Ini Dia Penyair yang Dinyatakan Lolos Kurasi Buku Puisi berjudul Seperti Belanda
Theacehpost.com | JAKARTA – Bertepatan dengan 15 tahun Hari Damai Aceh pada 15 Agustus 2020, kurator bunga rampai puisi Indonesia berjudul Seperti Belanda, Salman Yoga menyebut ada puluhan nama penyair yang dinyatakan lolos seleksi puisinya untuk dimuat di buku ini.
“Ada pula puisi yang tidak lolos karena tidak sesuai dengan tema besar yang kita suguhkan, yakni konflik, bencana alam tsunami dan perdamaian,” kata Salman, di Takengon, Aceh Tengah, Sabtu, 15 Agustus 2020.
Salman menyatakan penyair yang lolos kurasi dalam buku tersebut berasal dari berbagai daerah. Di sisi lain, dari 67 penyair nasional yang sudah terkenal, ada pula 17 penyair perempuan di dalamnya. Salah satunya adalah penyair termuda yang masih berstatus mahasiswi di Fakultas Kedokteran berusia di bawah 20 tahun.
Keputusan untuk menampilkan beberapa penulis muda tersebut, antara lain Adam Zainal, Abu Rahmad, Aflaha Rizal, Desi Ulvia serta Sanya Savira Aboebakar adalah sebagai bentuk tanggung jawab panitia untuk melakukan regenerasi.
“Renegenerasi di dunia penyair perlu, agar bakat-bakat yang terpendam di kalangan milenial bisa juga muncul bersama penyair senior. Dan yang paling muda adalah Sanya Savira Aboekabar,” ungkapnya.
Inisiator bunga rampai puisi Indonesia Pilo Poly menjelaskan, buku puisi ini akan dibagi gratis ke warga melalui pdf. Selanjutnya, buku tersebut akan dicetak terbatas pula sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada penyair.
“Setelah itu, buku tersebut nantinya akan dikirimkan ke alamat masing-masing penyair dan juga ke perpustakaan dan sekolah (jika memungkinkan) di Aceh,” jelas dia.
Sebagai inisiator, dirinya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu suksesnya pengumpulan karya. Tak lupa, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada intelektual nasional, Fachry Ali karena sudah memberikan prolog dalam buku ini.
“Tak lupa lupa pula ucapan terima kasih kepada Aktris populer Christine Hakim yang menyuguhkan epilog,” sebut Pilo bersemangat.
Berikut daftar nama-nama penyair yang dinyatakan lolos kurasi:
- Abu Rahmat
Pada Bulan Antara Desember - Adam Zainal
Di Ladang Harapan - Aflaha Rizal
Kraft - Ahmadun Yosi Herfanda
Sudah Terlalu Banyak Yang Pergi
Ada Seseorang Yang Menunggu di Tikungan - Ali Syamsudin Arsi
Tajam Luka Rencong, Bila
Membelah Bumi Membuka Jarak - Arafat Nur
Kenangan Masa Kecil
Ada Sebuah Masa yang Sengaja Dihilangkan - Arika Aboebakar
Perempuan dan Serdadu - Ayi Jufridar
Memangkas Kenangan
Pagi Berdarah - D Kemalawati
Dengung di Atas Batu - D Zawawi Imron
Aceh Mendesah Dalam Nafasku - Desi Ulvia
Tragedi Pinto Sa - Dheni Kurnia
Ujung Barat Aceh
Mataku Selalu Terbuka - Debra H. Yatim
Garis Empu - Edrida Pulungan
Seteleah Helsinki
Perempuan Pemetik Bungong Seulanga - Emi Suy
Makan Beras
Desing Peluru Mesiu - Fakhrunnas MA Jabbar
Menghidu Sisa Mesiu dan Serdadu
Tanah Rencong Ini : t. iskandar johan - Fikar W. Eda
Kopi Pmtoh
Seperti Belanda - Gen’s Gonzaga
Nangroe Aceh, Selepas Luruh - Hasan Aspahani
Hari Ini Tak Ada Laporan Dari Aceh - Hasbi Burman
67#Hallo Indonesia - Herman RN
Kenangan (mengenang janji damai Aceh)
Antara Gayo – Blang - Husnu Abadi
Doa Untuk Daud Beureueh
Mengenang A. Hasymi - Ihan Sunrise
1999 - Irawan Sandhya Wiraatmaja
Seperti Kudengar Napasmu, Aceh Aceh: Di Mana Tersimpan Air Mata - Isbedy Stiawan ZS
Aceh, dan apa kabar saudaraku?
Menyusuri Sisa-Sisa Kota - Iwan Kurniawan
Aceh dalam Angka - J. Kamal Farza
Hujan Hari Nuzulul Quran - Jumari HS
Membayangkan Masa Lalu
Aceh - Kurnia Effendi
Sepucuk Tanda Mata
Setelah Jauh Pusaran Itu - Larasati Sahara
Derita Kami Menjelma Cahaya - LK Ara
Benteng Rikit Gaib 1904
Pesan Untuk Radio Rimba Raya - Mahdi Idris
Arongan, Suatu Pagi
Bukit Tengkorak - May Yusra Soelaiman
Sepanjang Perang - Mukti Sutarman Espe
Mari Melangkah
21 – 8 – 2005 - Mustiar AR
Aceh
Mak - Nanang Farid Syam
Senja Pantai Lhoknga
Menghadapi Masa Lalu - Nasir Djamil
Jangan Biar Benalu Mematikan Pohon Damai - Nasrullah Thaleb
Di Siron - Nezar Patria
Kutaraja, 1874
Menyambut Umar - Ni Wayan Idayati
Kota dalam Ingatan: Tsunami 2004 - Pilo Poly
Kohler
Van Swieten - Pringadi Abdi Surya
Menatap Aceh dari Bibirmu - Putra Gara
Inong Balee
Negeri Para Syuhada - Rahmad Sanjaya
Perempuan Bersayap Senja - Raudah Jambak
Antara Qanun, Helsinky, dan Corona - Rida K. Liamsi
Di Tebing Laut Tawar
Perjalanan - Rosni Idham
Aku Terperangah - Salman Yoga S
Renggali
Selama Rencong Adalah Tanda Mata - Sanya Savira Aboebakar
Damai Yang Dirindukan - Soeryadarma Isman
Membaca Aceh - Sosonjan A. Khan
Aceh dan Kuingat Tsunami - Sulaiman Juned
Aku Tabur Bunga Di Pusara Bernama Aceh - Sulaiman Tripa
Hikayat Kopi Rindu - Sutarji Calzoum Bachri
Bah
Agar - Syarifuddin Aliza
Introduksi - Syarifuddin Arifin
Di Museum Tsunami
Di Pondok Sepi, Gerbang Makam Teuku Umar - Teuku Dadek
Makam Pahlawan - Teuku Rifnu Wikana
Dongeng Untuk Lala - Ulfatin Ch
Tanahmu Istimewa
Masih Ada Rumah - Vera Hastuti
Surau - Wannofri Samry
Sajak Dua Wanita
Dari Serambi - Wayan Jengki Sunarta
Singgah di Banda Aceh
Tugu Kilometer Nol Indonesia - Willy Ana
Pidie Jaya - Wina SW1
Sejauh Jarak - Zaim Rofiqi
Untuk Aceh, Untuk Indonesia - Zulfaisal Putera
Takakan Bisa Kulunasi Utangku Padamu
Perempuan Aceh, adalah Benar - Zulfikar Kirbi
Mengingat Alm. Tgk. Abdullah Syafi’e