Ija Pinggang dan Impian Nurlaili Ingin Sejajarkan Sarung Lokal dengan Fesyen Luar
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Salah satu budaya Aceh yang sudah ada sejak lama adalah budaya bersarung. Selain dipakai untuk beribadah, sarung juga kerap digunakan untuk acara-acara kebersamaan, seperti musyawarah misalnya.
Namun lambat laun, penggunaan sarung dalam aktivitas sehari-hari mulai ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh masuknya budaya luar yang membuat masyarakat lebih senang menggunakan busana luar ketimbang busana tradisional.
Kendati arus globalisasi telah merubah kebiasaan berbusana warga sekitar, namun eksistensi sarung di Aceh masih terawat dan dipertahankan dengan baik.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Nurlaili, seorang wanita pemilik usaha Ija Pinggang yang terus melestarikan sarung melalui produk-produk bermerek Ija Pinggang.
Ija Pinggang merupakan sebuah UMKM dari Aceh Besar yang bergerak di bidang jahit-menjahit. Ija Pinggang dalam bahasa Aceh bermakna “sarung yang dikenakan di pinggang”. Usaha ini mengangkat slogan “Khasanah Aceh Modern”.
Ija Pinggang berusaha menghadirkan diferensiasi dalam setiap produknya melalui desain yang kreatif dan inovatif. Pemiliknya, Nurlaili, terus berupaya memberikan sentuhan unik dalam setiap edisi Ija Pinggang yang dikeluarkan, baik dari segi motif maupun dari bahan baku yang digunakan.
Nurlaili telah memulai usaha Ija Pinggang sejak tahun 2019. Dirinya merintis usaha ini karena ingin terus merawat sarung sebagai bagian dari warisan leluhur yang wajib untuk dilestarikan.
Selain itu, sarung juga memiliki nilai cuan. Meski jarang dipakai di luar ruangan, namun sarung masih menjadi pilihan utama bagi warga saat beribadah maupun ketika sedang berada di rumah.
“Ija Pinggang adalah cara kami melestarikan warisan indatu. Saya termotivasi merintis usaha ini agar semua kalangan di seluruh nusantara, khususnya Aceh, tidak melupakan budaya nenek moyangnya dulu, yang dalam kesehariannya selalu mengenakan sarung,” kata Nurlaili, Aceh Besar, Selasa (27/8/2024).
Melalui merek Ija Pinggang, Nurlaili memiliki impian untuk dapat mensejajarkan produk Ija Pinggang dengan produk-produk fesyen lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
Terlebih, Nurlaili juga ingin terus mengembangkan usahanya tidak hanya dikenal di Aceh, tetapi juga ke pasar internasional.
Bahkan sudah ada produk buatannya yang tembus ke pasar internasional, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, hingga Dubai.
Nurlaili menetapkan harga dari setiap produk Ija Pinggang dengan harga kompetitif, mulai dari harga Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu.
Semua produk terbitan Ija Pinggang sudah terjamin memiliki kualitas mutu yang super tinggi dengan bahan baku premium. Desain motifnya juga unik, sangat cocok untuk dikenakan oleh semua kalangan usia.
Produk-produk Ija Pinggang saat ini bisa diakses secara online maupun offline dengan cara berkunjung langsung ke market utamanya yaitu di Jalan Mata Ie, Komplek Perumahan Bukit Permai, Lorong 5, Nomor 38 Guegajah.
Selain itu, produk-produk Ija Pinggang juga tersedia di BSI Center, Showroom Dekranasda Aceh, Dekranasda Aceh Besar, Haeya House Peunayong, Museum Tsunami Aceh dan Galeri Pandan Wangi Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM).
Nurlaili mengaku jika usaha yang dirintisnya sejak 5 tahun yang lalu ini telah membawa banyak keberkahan untuk dirinya. Nurlaili bisa kenal dengan banyak orang dan usahanya bisa membantu meringankan beban finansial keluarga.
“Hadirnya usaha ini sangat berdampak bagi saya. Sangat-sangat membantu perekonomian keluarga,” pungkasnya. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News
Ikuti berita The Aceh Post lainnya di saluran WhatsApp