Direktur Diktis Kemenag RI Kunjungi STAI Chik Pante Kulu, Tgk Jamaluddin Sampaikan Hal Ini
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama (Kemenag) RI, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag melakukan ramah tamah dengan civitas akademika Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tgk Chik Pante Kulu, Kamis, 18 Februari 2021.
Pertemuan yang berlangsung di STAI Tgk Chik Pante Kulu, Banda Aceh, ini juga turut dihadiri sejumlah pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam swasta.
Pada kesempatan itu, Ketua STAI Chik Pante Kulu, Tgk. Jamaluddin, MA menjelaskan bahwa sekolahnya ini merupakan kampus tertua ketiga di Darussalam, setelah Unsyiah dan UIN Ar Raniry.
“STAI Chik Pante Kulu diresmikan oleh Presiden RI kedua, Bapak Soeharto pada tanggal 31 Agustus 1968 sebagai Dayah Manyang pertama di Aceh. Namun, kemudian berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS). Lalu, dalam rangka penyesuaian kebutuhan dirubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI ) Tgk Chik Pante Kulu,” ungkap Tgk. Jamal.
Sejak 2018, lanjut Tgk Jamala, dayah STAI Tgk Chik Pante Kulu dihidupkan kembali, walaupun tidak seperti ketika awal didirikannya Dayah Manyang, dimana model ini diistilahkan dengan ‘kampus terpadu’.
“Alhamdulillah jumlah mahasantri yg menetap di asrama sekarang sudah 81 orang,” kata Tgk Jamal.
Ia juga menjelaskan, mayoritas mahasantri yang tinggal di kampus dan diasramakan adalah para anak yatim, piatu dan berlatar belakang kurang mampu dari sisi finansial.
Para mahasantri berasal dari berbagai pelosok di seluruh Aceh.
“Alhamdulillah, semua biaya untuk mereka digratiskan, baik biaya kuliah maupun biaya asrama sampai selesai (8 semester),” ujarnya.
“Oleh karena itu, saya berharap agar Bapak Direktur dapat membantu beasiswa kepada para mahasantri dan juga sarana-prasarana lainnya agar target kurikulum ke depan dapat tercapai dan pembelajaran bisa lebih maksimal,” pintanya.
Sementara Direktur Pendidikan Keagamaan Islam, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag dalam kesempatan itu mengatakan, sangat mendukung model pembelajaran dengan sistem kampus terpadu seperti yang dilakukan oleh STAI Pante Kulu.
Prof Suyitno mengatakan, pembentukan karakter mahasiswa akan menjadi lebih optimal dan mudah kalau pembelajarannya diterapkan sistem boarding.
“Di samping memiliki waktu yang lebih banyak, interaksi dengan mahasiswa juga menjadi lebih intens dan lebih akrab laksana sebuah keluarga,” kata Prof Suyitno.
Selain itu, ia mngimbau kepada perguruan tinggi keagamaan di Aceh agar lebih menjemput bola dan menerapkan pembelajaran menggunakan virtual atau secara daring.
“Apalagi pada wabah Covid-19 seperti ini, akan banyak teungku, guru dan semua komponen masyarakat yang belum berkesempatan kuliah karena faktor waktu, usia dan kesempatan, menjadi tidak lagi terkendala dengan model pembelajaran virtual,” sebutnya. []