Bustami Hamzah Syiar Islam di Masjid Raya Baiturrahman, Jelaskan Kekuatan Ruhul Jamaah
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Syiar Islam bergendang di Masjid Raya Baiturrahman. Sebuah masjid yang menjadi situs kebanggaan dan tanda kebesaran rakyat Aceh.
Setiap kali memasuki bulan puasa, acap kali para pengurus Masjid Raya Baiturrahman rutin mengagendakan kultum Ramadhan sebelum memulai pelaksanaan salat tarawih secara berjamaah.
Hal menarik dari kultum rutin tersebut karena penceramah yang diundang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari ulama, tokoh agama, tokoh akademisi, tokoh sosial, hingga pejabat daerah.
Pada malam kedelapan puasa Ramadhan, 18 Maret 2024, pengurus Masjid Raya Baiturrahman mengundang Penjabat (Pj) Gubernur Aceh Bustami Hamzah untuk mengisi kajian kultum Ramadhan 1445 H.
Bustami Hamzah yang menyanggupi undangan tersebut memanfaatkan momentum yang diberikan untuk menyebarkan syiar Islam untuk menjelaskan kekuatan ruhul jamaah (semangat kebersamaan) kepada para hadirin yang mendengarkan.
Dalam pidatonya, Bustami menyatakan bahwa manusia sebagai hamba ciptaan tuhan yang maha esa tidak hanya dituntut untuk selalu membangun hubungan baik dengan sang pencipta, tetapi juga dengan sesama manusia.
Menurut Bustami, manifestasi ketakwaan kepada tuhan bisa diwujudkan dalam bentuk membangun harmoni antar sesama hamba. Kebersamaan adalah kunci dari harmoni itu sendiri untuk menghasilkan suatu kesatuan yang kokoh dan luhur.
“Orang yang bertakwa sebagaimana disebut dalam Alquran ialah orang-orang yang suka berinfaq, orang yang bisa menahan amarahnya, dan orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang bertakwa sebenarnya adalah orang-orang yang cinta damai, orang-orang yang senantiasa mau menjaga dan merawat kebersamaan,” ujar Bustami di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Senin (18/3/2024) malam.
Karenanya, Bustami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali saling merekat dan bersatu padu dalam berikhtiar dengan kesungguhan hati untuk sama-sama membangun peradaban Aceh yang cemerlang sebagaimana yang diharapkan oleh semua masyarakat.
Adapun Kejadian pilu yang terjadi di luar kontrol seperti telatnya pengesahan R-APBA 2024 menurut Bustami sudah menjadi masa lalu, karenanya sekarang ini sudah menjadi keharusan seorang hamba yang bertakwa untuk kembali serumpun bersama-sama membangun Aceh.
“Cukuplah masa lalu menjadi kenangan, saat ini mari kita tata kembali masa depan, masa depan anak cucu kita, masa depan Aceh yang mulia dan masa depan Aceh yang memiliki marwah, harkat dan martabat,” ungkapnya.
Kendati diamanahkan tampuk kekuasaan tinggi sebagai pejabat daerah pemimpin Aceh, kepada para jamaah Bustami mengaku bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa. Ia mengaku tidak akan mampu menata Aceh seorang diri tanpa dukungan dari semua pihak.
“Kita ke depan akan menghadapi tantangan yang tidak ringan, masih banyak pekerjaan yang mesti kita tuntaskan untuk kemaslahatan bersama. Tentunya tantangan ini tidak mungkin mampu kami tuntaskan seorang diri tanpa dukungan dan doa dari seluruh masyarakat Aceh. Karenanya mari kita ambil peran kebersamaan,” tutur Bustami.
Selain itu, Bustami menyatakan bahwa kolaborasi merupakan sebuah keniscayaan yang dibutuhkan Aceh saat ini. Bustami menjelaskan bahwa segala macam permasalahan yang terjadi sebenarnya bisa dicarikan solusi apabila permasalahan tersebut dihadapi secara bersama-sama.
“Tanpa kolaborasi, tidak mungkin ada karya besar. Jadi mari kita saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan, jangan saling tolong-menolong dalam berbuat kebatilan. Mari sama-sama kita curahkan hati, tenaga dan pemikiran untuk mengambil peran bersama dalam membangun Aceh,” demikian kultum Bustami Hamzah. (Akhyar)