Ayo Bangkit di Era Reaktivasi Pariwisata Aceh
Tujuh bulan sudah berlalu sejak dunia dihantui dengan merebaknya wabah virus Corona atau Coronavirus Disease (Covid-19) yang sungguh menakutkan dan mematikan. Wabah virus Corona yang sedang melanda negeri belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Sebaliknya, korbanpun semakin berjatuhan dan angka kematian juga semakin meningkat. Haruskah kita terus berdiam diri, tanpa berbuat?
Ragam cara dan upaya terus dilakukan oleh Pemerintah bersama tokoh masyarakat dan pimpinan daerah lainnya dalam rangka mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat virus Corona, seperti kampanye dengan ajakan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan menghindari keramaian.
Kita sangat menyadari sejak diperkenalkan era “New Normal” atau pada akhirnya berubah dengan istilah “Adaptasi Kebiasaan Baru”, kehidupan masyarakat sudah seharusnya berubah dari tatanan kehidupan nyaman sebelum terjadinya wabah virus corona menjadi tatanan kehidupan aman saat masih merebaknya wabah virus corona.
Tatanan kehidupan baru di era “Adaptasi Kebiasaan Baru” adalah keniscayaan. Kita tidak bisa menolaknya. Ini adalah pilihan hidup kita bersama. Berbagai sektor pembangunan telah terimbas, termasuk industri pariwisata yang sebelumnya menjadi tumpuan pembangunan ekonomi di berbagai daerah. Aceh sebagai salah satu destinasi unggulan nasional juga mengalami dampak serius Covid-19.
Pemerintah bersama stakeholder industri pariwisata lainnya terus berupaya untuk bangkit, sekaligus mendukung percepatan penyebuhan ekonomi masyarakat dan penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi, salah satunya melalui semangat “Reaktivasi Industri Pariwisata Lokal”.
Semangat “Indonesia Care”
Aceh khususnya dan Indonesia umumnya sedang memasuki fase transisi adaptasi kebiasaan baru. Fase di mana beberapa kegiatan industry pariwisata sudah mulai dapat diselenggarakan oleh Pemerintah bekerjasama dengan pelaku industri pariwisata lainnya di daerah melalui Program Reaktivasi Industri Pariwisata Lokal dengan berbenah dan membuka diri untuk mendorong wisatawan lokal untuk berwisata antarkota atau intercity di Aceh.
Reaktivasi Industri Pariwisata Lokal dianggap strategis untuk membangun kembali semangat pelalu industry pariwista Aceh untuk bangkit kembali dengan mempromosikan dan menjual paket-paket wisata antar daerah. Strategi ini juga dianggap ekonomis, selain membangun kembali kreativitas dan inovasi pelaku, juga menciptakan pendapatan baru di era pandemi ini.
Tentu saja hal ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan melalui prinsip kebersihan, kesehatan, keselamatan dan pelestarian lingkungan atau CHSE (Cleanliness, Health, Security and Environment).
Reaktivasi Industri Pariwisata Lokal juga dilakukan melalui semangat InDOnesia CARE atau Indonesia Peduli. InDOnesia CARE adalah sebuah inisiai di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang menjadikan aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan sebagai prioritas utama.
InDOnesia CARE mewujudkan antusiasme masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap kesejahteraan dan keselamatan orang lain dengan menjalankan kegiatan wisata tanpa kontak sentuh dalam kegiatan pelayanan dan fasilitas jasa demi keselamatan bersama melalui panduan protokol kesehatan pariwisata dan semangat #DiIndonesiaaja.
Alhamdulilah. Reaktivasi Industri Pariwisata sudah mulai berjalan dengan mengkampanyekan semangat #DiAcehaja dan #AyoJalanJalanDiAceh dengan merancang paket-paket wisata menarik, unik dan murah serta ragam kemudahan incentive atau bonus lainnya (hot deals) untuk menarik minat masyarakat untuk berwisata di Aceh, khususnya daerah-daerah dengan pesona alam, budaya dan kuliner terbaik daerah.
Ada 10 Kabupaten/Kota di Aceh yang berhasil menjadi minat, favorit dan destinasi wisata utama bagi wisatawan local di era Adaptasi Kebiasaan Baru dengan ragam pesona alam dan budaya unik, meliputi: Banda Aceh (Mesjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami, Rumoh Aceh, Kapal PLTD Apung, Kuliner Aceh), Aceh Besar (Pantai Lampuuk, Pasir Putih, Kampung Nusa), Sabang (Tugu Km. 0, Rubiah, Gua Sarang, Pantai Gapang), Aceh Tengah/Bener Meriah (Pantan Terong, Bur Gayo, Ekspedisi Burni Telong, Rafting, Seladang Kopi), Singkil (Wisata Pulau), Langsa (Hutan Kota, Hutan Manggrove, Mutiara Water Park), Simeulue (Surfing, Wisata Pulau), Aceh Tenggara (Rafting, Taman Nasional Gunung Leuser), Aceh Jaya (Wisata Pantai, Sejarah) dan Aceh Barat/Aceh Selatan (Wisata Budaya, Sejarah, Pantai).
Pengenalan destinasi wisata utama tersebut dilakukan melalui penciptaan ragam paket wisata tematis, kreatif dan inovatif, seperti #AyoJalanJalanDiAceh, #Discover Aceh, #Aceh Adventure, #Aceh Underwater, #Tsunami Heritage, #Banda Aceh–Sabang, #Muharram di Aceh, #Muhibbah Sejarah & Budaya di Aceh, sekaligus memperkenalkan branding wisata Aceh “Cahaya Aceh” dan “The Light of Aceh”.
Melalui semangat Reaktivasi Industri Pariwisata Lokal, diharapkan akan mendorong ekonomi daerah tetap tumbuh dan pembangunan tetap berjalan termasuk di sektor industri pariwisata dalam rangka menggairahkan kembali perekonomian dan menghindari dampak negatif Covid-19 secara berkelanjutan.
Reaktivasi Industri Pariwisata Lokal tidaklah diharapkan hanya berfokus pada wisatawan lokal saja, sebaliknya akan akan terus berimprovisasi dan berevolusi menuju Reaktivasi Industri Pariwisata nusantara dan mancanegara yang akan menjadi harapan semua pihak, khususnya pelaku industry pariwisata daerah.
Pun demikian, penerapan Protokol Kesehatan tetap harus menjadi keutamaan bagi semua pihak di era Adaptasi Kebiasaan Baru melalui prinsip Cleanliness, Health, Safety dan Environment (CHSE) untuk menghindari terjadi cluster baru pandemic Covid-19.
Mari kita terus bangkit bersama secara bersinerji dan bermunajad kepada Allah SWT agar Covid-19 segera berakhir dan kehidupan normal kembali lagi dalam rangka memajukan kembali industry pariwisata Aceh yang sudah lama terpuruk akibat Pandemi Covid-19.