Kader PPP Aceh: Solusi Terbaik Suharso Monoarfa Harus Mundur
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Desakan yang disuarakan oleh tiga Pimpinan Majelis (Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, Majelis Pertimbangan) DPP-PPP agar Suharso Monoarfa mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP mendapat dukungan dari kader PPP Aceh.
Dukungan tersebut disampaikan salah seorang kader PPP Aceh, Tgk. H. Musannif Sanusi, SE kepada Theacehpost.com, Selasa malam, 23 Agustus 2022.
Berita terkait: Tiga Pimpinan Majelis Desak Suharso Monoarfa Mundur dari Ketua Umum PPP
Menurut Musannif, sebagai pribadi, pimpinan yayasan pesantren, dan kader yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua DPW-PPP Aceh sangat mendukung apa yang disampaikan Ketua Majelis Syariah, Ketua Majelis Pertimbangan, dan Ketua Mejelis Kehormatan DPP-PPP yang meminta Suharso Monoarfa mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP.
“Itu desakan yang sangat rasional di tengah berbagai persoalan yang melilit partai selama di bawah kepemimpinan Suharso Monoarfa,” tandas Musannif.
Dalam penilaian kader PPP—termasuk di Aceh—sudah terlalu banyak masalah yang berimbas terhadap partai selama dipimpin Suharso Monoarfa.
Kesalahan paling fatal, menurut Musannif adalah ketika Suharso Monoarfa sebagai Ketua Umum PPP berpidato pada forum pendidikan antikorupsi PPP yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI pada 15 Agustus 2022.
“Beliau telah menghina kiyai, ulama, dan dunia pesantren terkait pemberian sesuatu ketika silaturahmi atau sowan kepada para kiyai dan ulama. Ini kan sangat keterlaluan. Beliau sangat tidak mengerti sejarah partai yang notabene dilahirkan dan dibesarkan oleh kiyai dan ulama,” tandas Musannif.
Selain itu, lanjut Musannif, banyaknya masalah pribadi (keluarga) yang mencuat ke publik, seperti perceraiannya dengan Ibu Nurhayati dan selanjutnya mengawini seorang selebgram.
“Yang sangtat disayangkan berbagai masalah keluarga yang mencuat ke publik tidak pernah diklarifikasi sehingga menjadi liar dan sangat merugikan partai. Padahal sebagai ketua partai Islam beliau harus meluruskan itu, tidak membiarkan sehingga merusak citra partai,” kata Musannif.
Hal lain yang juga menjadi sumber pelemahan PPP adalah banyaknya hasil muswil dan muscab yang bermasalah. Sebagai contoh, lain yang diusulkan formatur lain pula yang ditetapkan.
“Ini ibarat api dalam sekam, bukan hanya di Aceh tetapi di berbagai provinsi lainnya,” kata Musannif yang juga Ketua Yayasan Darul Ikhan Tgk Haji Hasan Krueng Kalee Aceh Besar.
Kondisi lainnya yang sangat mengkhawatirkan kader PPP adalah tidak ada hasil survei yang naik secara siginifikan (selalu stagnan) semasa kepemimpinan Suharso. Tidak ada isu-isu yang baik yang ditimbulkan sehingga pergerakan partai cenderung stagnan.
Pada bagian akhir penegasannya, Musannif kembali menegaskan, baik secara pribadi, kader, dan Wakil Ketua PPP selayaknya Suharso mundur. Masih banyak orang-orang baik, cinta kiyai, ulama, dan habain.
Ditanya apa konsekwensi terburuk yang akan dihadapi PPP jika Suharso tidak menggubris desakan Pimpinan Majelis DPP-PPP, menurut Musannif dipastikan akan sangat berat bagi partai menghadapi Pemilu 2024.
“Akan sangat kesulitan bagi PPP meraup suara. Solusi terbaik memang beliau harus mundur, harus dengan jiwa besar mundur sebagai Ketua Umum DPP-PPP.
Beri kesempatan kepada kader lain yang lebih mengerti tentang latar belakang partai ini,” demikian Musannif.[]