Iuran Pariwisata Via Tiket Pesawat Berpotensi Gagalkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Ketua Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) Aceh, Muhammad Balia meminta pemerintah pusat untuk mengkaji kembali dalam memutuskan kebijakan pungutan iuran pariwisata melalui tiket pesawat.
Menurut Balia, jika pemerintah gegabah memutuskan kebijakan pungutan iuran pariwisata hingga menyebabkan tarif tiket pesawat mahal, maka bukan hanya traffic penumpang di bandara yang akan mengalami kemerosotan namun situs pariwisata di daerah juga berpotensi sepi peminat turis mancanegara.
“Kenaikan tarif tiket pesawat bisa mempengaruhi minat turis asing untuk datang berkunjung ke Indonesia, apalagi saat iuran pariwisata dibebankan kepada para penumpang, tentu ini bisa berakibat buruk bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan situs pariwisata yang saat ini memang sedang gencar-gencarnya dipromosi,” kata Balia, Banda Aceh, Rabu (1/5/2024).
Menurut Balia, pengenaan iuran pariwisata melalui tiket pesawat menjadi kontra produktif karena berpotensi bisa menyebabkan harga tiket pesawat naik, jumlah penumpang turun dan kondisi bisnis maskapai penerbangan maupun kondisi pariwisata daerah melandai.
Sehingga, kata Balia, jika kebijakan itu dipaksakan oleh pemerintah maka akan menyebabkan program perluasan konektivitas transportasi udara dari pemerintah menjadi tidak sejalan.
“Saat ini penumpang pesawat sudah mengeluh dengan harga tiket yang mahal, kalau dipaksakan lagi dengan menarik iuran pariwisata, itu sama saja seperti menjajah penumpang dengan tambahan biaya double. Jadi sekali lagi kita berharap agar pemerintah pusat berhati-hati memutuskan kebijakan ini, karena sektor pariwisata daerah menjadi taruhannya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, saat ini pemerintah sedang menyusun rancangan Peraturan Presiden (Perpres) Dana Pariwisata Berkelanjutan atau Indonesia Tourism Fund. Salah satu yang menjadi sorotan yakni sumber pendanaan yang berasal dari iuran pariwisata.
Pemerintah kabarnya berencana mengenakan iuran pariwisata kepada penumpang pesawat. Iuran ini akan dimasukkan dalam komponen perhitungan harga tiket pesawat. Rencana tersebut terbongkar dari undangan Rapat Koordinasi Pembahasan Rancangan Perpres Dana Pariwisata Berkelanjutan yang dikeluarkan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi yang diterbitkan pada 20 April yang lalu.
Bikin Industri Pariwisata Aceh Nyungsep
Ketua INCCA Aceh, Muhammad Balia mengatakan, sektor pariwisata di Provinsi Aceh saat ini sedang mengalami fase kebangkitan.
Hal ini dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh yang mencatat bahwa ada sebanyak 4.454 turis asing yang berkunjung ke Aceh pada Februari 2024.
Menurut Balia, lubernya turis asing yang berkunjung ke Aceh menjadi momentum dan peluang bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan melalui jasa industri pariwisata.
Karenanya, kata dia, rasio jumlah turis asing yang sedang berkembang di Provinsi Aceh saat ini mesti terus terjaga, jangan sampai diganggu oleh kebijakan kontra produktif yang bisa menyebabkan pelaku industri pariwisata kelimpungan dalam mempromosikan destinasi wisata Aceh ke mancanegara.
Balia menegaskan, mahalnya harga tiket pesawat juga bisa melunturkan peluang Provinsi Aceh untuk bisa menunjukkan wajah syariat Islam kepada wisatawan asing.
“Apalagi pariwisata halal (halal tourism) yang saat ini sedang menggeliat dan menjadi identitas masyarakat Aceh akan menjadi kurang bernyawa jika minat berkunjung wisatawan asing menjadi sepi akibat tarif tiket pesawat yang mahal,” ungkapnya.
Selain itu, Balia mengatakan, sepinya pengunjung turis asing yang masuk ke Aceh juga berpotensi membuat lapangan kerja kreatif di sektor pariwisata amburadul. Akselerasi peningkatan ekonomi daerah bidang pariwisata menjadi terhambat.
“Sepinya sektor pariwisata juga berimbas buruk pada pendapatan masyarakat pelaku ekonomi kreatif. Mereka akan kehilangan sebagian rejekinya,”tutup Balia. (Akhyar)
Tinggalkan Balasan
2 Komentar
-
Putra
Kok abéh yaa pemikiran pusat seperti itu.. Yogyakarta dan Bali saja yg sudah menjadi distenasi wisata penduduk dunia tdk berani mengambil kebijakan (gabung tiket pesawat dgn tiket wisata)..ada apa di balik semua ini?!
-
Putra
Kok anéh yaa pemikiran pusat seperti itu.. Yogyakarta dan Bali saja yg sudah menjadi distenasi wisata penduduk dunia tdk berani mengambil kebijakan (gabung tiket pesawat dgn tiket wisata)..ada apa di balik semua ini?!