Kepentingan
MENURUT Kamus Bahasa Indonesia, rakit diartikan sebagai kendaraan apung dibuat dari beberapa buluh (kayu) yang diikat berjajar dipakai untuk mengangkut barang atau orang di air.
Dalam kehidupan sosial, rakit itu bisa menggunakan apa saja. Syaratnya bisa mengapung. Ada yang terus digunakan, namun tidak sedikit yang akan dibuang begitu saja setelah setelah dipakai.
Saat sungai di kampung saya masih normal, terutama waktu masih anak-anak, saya sering melihat di hulu membawa bambu ke hilir. Sekitar 20-30 bambu lalu diikat dan dijadikan rakit, lalu pelan-pelan dibawa ke pesisir. Cara yang sangat praktis.
Jika menggunakan truk, butuh biaya. Dengan menggunakan sungai, mereka bisa membawanya dengan gratis. Bambu digunakan oleh para nelayan, yang biasanya dipesan dari mereka yang punya rumpun bambu di hulu.
Pohon pisang juga bisa mengapung. Tidak jarang ia juga dipakai untuk tujuan tertentu. Ketika diajak orang tua ke kebun yang dekat sungai, membawa pulang sejumlah buah pala yang dipetik, sekaligus beberapa pisang, batangnya lalu digunakan untuk membawa pulang semua itu ke kampung. Pohon pisang itu, selesai digunakan, lalu dihanyutkan begitu saja. Tidak digunakan lagi.
Rakit itu untuk membantu kehidupan kita. Tidak selalu pada fungsi, untuk membantu kebutuhan manusia, melainkan juga pada posisi terapung itu, yang membuat rakit begitu penting. Bambu atau pohong pisang, kayu atau apa pun yang bisa mengapung, akan digunakan untuk kepentingan manusia. Setelah digunakan, apakah ia akan dipakai atau tidak, tergantung dari manfaat yang akan digunakannya kemudian.
Pohon pisang yang saya sebut, tidak selalu ada manfaat. Orang-orang yang punya peliharaan, akan mengambilnya, dikuliti sedikit, lalu dipotong-potong diberikan kepada ternak. Jika tidak ada kepentingan, ia akan ditinggalkan begitu saja. Berbeda dengan bambu atau kayu, yang memang akan digunakan untuk kepentingan yang lain.
Begitulah ketika kepentingan yang menjadi ukuran. Ia akan terasa begitu manfaatnya terasa ada. Saat manfaat sudah tidak dirasakan, tidak ada beban ia akan ditinggalkan begitu saja. Kepentingan dan manfaat ini pula, orang sering melupakan apa yang akan dilakukannya. Tidak semua janji akan ditunaikan karena kepentingan dan manfaat tadi sudah tidak ada.
Dalam kamus sosial kita, mungkin pernah mendengar sesuatu yang terkait kepentingan dan manfaat itu. Watee di laot sapeue pakat, watee di darat laen keunira (saat di laut bisa satu janji atau kesepakatan, namun saat sudah di darat bisa lain lagi yang dilakukan).
Ungkapan ini ingin menggambarkan bahwa orang-orang yang mengingkari janji dengan mudah, adalah sesuatu yang biasa dalam kehidupan. Orang yang berjanji, terutama ketika ada keperluan dan kepentingan, dengan mudah akan berbalik arah saat semua kepentingannya sudah selesai.
Saya kira jangan mudah melupakan orang. Dengan begitu orang juga akan terus mengingat kita. Ketika kita mudah melupakan orang, maka jangan heran begitu mudah orang nanti akan melupakan kita. []