Bisnis Turun Temurun, Intip Cerita Perjuangan Terasi Awaina Tetap Bertahan Sejak 1950

Owner Terasi Awaina, Jafaruddin. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM | Langsa – Sambal terasi, siapa yang tidak suka, aromanya khas membuat lidah ingin segera untuk menyantapnya. Apalagi disajikan dengan lalapan dedaunan hijau yang membuat perut lapar semakin terasa lapar jika membayangkan makanan khas yang satu ini.

banner 72x960

Tidak hanya di Indonesia, Aceh khususnya Kota Langsa yang menjadikan terasi sebagai ikon dan oleh-oleh khas kota Jasa tersebut.

Akan terasa ada yang kurang jika kita berkunjung ke Langsa tetapi tidak membawa  pulang buah tangan berupa terasi untuk dijadikan oleh-oleh ke kampung.

Salah satu terasi yang pas untuk dicoba yaitu terasi Awaina milik Jafaruddin yang berada di Gampong  Simpang Lhee, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.

Usaha terasi Awaina milik Jafar ini merupakan usaha turun-temurun mulai dari Kakek Almarhum Benseh kemudian diteruskan oleh Ayah Sulaiman hingga Jafaruddin yang saat ini menjalankan bisnis tersebut. Usaha ini sudah ada sejak tahun 1950 dan ini sudah sangat lama sekali.

“Untuk proses pembuatan terasi, hanya membutuhkan dua bahan utama yaitu udang rebon dan garam saja,” ujar Jafaruddin saat ditanya Theacehpost.com, Jumat (28/6/2024).

Terasi Awaina merupakan usaha turun-temurun yang masih tetap eksis bertahan sejak tahun 1950. [Foto: Istimewa]
Dijelaskan Jafar, kedua bahan tadi dicampur merata dan difermentasi selama dua sampai tiga hari lamanya. Sedangkan untuk takaran garam dan udang rebonnya yaitu 1:10, artinya untuk 1 kg garam dan 10 kg udang rebon.

“Proses pembuatan terbilang sederhana karena kita hanya pakai udang rebon dan garam, yang perlu diperhatikan fermentasinya, sampai dua hingga tiga hari, kemudian baru digiling, lalu masuk masa penyimpanan siap pakai,” jelasnya.

“Setelah dilakukan fermentasi, bahan yang tadi digiling dilanjutkan dengan masa penyimpanan siap pakai, apabila ada konsumen yang ingin membeli, terasi itu sudah bisa langsung di-packing,” kata Jafar.

Usaha yang kini dijalankan oleh generasi ketiga itu merupakan salah satu usaha terasi yang pertama sekali ada di Aceh. Hal ini juga sesuai dengan brand yang diusungnya, Awaina, yang di dalam Bahasa Indonesia berarti yang pertama ada.

Usaha yang awalnya dulu hanya dikerjakan oleh anggota keluarga, kini juga sudah menampung tujuh orang tenaga kerja yang mampu memproduksi terasi satu hingga dua ton dalam satu bulan.

Selain itu, Terasi Awaina juga telah membina pengusaha-pengusaha baru yang sebelumnya menjadi tenaga kerja di Awaina maupun membantu pengusaha baru yang membeli produk Awaina dengan sistem “white label”.

“Yang membedakan usaha kami dengan usaha lainnya tentu berbeda. Kami melihat peluang dengan menjadikan sumber daya alam yaitu udang rebon, berhubung karena kita juga berada di pesisir dengan sumber daya alam melimpah. Kami berinisiatif untuk mengolahnya menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah (added value), sehingga kita proseskan menjadi terasi. Tentu ada keunikan dari produk terasi usaha kami dengan terasi yang lain,” jelasnya.

Selain itu, dalam upaya untuk menjamin keamanan produk untuk dikonsumsi, Terasi Awaina telah mendapat sertifikat PIRT dan Halal dan saat ini sedang dalam proses perizinan HACCP.

Terasi Awaina dibuat dari udang rebon segar pilihan, diproses menggunakan teknologi semi modern, tanpa bahan pengawet dan tidak meninggalkan bau menyengat.

Jafaruddin memanfaatkan potensi sumber daya alam untuk menciptakan produk terasi Awaina. [Foto: Istimewa]
Varian terasi bakar merupakan salah satu varian yang paling diminati para konsumen, karena sudah melewati proses pembakaran sehingga dapat langsung diolah dan tahan lama.

Olahan sambal yang menggunakan Terasi Bakar Awaina tidak meninggalkan bau di tangan dan bahkan menghadirkan cita rasa yang khas.

Disajikan dalam kemasan toples sehingga mempermudah dalam penyimpanan produk dan aman saat pengiriman ke berbagai wilayah ke seluruh dunia.

Sementara Terasi Tabur Awaina merupakan inovasi produk dari terasi original yang telah melewati proses penyangraian dan dihaluskan, sehingga dapat langsung diaplikasikan pada makanan, baik itu untuk olahan sambal atau dapat juga dijadikan sebagai penyedap makanan yang aman dikonsumsi.

Terasi Tabur Awaina dikemas dalam kemasan botol praktis dengan berbagai ukuran baik untuk konsumsi rumah tangga maupun dapat dijadikan buah tangan.

Bagi masyarakat yang berminat mencicipi terasi Awaina, pesanan produk bisa dilakukan dengan cara datang langsung ke alamat produksinya yaitu di Dusun Peutua Abdullah, Gampong Simpang Lhee, Kecamatan Langsa Barat, atau bisa juga pemesanan melalui nomor handphone 0852-6078-7621.

Lebih jauh, Jafar menjelaskan, strategi pemasaran produk terasi miliknya dengan memanfaatkan media online yaitu dengan Instagram, Facebook, TikTok dan WhatsApp Bisnis dan juga mengiklankan atau mempromosikannya melalui melalui kegiatan-kegiatan pelatihan ataupun event-event UMKM.

“Motivasi saya dalam menekuni bisnis usaha terasi ini yang pertama ingin memanfaatkan potensi dari sumber daya alam yang begitu melimpah di daerah pesisir kami, supaya menjadi suatu produk yang memiliki harga jual, dapat membantu perekonomian nelayan setempat dengan cara membeli bahan baku. Secara tidak langsung Terasi Awaina juga sudah membantu perekonomian masyarakat di sekitar tempat kami usaha,” ungkapnya.

Terasi Awaina telah bersertifikat halal. [Foto: Istimewa]
Di samping itu, Jafaruddin juga memiliki asa atau impian terhadap usaha Terasi Awaina miliknya. Ia ingin sekali memiliki tempat produksi yang layak yang memiliki standar untuk berproduksi.

“Semoga dari Diskop UMKM Aceh dapat memberikan solusi kepada kami, dikarenakan kami terkendala dalam berproduksi terlebih di saat hujan kami tidak bisa menjemur terasi, mungkin ada solusi yang  diberikan Diskop UMKM Aceh kepada kami Terasi Awaina agar terus bisa berproduksi tanpa hambatan,” ujarnya.

Terakhir, Jafaruddin juga tidak lupa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Diskop UKM Aceh yang telah mendampingi pelaku-pelaku UMKM terus berkembang seperti dirinya di Provinsi Aceh.

“Semoga Diskop UKM Aceh juga bisa terus mengadakan pelatihan-pelatihan yang bisa memberdayakan pelaku-pelaku UMKM lainnya, karena jika dilihat ada banyak sekali masyarakat yang memiliki keterampilan dan minat untuk merintis usaha, namun mereka terkadang terkendala tidak tahu harus memulai dari mana,” pungkasnya. (Saiful Alam)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News

Komentar Facebook