ISAD Sepakat dengan Mualem Soal Tutup Kedai di Waktu Shalat

Sekjen ISAD Aceh, Dr Teuku Zulkhairi. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) menyatakan mendukung penuh terhadap kebijakan Gubernur Aceh, H Muzakir Manaf alias Mualem, perihal seruan tutup kedai saat adzan shalat berkumandang.

banner 72x960

ISAD menilai bahwa kebijakan tersebut bisa memperkokoh nilai-nilai keislaman masyarakat Aceh karena shalat merupakan tiang Islam.

Sebagaimana diketahui, Mualem dalam ceramahnya di Masjid Raya Baiturrahman pada Rabu, 5 Maret 2025, menyampaikan agar warga Aceh senantiasa menjaga shalat lima waktu secara berjamaah dan menutup kedai saat adzan berkumandang.

Dalam ceramah yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Aceh, Mualem menegaskan pentingnya shalat sebagai pilar utama dalam kehidupan umat Islam.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) ISAD, Teuku Zulkhairi mengatakan, pihaknya siap mendukung dan mengawal kebijakan ini.

Sebab, kata dia, seorang pemimpin memang tidak hanya bertanggungjawab atas urusan dunia rakyatnya, tetapi juga harus memastikan keselamatan mereka di akhirat.

“Kita memahami bahwa shalat adalah tiang agama, jika fondasi ini kokoh, maka kehidupan masyarakat juga akan terarah dan berkah,” ujar Teuku Zulkhairi kepada Theacehpost.com, Banda Aceh, Kamis (6/3/2025).

Oleh karenanya, Teuku Zulkhairi yang juga seorang dosen di UIN Ar-Raniry serta Mudir Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matangkuli Aceh Utara itu menilai langkah Mualem dalam memperkuat tiang agama Islam di Aceh sudah tepat, dan sebagai warga yang taat wajib mendukung secara totalitas.

Menurutnya, seruan Mualem itu bukan hanya perintah administratif, tetapi merupakan bagian dari upaya untuk membangkitkan kembali semangat keislaman masyarakat Aceh.

“Sebagai provinsi yang menerapkan syariat Islam, Aceh seharusnya lebih serius dan fokus dalam menegakkan nilai-nilai agama, termasuk dalam hal shalat berjamaah,” ujarnya.

“Ketika Mualem meminta agar masyarakat Aceh segera menutup kedai dan bergegas ke masjid saat adzan berkumandang, ini bukan sekedar seruan dan kebijakan pemimpin, tetapi bisa dimaknai sebagai upaya membangkitkan kesadaran keislaman masyarakat Aceh  lebih mendalam. Shalat berjamaah adalah jalan menuju keberkahan dan kebangkitan umat,” tambahnya.

Zulkhairi juga mengatakan bahwa kompleksitas persoalan yang mendera Aceh sebagai bangsa hari ini sangat berkaitan dengan fakta banyaknya orang yang tidak shalat yang bisa dilihat sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

“Jika hari ini banyak yang meninggalkan shalat, maka itulah masalah terbesar kita, yang berimplikasi pada berbagai aspek kehidupan, termasuk ancaman runtuhnya pondasi keislaman Aceh,” jelasnya.

ISAD juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk ulama, akademisi, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah, untuk bersama-sama mengawal dan mensukseskan kebijakan ini.

“Aceh harus menjadi contoh dalam menegakkan nilai-nilai Islam di Nusantara. Apa yang dilakukan Mualem adalah langkah awal yang baik. Kini, tugas kita adalah bersinergi untuk menjadikannya sebagai gerakan bersama demi membangun Aceh yang lebih religius dan bermartabat sebagai syarat menuju kejayaan dunia dan akhirat,” pungkasnya. (Akhyar)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp

Komentar Facebook