ICAIOS Gelar Konferensi Internasional, Bahas Soal Agama, Modernitas dan Pandemik
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Lembaga International Center for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) mengadakan konferensi internasional secara virtual, 7-8 April 2021.
Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat, Universitas Syiah Kuala (USK), Professor Hizir Sofyan, membuka konferensi ICAIOS mewakili Rektor USK.
Konferensi ini bertujuan untuk mengumpulkan para pakar/peneliti dari seluruh dunia khususnya yang meneliti/ahli tentang Aceh dan kawasan di sekitar Samudera Hindia.
Tema yang diangkat pada kegiatan ini yakni “Agama, Modernitas dan Pandemik”.
Para akademisi dan peneliti lokal, nasional, dan Internasional menjadi pembicara dan peserta dalam konferensi ICAIOS.
Sementara pembicara kunci diisi oleh Prof. Anthony Reid (The Australian National University), Prof. Farid Sufian Shuaib (International Islamic University Malaysia), dan Dr. Annemarie Samuels (Leiden University).
Dalam paparannya, Professor Reid menyampaikan bahwa modernitas adalah penyebab menurunnya pengaruh perempuan di Asia Tenggara.
”Pada masa pra-kolonial perempuan di Kawasan Asia Tenggara memiliki pengaruh dan peran yang cukup besar. Secara praktiknya mereka lebih baik dari Barat. Mereka tidak saja aktif dalam urusan domestik, tapi juga dalam berbagai aspek di luar rumah,” katanya.
“Kedatangan Barat dengan imperialisme dan industrialisasi secara perlahan menurunkan pengaruh perempuan. Pascakolonial, peran perempuan di Asia Tenggara perlahan mulai membaik,” lanjut Professor Reid.
Sementara itu, Direktur ICAIOS, Cut Dewi menyebutkan konferensi ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk berbagi hasil penelitian, pengalaman, dan pemikiran kritis tentang perkembangan agama, modernitas, dan pandemi.
“Pemikiran ini diharapkan memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktis di lintas bidang dan budaya,” harapnya.
ICAIOS adalah pusat studi antar-universitas, antar-bangsa tentang Aceh dan kawasan seputar Samudra Hindia yang merupakan wujud kerja sama antar tiga universitas di Aceh (USK, UIN Ar Raniry, Universitas Malikussaleh), Pemerintah Aceh, Kementerian Ristek Indonesia, dan beberapa lembaga akademik/ilmuan internasional. []