Dua Cahaya dari Bumi Aceh, Majelis Nurun Nabi dan Majelis An-Nur
Oleh: Rahmat Riski Al-Abdy
Jika anda ingin merasakan nikmatnya berselawat kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam (SAW) hadirlah ke “Majelis Cahaya” yang ada di Banda Aceh, yaitu Majelis Nurun Nabi dan Majelis An-Nur, majelis yang senantiasa memancarkan cahaya kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Baginda Nabi Muhammad SAW.
Majelis Nurun Nabi dipimpin oleh seorang hafiz Alquran yang juga merupakan Imam Masjid Raya Baiturrahman Aceh yaitu Syekh Jamhuri Ramli SQ, MA. Sedangkan Majelis An-Nur dipimpin oleh seorang cucu Baginda Nabi Muhammad SAW yang merupakan murid dari Ad-Da’i Ilallah Habib Umar bin Hafidz Hafidzahullah Ta’ala yaitu Habib Haris bin Sholeh Al-‘Aydrus.
Dzikir yang diamalkan di Majelis Nurun Nabi berdasarkan Thariqah Naqshabandi ‘Aliyya dibawah bimbingan Mursyid Mawlana Syaikh Muhammad ‘Adil Ar-Rabbani Qs. Sedangkan Dzikir yang diamalkan oleh Majelis An-Nur berdasarkan Thariqah Ba’alawi yang merupakan thariqah para Habaib atau keturunan Rasulullah Muhammad SAW.
Majelis Nurun Nabi mengadakan zikir Khatam Kwajangan rutin setiap malam Jumat di Zawiyah Nurun Nabi Lambhuk, Banda Aceh. Sedangkan Majelis An-Nur mengadakan Dzikir dan Maulid rutin setiap malam Jumat di Masjid Tgk. Di Anjong Keudah, Banda Aceh.
Majelis Nurun Nabi selain mengadakan Dzikir rutin setiap malam Jumat di Zawiyah Nurun Nabi juga mengadakan Majelis Suhbah Sufistik (MSS) setiap malam Selasa di Kupi Nanggroe batoh, setelah selesai salat Isya. MSS mengkaji tentang ilmu Tasawuf yang diadakan ditempat yang berbeda dari biasanya yaitu di Warung Kopi (WARKOP), dengan motto “Ngopinya berkah Ngobrolnya Ibadah”.
Majelis Suhbah Sufistik ini diadakan bertujuan untuk menarik anak-anak muda yang senang ngopi agar bisa mendapatkan ilmu juga tanpa menghalangi mereka dari silaturahmi dengan para sahabatnya di warung kopi.
Sedangkan Majelis An-Nur selain mengadakan Dzikir dan Maulid rutin setiap malam Jumat, Majelis An-Nur juga mengadakan Maulid Arba’in setiap memasuki bulan Rabiul Awal.
Maulid arba’in adalah Maulid yang diadakan selama 40 malam berturut-turut dengan membaca kitab Mawlid Simtuddurar, Ad-Diba’i dan Adh-Dhiyaulami’ yang dimulai dari tanggal 1 Rabi’ul Awal sampai dengan tanggal 10 Rabi’ul Akhir dengan cara berkeliling dari masjid ke masjid, dari rumah kerumah serta dari majelis ke majelis.
Untuk proses pelaksanaan Maulid Arba’in sendiri tidak ada bedanya dengan acara maulid pada umumnya, diawali dengan pembacaan surat Yasin kemudian setelahnya disambung surat Al Fatihah, baru kemudian membaca maulid hingga selesai.
Setelah pembacaan maulid selesai biasanya dilanjutkan dengan sambutan Shahibul Bait (jika itu dilakukan di rumah warga) atau sambutan ketua majelis (jika yang mengambil giliran adalah kelompok majelis) kemudian sekaligus mempersilahkan kepada ustad atau kiyai yang diundang untuk berceramah. Akhirnya setelah serangkaian acara tersebut selesai ditutuplah dengan acara jejamuan atau kenduri.
Adapun peserta yang turut hadir meramaikan acara Maulid Arba’in terdiri dari berbagai elemen masyarakat, di antaranya para ulama, habaib dari dalam dan luar kota, ada yang berasal dari luar negeri, selain itu juga banyak dari kalangan anak muda.
Tradisi maulid arba’in ini mampu memberikan pengaruh yang sangat luas dalam beberapa sektor, di antaranya;
Pertama, dalam hal keagamaan, dilaksanakannya maulid arba’in tentunya memberikan pengetahuan tentang sejarah hidup Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sehingga masyarakat menjadi lebih mengenal dan paham sejarah Rasulullah SAW.
Kemudian dari pengetahuan mereka yang mapan terhadap sirrah Rasulullah SAW tersebut akan menumbuhkan kematangan ilmu seseorang sehingga mampu meneladani dan berusaha keras untuk mempraktikkan nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan oleh Baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Hal tersebut akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang sehingga segala perbuatan dalam kehidupannya akan bersandar pada sosok Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kedua, dalam hal hubungan sosial antara sesama jamaah, Maulid arba’in menjadi ajang untuk saling mengenal, saling membantu dan bersilaturahmi, sehingga semakin mempererat persaudaraan sesama muslim di Aceh dan sekitarnya. Hal tersebut dapat terjadi dalam banyak lini yang terdapat di rangkaian tradisi maulid arba’in dari awal persiapan hingga ikhtitam.