Dayah Mini Aceh: Kecil Namanya, Besar Mimpinya

Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh, Bung Syarif. [Foto: Ist]

Dayah Mini Aceh didirikan pada 1 April 2017 oleh Tgk. Umar Rafsanjani, alumni Dayah Darussalam Al-Waliyah, Labuhan Haji, Aceh Selatan. Dayah salafiyah (tradisional) yang berlokasi di Jalan Teuku Meurah, Dusun Musafir, Gampong Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala ini berkembang pesat. Berawal dari mimpi besarnya mencetak kader ulama militan dan istiqamah mengawal Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), kini Abi Umar mulai menuai berkah. Santri-santrinya kembali menjadi imam tarawih di masjid dan surau di Malaysia selama Ramadan 1446 H.

banner 72x960

Saya mengamati dengan saksama kiprah pendekar Aswaja ini dalam membangun dayah yang penuh lika-liku. Sejak 16 Desember 2016, saya intens berkomunikasi dengan Abi Umar setelah ia mengabdi sebagai salah satu pejabat di Dinas Pendidikan Dayah Kota Banda Aceh. Abi Umar dikenal sebagai sosok yang tegas, tetapi juga humoris dan melankolis.

Saat peresmian Dayah Mini Aceh, saya penasaran dengan pemilihan namanya. Berdasarkan penelusuran di Google, nama Dayah Mini Darussalam pernah muncul di media sosial, meski kini akun tersebut sudah tidak aktif. Lazimnya, alumni dayah tradisional menambahkan nama almamaternya, seperti Al-Aziziyah, Al-Waliyah, Al-Fata, Al-Huda, Al-Munawarah, Al-Amiriyah, dan sebagainya. Konon, dayah ini awalnya bernama Dayah Darussalam Aceh, tetapi kemudian diubah menjadi Dayah Mini Aceh dan disahkan dengan akta notaris pada 22 Juli 2020. Secara legalitas, kini namanya jelas dan resmi: Dayah Mini Aceh.

Dayah Mini Aceh yang Berkah

Pada 1 April 2025, dayah ini genap berusia delapan tahun. Ibarat seorang pemuda, usianya masih belia, tetapi prestasinya sudah terlihat. Sebelum pandemi, tiga santri Dayah Mini Aceh menjadi imam dan penceramah di beberapa surau di Malaysia. Kini, pada 2025, Malaysia kembali mengundang Abi Umar Rafsanjani bersama santri seniornya untuk menjadi imam di beberapa masjid dan surau selama Ramadan.

Bagi siapa pun yang ingin melihat perkembangan Dayah Mini Aceh, datanglah langsung. Santri yang mondok berasal dari seluruh Aceh. Jumlahnya terus bertambah setiap tahun, dan bangunannya pun semakin megah. Semua ini berkat kerja keras dan keikhlasan Abi Umar serta pengurus dayah, ditambah jaringan dan relasi yang dibangunnya.

Saya membayangkan, di masa depan, Dayah Mini Aceh akan menjadi salah satu dayah tradisional berwawasan internasional. Ini bukan angan-angan tanpa dasar. Abi Umar, yang lama bermukim di Universitas Al-Azhar, Kairo, tentu memiliki strategi jitu dalam memajukan dayah. Para guru yang mengajar pun merupakan kombinasi terbaik dari Timur Tengah dan lokal.

Abi Umar juga dikenal sebagai dai lintas negara. Malaysia adalah kampung keduanya dalam berdakwah. Sebelum pandemi, hampir setiap bulan ia bolak-balik Aceh-Malaysia. Saya mengetahuinya karena pernah menghubunginya, dan ternyata ia sedang mengisi kajian keagamaan di sana.

Dayah Mini Aceh, namanya mini, tetapi mimpinya besar. Dengan tim pengelola yang solid, bukan tidak mungkin dalam 20 tahun ke depan dayah ini menjadi tujuan santri dari luar negeri, khususnya Malaysia. Apalagi, Abi Umar diakui sebagai dai Indonesia bersertifikat (berlisensi) kerajaan Malaysia.

Pada 2018–2020, dayah ini menerapkan program santri tahfiz binaan Dinas Pendidikan Dayah Banda Aceh. Dalam setiap evaluasi tahfiz, Dayah Mini Aceh selalu meraih nilai tertinggi. Saat kondisi keuangan Pemko Banda Aceh stabil, para santri berprestasi bahkan mendapatkan bonus.

Tidak ada salahnya para orang tua di Aceh memasukkan anaknya ke dayah ini. Selain belajar kitab turats (kitab kuning), dayah ini juga memiliki program tahfiz bagi santri yang berbakat menjadi ulama besar. Pada 2024, Dayah Mini Aceh telah mengantongi izin operasional Satuan Pendidikan Muadalah (SPM) dari Kementerian Agama RI. Artinya, ijazah lulusan dayah ini diakui negara, baik jenjang wustha (setara SMP) maupun ulya (setara SMA), sehingga dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, mengikuti tes TNI/Polri, menjadi ASN/PNS, atau melamar di berbagai profesi lainnya.

Ayo Dukung Pendidikan Santri Yatim dan Dhuafa

Semangat terus, Abi Umar! Kami bangga dengan keberhasilanmu. Sukses juga untuk seluruh guru yang mengabdi di Dayah Mini Aceh.

Sebagai informasi, saat ini Dayah Mini Aceh membina 120 santri yatim dan dhuafa yang sangat membutuhkan bantuan dari para dermawan, baik dalam bentuk barang, uang, maupun kebutuhan sembako. Jika memiliki rezeki berlebih, jangan ragu untuk berbagi. Apalagi, ini masih bulan Ramadan, di mana setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.

Mari berinfak di jalan Allah. Semoga rezeki kita semua dilimpahkan dan diberkahi oleh-Nya. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Oleh: Bung Syarif
JZ01CPR, Magister Hukum Tata Negara USK, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh.

Komentar Facebook