Kesulitan Hidup di Depok, Pemerintah Aceh Pulangkan Ibu dan Anak asal Banda Aceh
Yusnidar Ali (65) dan Raihanul Ajnan (20), dipulangkan ke Aceh menggunakan bus Putra Pelangi melalui terminal bus Tajur Bogor, Jawa Barat, Minggu, 21 Maret 2021. (Dok BPPA)
Theacehpost.com | JAKARTA – Pemerintah Aceh melalui Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) memfasilitasi pemulangan dua warga Banda Aceh dari Depok, karena kondisinya sangat memperihatinkan.
Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) Almuniza Kamal S.STP, M.Si mengatakan, kedua warga Kuta Alam, Banda Aceh itu yang merupakan ibu dan anak, Yusnidar Ali (65) dan Raihanul Ajnan (20), dipulangkan ke Aceh dengan menggunakan bus Putra Pelangi melalui terminal bus Tajur Bogor, Jawa Barat, Minggu, 21 Maret 2021.
“Diperkirakan akan tiba di terminal bus Batoh, Banda Aceh sekitar lima hari ke depan. Semoga selamat sampai tujuan,” kata Almuniza didampingi Kasubbid Hubungan Antar Lembaga dan Masyarakat, Ir Cut Putri Alyanur.
Ia menyebutkan, pemulangan masyarakat Aceh yang telantar di Jabodetabek dan sekitarnya merupakan amanah dari Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT, terutama bagi mereka yang kurang mampu.
“Itu yang selalu kita lakukan membantu warga Aceh di perantauan terutama yang kurang mampu, seperti dialami ibu dan anak itu yang dipulangkan hari ini dari Depok,” kata Almuniza.
Selain membantu tiket, kata Almuniza, pihaknya juga memberikan uang saku untuk digunakan selama di perjalanan.
Almuniza menambahkan, keberadaan dua warga Banda Aceh itu diketahui dari organisasi paguyuban Aceh di Depok, yaitu pengurus Taman Iskandar Muda (TIM) Cabang Depok Beji.
“Karena mereka berdua sudah tinggal di Meunasah Aceh di Depok sekitar tiga minggu. Sehingga sudah sangat memperhatikan, dan mereka juga ingin dipulangkan ke Aceh,” katanya.
Sang ibu, Yusnidar Ali mengatakan, ia yang sudah tinggal di Depok bersama anaknya Raihanul, sejak 2013 karena mendapatkan tawaran kerja sama untuk menjahit.
“Tapi saya tidak lama kerja sama itu. Kemudian saya menerima pesanan jahitan pakaian di rumah kontrakan,” katanya yang tinggal di kelurahan Beji Timur, Beji, Kota Depok.
Sedangkan anaknya, kata Yusnidar menempuh pendidikan di Yayasan Muhammadiyah Depok, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Baru tahun lalu, 2020 anak saya lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yayasan Muhammadiyah itu dan biaya semuanya ditanggung pihak sekolah. Namun, dia harus tinggal di asrama,” kata Yusnidar yang sempat juga bekerja di Yayasan Muhammadiyah tersebut sebagai juru masak.
Bencana non-alam, pandemi Covid-19, membuat Yusnidar harus gulung tikar dari pekerjaannya menjahit. Peaanan sudah mulai berkurang sepanjang tahun 2020.
“Saat masa Covid-19, pesanan jahitan menurun drastis dan sepi sehingga saya mengalami kesulitan juga untuk membayar kontrakan,” kata Yusnidar yang jadi orang tua tunggal sejak suaminya meninggal pada 2006.
Ia menambahkan, sesampai di Banda Aceh nanti, berencana akan menempati kontrakan di kawasan Lueng Bata. Karena, sebelumnya ia tinggal di Kuta Alam di rumah kontrakan, yang saat ini sudah dibangun pertokoan.
Dengan difasilitasi pemulangannya ke Aceh bersama dengan anaknya, ia mengaku sangat bersyukur. Karena sudah sangat membantu biaya kepulangannya ke kampung halaman.
“Alhamdulillah, saya sangat berterimakasih kepada Pemerintah Aceh dan juga TIM Cabang Depok, karena sudah membantu pemulangan kami ke Aceh,” ujarnya.
Sebelumnya, Theacehpost.com juga menerima informasi tentang pemulangan warga Aceh tersebut dari admin grup WhatsApp “FGD Tokoh Aceh-Nasional”, Muhammad Hafidh.
Menurut Hafidh, warga Aceh yang tergabung dalam paguyuban Aceh di Depok, yaitu TIM Cabang Depok Beji mengumpulkan dana sebesar Rp 1.100.000 untuk sekadar biaya di jalan. []