Etis
Oleh: Sulaiman Tripa
PERBEDAAN paling terasa masa dalam jaringan (daring) dengan sebelumnya, hanya pada medianya saja. Penggunaan ruang. Dari ruang fisik ke ruang maya. Dengan orientasi yang tidak berbeda. Mereka yang mempergunakan ruang yang maya itu, juga diharapkan bisa mencapai target yang direncanakan. Idealnya penggunaan daring tidak menurunkan kadar apa yang ingin dipelajari.
Dunia sudah semakin maju dan terbuka. Bagi mereka yang mau, keadaan ini dimanfaatkan dengan baik. Semua orang bisa mengakses sesuatu yang tidak seterbuka sekarang. Berbagai bahan kuliah tersedia. Perkembangan ilmu pengetahuan apa lagi. Tergantung apakah kita mau atau tidak.
Jadi daring itu hanya ruang, dengan hal lain yang sesungguhnya sama. Makanya dalam kalam kelas zoom, saya mengingatkan mahasiswa untuk memperlakukan sama antara daring atau luar jaringan (luring). Tidak ada beda. Sekali lagi, hanya ruang dan media yang berbeda. Tidak boleh hanya alasan daring lalu ingin bersantai.
Dengan daring juga, seharusnya tidak mengubah pola dan interaksi. Jangan gara-gara daring, pakaian bisa berbeda dan tempat bisa bergeser. Saya selalu ingatkan mahasiswa saya untuk menjaga batas-batas kesopanan. Bagi saya tidak masalah mereka mencari jaringan di mana tersedia. Silakan mencari jaringan di warung kopi, tapi carilah tempat dan letak yang memungkinkan untuk belajar.
Selama ini ada yang menerjemahkan lain. Seolah dengan daring, duduk di warung kopi, sambil ngopi dan bebas untuk saling ngobrol. Pada posisi ini, dapat dipastikan bahwa kuliah sedang tidak bisa berlangsung dengan baik.
Atau ada orang yang lupa mematikan suara zoomnya (mute), terdengar sedang ngobrol dan tertawa renyah. Apalagi kalau terdengar mereka justru sedang berbicara yang sebaliknya. Apakah itu semua tidak bisa dikategorikan dalam tataran etik ini?
Kadang-kadang orang sudah tidak bisa membedakan mana yang pribadi atau bukan. Ikut kuliah dari dalam kamar pribadi, lengkap dengan beberapa perangkat yang sangat pribadi. Tidak mirip orang yang sedang menuntut ilmu. Mungkin karena merasa sedang berada di ruang yang sangat pribadi itu.
Bagi saya, semua itu termasuk dalam tataran etik. Walau saya sering mendapat pertanyaan tentang bagaimana mengukur etis itu. Sangat dibutuhkan agar kita bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Etik ini sebenarnya moral.
Tidak semua orang menganggap etik atau etis itu penting. Tapi banyak yang menganggap moral sangat hakiki. Implikasi dari perilaku yang mengabaikan etis, kadangkala lebih berat dari kesalahan yang lain.
Kamus menerjemahkan etis sebagai sesuatu yang berhubungan dengan etika. Sesuatu yang sesuai dengan asas perilaku yang disepakati umum. Moral terkait dengan penilaian baik atau buruk yang diterima umum mengenai suatu perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Mereka yang ada di dunia akademik, maka moral akademik harus dimiliki. Moral akademik ini pula yang saya yakin akan menuntun moral yang lain. Mereka yang menyadari ini, tidak mengabaikannya. Mereka akan mengiringi bahkan mengutamakannya dalam menuntut ilmu. []