Fadli Zon Usul Bioskop di Aceh, Begini Tanggapan Filmmaker Aceh
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengusulkan agar Provinsi Aceh memiliki bioskop guna membuka peluang bagi insan kreatif.
Pandangan tersebut mendapat kritikan dari seorang budayawan yang juga filmmaker independent Aceh, Davi Abdullah MSn, yang menilai pernyataan Menteri Kebudayaan RI tersebut menunjukkan ketidakpahaman terhadap perkembangan zaman dan tren budaya digital yang tengah berkembang pesat.
“Bang Menteri Kebudayaan sepertinya tidak mengikuti perkembangan zaman. Kini kita hidup di era digital dimana orang lebih memilih menonton film melalui platform Over The Top (OTT) di rumah mereka, bukan lagi bergantung pada bioskop tradisional,” ujar Davi Abdullah, dalam siaran pers yang diterima Theacehpost.com, Banda Aceh, Sabtu (18/1/2025).
Davi menambahkan, dunia hiburan kini telah memasuki era baru yang sangat dipengaruhi oleh teknologi, dengan kemudahan mengakses film dan tayangan lainnya dari berbagai platform streaming.
“Orang-orang sudah berlomba-lomba menikmati hiburan melalui home cinema dan layanan streaming digital. Ini adalah perubahan besar mengonsumsi film dan hiburan secara umum dan mendunia,” ujar Davi Abdullah.
Lebih lanjut, Davi Abdullah menilai bahwa pandangan kebudayaan untuk Aceh bukan hanya sebatas mendirikan bioskop. Jika hanya berpandangan terkait biskop, Fadli Zon dinilai berpandangan mundur.
“Tentang bioskop dan syariat Islam memang penting, tetapi kita tidak bisa menafikan kenyataan bahwa cara orang menonton film sekarang jauh lebih fleksibel. Banyak penonton kini memilih untuk menikmati film melalui platform digital,” jelasnya.
Menurut Davi, dengan berkembangnya OTT, pembuat film dan penonton tidak lagi terkungkung oleh konsep bioskop konvensional.
“Platform digital memberikan peluang yang lebih luas untuk karya-karya film, tidak hanya dari segi distribusi, tetapi juga untuk memberikan akses yang lebih mudah kepada penonton di seluruh Indonesia, bahkan dunia,” jelasnya.
Davi berharap, di masa depan, kebijakan terkait perfilman dan budaya bisa lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi dan lebih mengakomodasi kebiasaan masyarakat yang sudah beralih ke platform digital.
Ia juga berharap agar Menteri kebudayaan lebih berpandangan luas untuk pemajuan kebudayaan di Aceh.
“Industri film harus bergerak seiring dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan digital. Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan industri film Indonesia agar semakin berkembang di kancah global,” ungkap Davi.
Secara keseluruhan, kata dia, arah kebudayaan Aceh bergerak ke arah mempertahankan nilai-nilai tradisional yang kaya, sambil mengadaptasi unsur-unsur modern dan global, serta berusaha menguatkan identitas melalui pemeliharaan warisan budaya, pelestarian seni dan tradisi, serta pemanfaatan kebudayaan dalam pembangunan sosial dan ekonomi. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp