Cara Mengetahui Malam Lailatul Qadar

Ilustrasi: Beramal di malam Lailatul Qadar. (Foto: Unsplash)

Oleh Hasanuddin M.Ed, alias Tu Sudan *)

banner 72x960

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3).

Adakah cara untuk megetahui malam Lailatul Qadar selain menunggu di seluruh malam-malam ganjil? Jawabannya adalah, ada. Adapun keterangan ini dijelaskan didalam kitab Hasyiah Ianatut Thalibin juz 2 halaman 390.

Berdasarkan pendapat Imam Syafi’i, Imam Ghazali dan yang lainnya, adalah, “Jika awal bulan Ramadhan adalah hari Minggu atau Rabu, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 29. Jika mulainya hari Senin, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 21. Jika pada hari Selasa atau Jumat, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 27. Jika malam Lailatul Qadar terjadi pada hari Kamis, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 25. Jika malam Lailatul Qadar terjadi pada hari Sabtu, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 23.

Selain di dalam kitab I’anatut Thalibin, keterangan di atas juga disebutkan didalam kitab Hasyiah Qulubi wa Umirah, juz 2 halaman 96-97.

“Sebagian ulama mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar bisa diketahui dengan hari pertamanya dengan perincian sebagai berikut: Jika awalnya hari Ahad atau Rabu maka ia jatuh pada malam 29. Jika awalnya hari Senin maka ia jatuh pada malam 21. Jika awalnya hari Selasa maka ia jatuh pada malam 27. Jika awalnya pada hari Kamis maka ia jatuh pada malam 25. Dan jika awalnya pada hari Sabtu, maka ia jatuh pada malam 23.”

Adapun tanda-tanda dari malam Lailatul Qadar antara lain, esok pagi matahari akan terbit dalam keadaan jernih, teduh, dan seperti tidak ada sinar.

Selanjutnya, sinar mentari pagi tidak begitu cerah, tapi teduh dan menenangkan.

Di malam Lailatul Qadar, udara yang ada tidaklah panas, tidak dingin, tidak berawan dan juga tidak badai.

Dan sebagai tanda terakhir, karena malaikat turun ke bumi, maka keadaan terasa sangat tenang, nyaman dan orang-orang akan merasakan kenikmatan tersendiri saat ia beribadah dengan sungguh-sungguh. []

*) Penulis merupakan Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Aceh

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *