatikan dan dimanfaatkan dengan baik dalam penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumut ini. Salah satu  isu yang mencuat, kata dia, terkait  rekrutmen tenaga kesehatan untuk pelaksanaan PON XXI Aceh-Sumut.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh saat ini tengah membuka rekrutmen besar-besaran untuk tenaga medis yang akan ditempatkan di berbagai lokasi selama acara berlangsung.

Namun, Tgk Mustafa menilai bahwa rekrutmen ini mungkin tidak sepenuhnya diperlukan jika dilihat dari ketersediaan tenaga medis lokal yang sudah ada.

“Ada sebenarnya sudah memiliki struktur kesehatan yang cukup baik, mulai dari tingkat desa hingga provinsi. Kita bisa memaksimalkan tenaga yang sudah ada tanpa harus melakukan rekrutmen baru yang besar,” kata Tgk Mustafa, Banda Aceh, Jumat (9/8/2024).

Dirinya juga menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mempromosikan Aceh, terutama melalui pengembangan aplikasi android yang berisi informasi lengkap tentang Aceh, mulai dari budaya, pariwisata, hingga nilai-nilai Islam yang dianut masyarakatnya.

Aplikasi ini, kata dia, dapat difungsikan sebagai alat edukasi dan promosi yang efektif, terutama dalam mengatasi stereotip negatif tentang Islam yang sering terjadi di berbagai belahan dunia.

“Dengan aplikasi ini, kita dapat memberikan informasi yang akurat dan positif tentang Aceh, sehingga dapat menarik minat wisatawan domestik dan internasional untuk berkunjung,” tambahnya.

Dalam konteks melawan Islamofobia, Tgk Mustafa menekankan perlunya edukasi dan dialog terbuka antar agama. Dia percaya bahwa dengan mengadakan seminar, workshop, dan dialog terbuka, masyarakat dapat lebih memahami nilai-nilai Islam yang sebenarnya.

Kampanye media sosial yang mengedukasi tentang toleransi dan pluralisme juga perlu digalakkan untuk mengubah persepsi negatif tentang Islam dan Aceh.

“Ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam yang kita anut di Aceh adalah Islam yang damai dan toleran,” kata Tgk Mustafa.

Selanjutnya, promosi kebudayaan Aceh juga menjadi perhatian utama Tgk Mustafa. Menurutnya, kebudayaan Aceh yang kaya dan unik memiliki potensi besar untuk dikenal secara luas. Melalui festival budaya, workshop tari Saman, kuliner Aceh, serta kerajinan tangan, keunikan budaya Aceh dapat dipromosikan ke kancah nasional maupun internasional.

“Kita harus bangga dengan budaya kita dan berusaha untuk memperkenalkannya kepada dunia,” ujarnya.

Dalam bidang pariwisata, Tgk Mustafa menegaskan visi Aceh untuk menjadi destinasi wisata unggulan yang berfokus pada pariwisata Islami. Dengan meningkatkan infrastruktur pariwisata dan memperluas promosi melalui media digital dan kerjasama internasional, Aceh dapat menjadi tujuan wisata yang menarik seperti Bali atau Dubai.

“Kita harus memastikan bahwa setiap aspek wisata yang kita tawarkan sejalan dengan nilai-nilai Islam, sehingga dapat memberikan pengalaman berwisata yang unik dan bermakna bagi wisatawan,” tambahnya.

Pentingnya peran pemandu wisata dalam memperkenalkan Aceh juga disoroti oleh Tgk Mustafa. Menurutnya, pemandu wisata harus terlatih dan memahami nilai-nilai budaya serta agama agar dapat memberikan pengalaman berwisata yang menyeluruh dan berkesan.

Kolaborasi antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta berbagai pihak terkait dapat memastikan sinergi dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan Islami.

Sebagai penutup, Tgk Mustafa mengingatkan pentingnya semangat dan kerjasama dalam memanfaatkan kesempatan ini untuk mensyiarkan Islam dan memperkenalkan Aceh kepada dunia.

“PON XXI adalah momentum yang tepat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Aceh adalah tempat yang indah dengan masyarakat yang ramah dan toleran. Mari kita bersama-sama menjadikan PON XXI sebagai ajang untuk membangun citra positif Aceh dan Islam di kancah internasional,” tutup Tgk Mustafa.

Dengan demikian, PON XXI diharapkan tidak hanya menjadi ajang olahraga semata, tetapi juga langkah strategis dalam mempromosikan Aceh dan Islam kepada dunia. (Akhyar)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News

Komentar Facebook