Gus Yahya Sebut Aceh Perlu Segera Revolusi untuk Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, saat berkunjung ke Provinsi Aceh, Sabtu (29/6/2024). [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, tantangan ekonomi global yang akan dihadapi Indonesia akan semakin kompleks ke depan.

Ketum PBNU yang akrab disapa Gus Yahya ini menjelaskan, ekonomi mulai bergeser dan akan segera dikuasai oleh negara-negara yang berada di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

“Ekonomi nanti akan dirajai oleh Samudera Pasifik dan Hindia, karena nanti kita lihat frekuensi ekonomi segera meningkat, mulai dari Afrika, Timur Tengah, Indonesia dan sebagainya masuknya melalui Samudera Pasifik dan Hindia,” ujar Gus Yahya dalam Seminar Kebangsaan bertajuk ‘Mencari Pemimpin Ideal untuk Aceh’ yang diadakan di Hotel Grand Aceh Syariah, Banda Aceh, Sabtu  (29/6/2024).

Menurut Gus Yahya, masa depan ada di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Lantas Gus Yahya bercerita, ketika tahun 2016 dirinya menjadi satu-satunya tokoh Organisasi Masyarakat (Ormas) yang diundang menjadi bagian dari Komite Indo Pasifik di Inggris.

Saat itu, kata Gus Yahya, dinamika Samudera Hindia dan Samudera Pasifik termasuk lalu lintas ekonomi mulai dibicarakan dengan serius oleh para diplomat senior yang ada di komite tersebut.

“Samudera Pasifik ada bersentuhan dengan Filipina, Papua dan sebagainya. Tapi Samudera Hindia kita tahu yang ada di garis paling depan adalah Aceh,” ungkap Gus Yahya.

Karenanya, saat berkunjung ke Provinsi Aceh, Gus Yahya sempat menyampaikan ke Penjabat (Pj) Gubernur Aceh agar mengupayakan Aceh menjadi Serambinya Indonesia.

“Kalau sekarang dikenal sebagai Serambi Mekkah, kita harus berjuang supaya Aceh sungguh berfungsi sebagai Serambi Indonesia,” ungkap Gus Yahya.

Mengapa Serambi Indonesia, menurut Gus Yahya, karena Aceh berada di garis paling depan dan menjadi benteng sekaligus pintu utama ekonomi Indonesia.

Bahkan, kata dia, dahulu masa Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur, pernah sangat ngotot untuk membangun pelabuhan terbuka di Sabang.

“Dalam keadaan begini, tidak bisa tidak, Aceh memerlukan konsolidasi nasional Indonesia, sehingga bisa memobilisasi sumber daya secara fokus untuk Aceh, juga sebagai pertahanan, termasuk sebagai fasilitas ekonomi,” ujar Gus Yahya.

Dengan dinamika seperti ini, Gus Yahya berpesan kepada warga Aceh untuk segera membuka diri. Arab Saudi bisa menjadi contoh yang sebelumnya sangat tertutup dan kini mulai sadar dan segera membuka diri dalam dinamika internasional.

“Dulu, Arab Saudi sangat menutup diri, warganya tidak bisa langsung dalam dinamika internasional. Tetapi belakangan mereka sadar warganya akan kalah di tengah gelombang internasional, sekarang mereka tergopoh-gopoh,” ungkap Gus Yahya.

Karenanya, kata dia, Aceh harus segera mengantisipasi, karena jika gelombang besar ekonomi datang, maka dampaknya akan lebih serius dibandingkan Tsunami Aceh.

“Aceh saya pikir harus berpikir antisipatif, karena yang datang gelombang yang sangat kompleks dan Aceh harus siap menyambut itu. Aceh hanya bisa bertahan dan membangun keunggulannya ketika Aceh sunggu bisa berfungsi sebagai Serambi Indonesia,” pungkas Gus Yahya. (Akhyar)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News

Komentar Facebook