Dari Aceh Ke Surabaya, Kisah Rahmadani Menjalankan Bisnis Obat Herbal
THEACEHPOST.COM | Calang – Sejak dahulu, obat tradisional atau disebut juga dengan obat herbal telah dipercaya mampu mengatasi dan mengobati berbagai jenis masalah kesehatan.
Rekomendasi turun-temurun dari leluhur, kemudian minim efek samping dan telah teruji khasiatnya merupakan beberapa alasan banyak orang untuk tetap memilih obat herbal tersebut.
Menangkap peluang itu, Pria Rahmadani (34), warga Gampong Padang Kleng, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya, termotivasi untuk melanjutkan dan mengembangkan usaha orangtuanya dalam memproduksi obat herbal.
Menurut Dani, sapaan akrabnya, awal mula ramuan obat-obatan yang diproduksinya adalah pil manjakani yang berbahan dasar dari buah majakani tersebut merupakan ramuan turun-temurun dari neneknya, Raziah.
“Pil majakani ini sudah diproduksi oleh Ibu sejak dulu, dan bahkan oleh nenek saya. Saat itu pembeli yang datang ke rumah semuanya perempuan,” ujarnya kepada Theacehpost.com, Sabtu (13/7/2024) malam.
Menurut salah satu alumni Teknik Informasi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini, pil majakani (Manja Razie) yang diproduksinya itu mampu mengobati berbagai keluhan kewanitaan, seperti keputihan, kista/miom, susah hamil, haid tidak teratur, merapatkan miss v, wasir dan lain sebagainya.
“Ketika saya kuliah di Surabaya dulu (sekitar tahun 2009 sampai dengan 2015), ibu sering mengirimkan pil majakani ini kepada saudaranya yang berdomisili di sana,” cerita Dani, mengenang awal mulanya Kota Surabaya ditetapkannya sebagai pusat distribusi obat-obatan herbalnya.
Karena permintaan pasar terus meningkat, bahkan ada yang harus dikirim ke berbagai daerah dan luar negeri seperti Malaysia. Maka pada tahun 2014, pria muda kelahiran 1990 ini berpikir untuk mengemas dan memberikan label nama sendiri pada produksinya tersebut.
Pada awalnya, strategi marketing yang digunakan Dani adalah pemasaran secara online. Sehingga untuk kantor pemasarannya pun berpusat di Surabaya. Sedangkan rumah produksinya masih berpusat di Teunom, Aceh Jaya.
“Di pulau Jawa selain penduduknya padat dan banyak, untuk ongkos kirimnya juga relatif murah dan terjangkau ketika kita kirim dari Surabaya dan akan relatif mahal bila dibandingkan dengan kita dari Aceh. Karena penjualan kita online dan bahkan kita juga bisa Cash on Delivery (COD),” tambahnya.
Saat ini, Dani juga sudah mulai mengembangkan usahanya untuk memproduksi obat herbal lainnya. Seperti Teh Jahe, Teh Kelor dan juga Kapsul Kelor. Bahkan saat ini sedang pengurusan izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk obat luka dan gatal yang berbentuk minyak.
“Mimpi kita ingin mendirikan pabrik farmasi herbal pertama di Aceh,” demikian impian ayah tiga anak yang juga lulusan Magister Manajemen Universitas Syiah Kuala ini.
Owner ‘Razie’ ini mengakui kehadiran Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Aceh sangat membantu usahanya. Selain pelatihan yang diberikan oleh Dinas, juga adanya pendampingan dalam pengurusan perizinan usaha.
Namun Ia juga berharap kepada pemerintah agar obat herbalnya bisa masuk ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, salah satunya obat luka. Selain itu untuk pengentasan stunting pemerintah juga bisa menggandeng usahanya.
“Kita berharap produk kita bisalah masuk ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas. Sehingga kita bisa terbantu dan ini juga akan membuka lapangan kerja. Dari pada beli obat luar mending dimanfaatkan obat lokal,” katanya dengan penuh harap. (Robby Sugara)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News