Isi Seminar di Unida, Menaker Ida: 9,7 Juta Orang Tak Bekerja
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Menaker) Ida Fauziyah mengisi kuliah umum dan seminar kesehatan kerja nasional di Universitas Iskandar Muda (Unida), Banda Aceh, 11 Januari 2020.
Ketua Yayasan Perguruan Iskandar Muda, Drs A H Malik Raden MM menyampaikan Unida merupakan kampus tertua di Banda Aceh.
Sebelumnya, perguruan tinggi swasta ini bernama Universitas Islam Aceh, berdiri sejak tahun 1962 dan berganti nama pada 25 Januari 1987 menjadi Unida.
“Unida telah memiliki 6 fakultas yang terdiri dari 13 prodi Srata Satu (S1) dan 3 prodi Srata dua (S2) yang semuanya telah terakreditasi BAN-PT,” ungkap Malik Raden.
Kepada Menaker Ida, ia menjelaskan pada saat tsunami melanda Aceh, bangunan Unida hancur.
“Di sini termasuk permukaan tsunami yang paling tinggi, oleh karena itu 20 dosen tetap di kampus ini meninggal dunia,” imbuhnya.
Malik juga menyampaikan bahwa Menaker RI, Ida Fauziyah merupakan tamu pertama yang berkunjung ke kampus tersebut.
“Dosen Unida ini sudah kita berikan pelatihan terkait K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan berhasil dalam melakukan pelatihan itu berkat dukungan ibu menteri,” katanya.
Sementara itu, saat mengisi seminar Menaker RI, Ida Fauziyah menyampaikan kehadiran universitas swasta tertua di ibu kota provinsi ini sangat penting karena bisa menambah sumber daya manusia di Aceh.
“Data BPS pada Agustus 2020, jumlah angkatan kerja mencapai 138 juta penduduk, yang terdiri dari 128 juta yang bekerja. Yang tidak bekerja sebanyak 9,7 juta, ini merupakan jumlah pengangguran terbanyak 7,07 persen,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Menaker berharap alumni Unida nantinya akan diterima dengan baik ketika akan terjun ke lapangan kerja.
“Data secara keseluruhan menunjukan ada 57 persen lebih berpendidikan rendah dan bersyukur kondisi Aceh lebih, hanya 46 persen saja. Oleh demikan, SDM ini harus menjadi prioritas dan menjadi bonus, bukan menjadikan mudhorat bagi negara kita,” tuturnya.
Penulis: Cut Putroe Ujong