Gandeng USK, Bireuen Mulai Kembangkan Budi Daya Nilam

Rektor USK, Bupati Bireuen, didampingi beberapa pejabat dari kedua belah pihak melakukan kunjungan ke ARC untuk melihat proses produksi minyak nilam, proses purifikasi dan fraksinasi sampai dengan proses pembuatan berbagai produk turunan. (Foto: Dok. ARC USK)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Kepala Dinas Pertanian Bireuen, Muhammad Nasir menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan CPCL (Calon Peserta Calon Lahan) untuk pengembangan nilam.

banner 72x960

Untuk tahap awal akan dilaksanakan di Kecamatan Peudada dan Simpang Mamplam.

“Saat ini kelompok tani sudah siap. Kami menunggu kedatangan tim USK ke Bireuen untuk segera kita implementasikan demplot 10 hektare nilam,” ujar Kepala Dinas Pertanian Bireuen, Muhammad Nasir, SP, M.S.M saat acara penandatanganan perjanjian kerja sama antara Universitas Syiah Kuala (USK) dan Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui ARC-PUIPT Nilam Aceh untuk mengembangkan komoditas unggulan nilam, Rabu, 9 Juni 2021.

“Kita akan mempersiapkan kebutuhan untuk pembibitan, budi daya dan penyulingan agar masyarakat bisa langsung mendapatkan hasil dari penjualan minyak nilam,” sebutnya di Balai Senat USK Banda Aceh.

Bupati Bireuen, Dr. Muzakar yang turut hadir dalam acara ini menceritakan bahwa Bireuen pada tahun 1980 sampai 1990-an merupakan salah satu sentra penghasil nilam di Aceh.

Saat ini, pihaknya telah memetakan sekitar 150 hektare lahan untuk pengembangan nilam yang tersebar di tujuh kecamatan, yaitu Simpang Mamplam, Peulimbang, Peudada, Juli, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, dan Makmur.

“Saya minta dinas pertanian dan dinas terkait lainnya dapat mengalokasikan anggaran dan melaksanakan program pengembangan nilam ini secara terpadu, bekerja sama dengan ARC Universitas Syiah Kuala,” ujar Muzakar.

“Pemerintah Bireuen akan mensupport infrastruktur yang diperlukan agar proses budi daya, penyulingan dan pemasaran minyak nilam dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan,” lanjut Muzakar.

Sementara itu, Rektor USK, Samsul Rizal, menjelaskan awal mula USK membantu melakukan penguatan nilam Aceh melalui Pusat Riset Atsiri (ARC) hingga kemudian pada 2019 ARC bertransformasi menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI) nilam Aceh yang diakui secara nasional dan internasional.

Melalui riset yang berorientasi pasar, ARC telah menghasilkan berbagai teknologi proses yang telah memungkinkan terjadinya purifikasi (pemurnian) minyak nilam, sehingga dapat dikembangkan menjadi berbagai produk turunan yang bernilai inovasi dan ekonomi.

“Kepedulian utama kita adalah menyelesaikan hambatan pada rantai pasok dan nilai dari industri nilam, sehingga terbentuk ekosistem baru yang lebih sehat dan menguntungkan bagi petani, penyuling, pengumpul, eksportir hingga end user di Internasional market,” katanya.

“Universitas Syiah Kuala siap turun tangan dan bahkan bergandengan tangan dengan pihak manapun, kalau yang menjadi target adalah kesejahteraan masyarakat khususnya pada aspek pengembangan teknologi dan inovasi,” pungkasnya.

Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh, Syaifullah Muhammad, menguraikan teknis kerja sama yang akan dilakukan.

USK akan menyediakan bibit nilam untuk 10 hektare. Kemudian melatih masyarakat untuk proses pembibitan dan budi daya di lahan yang sudah disediakan.

Hasil yang diperoleh akan dibagi dua, 80% untuk keperluan ekspor dan 20% diproses lebih lanjut dengan teknologi Wipe Film Fractionation (WFF) dan dikembalikan ke Bireuen untuk menjadi bahan baku pengembangan berbagai produk turunan seperti parfum.

ARC akan melatih anak muda asal Bireuen dalam pengembangan produk turunan untuk menjadi start up bisnis dan mengembangkan ekonomi kreatif.

“Kita akan melakukan pendampingan teknologi dan inovasi dalam program ini. Anak muda Bireuen akan kami latih untuk buat parfum, sabun, aroma terapi dll dengan bahan minyak nilam,” ungkapnya.

Ketua Badan Pengembangan Bisnis Universitas Syiah Kuala (BPBU) itu juga mengaku akan mensinergikan dengan rencana program budi daya Bungong Jeumpa dan Seulanga dari DPMG Aceh di Bireuen.

“Kita rencanakan, pemerintah sediakan bibit bungong jeumpa dan seulanga, masyarakat menanam, BUMG membeli bunga dari masyarakat dan menyulingnya menjadi minyak kemudian menjual minyak tersebut kepada UMKM untuk diproses menjadi produk parfum dan produk lainnya,” kata Syaifullah.

“ARC melalui Koperasi Inovac, saya pastikan akan menjadi off taker dari minyak atsiri ini. ARC juga akan mendampingi untuk memberikan penguatan teknologi sehingga produk yang dihasilkan akan memiliki keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif. Kini saatnya kita perkenalkan parfum berbahan minyak nilam dan bungong jeumpa dari Bireuen,” tutupnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *