Anjing
Oleh: Sulaiman Tripa
HIRUK pikuk soal anjing, berlangsung sekitar dua minggu ini. Ketika menyebar ada satu ekor anjing, dipindahkan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Aceh Singkil. Anjing itu kemudian mati. Menurut info yang beredar, anjing itu meresahkan. Namun yang viral bukan itu. Seekor anjing disiksa dan dibunuh atas kepentingan wisata halal.
Sejumlah isu lalu mengalir tidak terkendali. Seolah wisata halal sudah menghalalkan disiksa dan dibunuhnya seekor anjing. Entah siapa yang bermain. Namun soal ini lalu membuat ribut serepublik. Sejumlah orang lantas menjadikan ini sebagai panggung. Ada politisi yang timbul, muncul, dan mengutuk. Ada penyuka hewan juga bersuara dan mengecam. Lebih parah, muncul seorang pemilik akun media sosial, mendoakan ada tsunami lagi. Walau pemilik akun ini, sebelum 24 jam hal ini ditulis, ia sudah minta maaf.
Begitu serius soal anjing itu. Padahal tingkat kebenaran seperti yang digambarkan, masih diragukan. Ada apa? Bisa membantu mendongkrak berapa persen suara dengan simpati yang salah kaprah ini?
Saya sempat melihat sejumlah video anjing dalam grup WA. Tiga hari yang lalu (27/10/2021), saya menerima foto pernyataan permintaan maaf pemilik anjing yang beralamat di luar Aceh Singkil. Isinya menyatakan pemilik tidak bertanggung jawab terhadap berbagai isu yang beredar tentang anjing. Pernyataan paling penting dari pemilik anjing bahwa anjing itu meresahkan dan atas persetujuannya anjing itu dipindahkan.
Sebagai salah seorang warga, saya sangat menunggu ada klarifikasi dari pihak-pihak yang mengaitkan wisata halal dengan matinya seekor anjing. Ternyata sampai hari ini tidak ada. Lantas kepentingan apa memviralkan kematian anjing ini?
Begitulah hiruk pikuk soal anjing yang sudah berlangsung sejak dua minggu lalu. Kepentingan viral yang tidak bisa disembunyikan. Tapi merugikan Aceh secara keseluruhan. Potongan-potongan kejadian yang rela digunakan hanya untuk membuat gaduh dari matinya seekor anjing. Harus ada usaha untuk memahami peristiwa secara utuh.
Tidak boleh hewan disiksa. Walau hewan itu bernajis sekali pun. Memahami secara utuh apa yang terjadi sangat penting. Seyogianya ada upaya untuk melihat sebuah informasi secara utuh dan menyeluruh. Jangan gara-gara kepentingan tertentu, lantas apa pun bisa digunakan sebagai amunisi untuk mengesankan negatif kawasan yang dituju.
Kadang-kadang tidak habis pikir, bagaimana seekor anjing dijadikan isu yang digoreng sedemikian rupa. Sekali lagi, dengan berbagai kepentingan. Jika ada orang yang membela anjing, maka dalam melakukan pembelaan, seharusnya dengan melihat info tentang anjing secara menyeluruh. Jika tidak demikian, maka akan menyakitkan bagi orang-orang yang ada di kawasan tersebut.
Kasus ini seharusnya dibandingkan juga dengan komunitas yang mengonsumsi anjing dan diperlakukan tidak seperti yang diharapkan. Mengapa anjing tidak dibela? Apakah karena di situ tidak ada nama wisata halal?. []