#Abu Ibrahim Woyla, Darurat Militer dan Tsunami Aceh | (Sang Pembawa Pesan Bala Tersirat (2)

Presiden Megawati Soekarno Putri, memerintahkan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menemui Abu Ibrahim Woyla di Sheraton Bandara Hotel yang berada di kawasan Bandara Internasional Soekarno - Hatta Tangerang, Banten, sekarang berganti nama menjadi Bandara Internasional Hotel (tt)

Oleh Mustafa Husen Woyla

banner 72x960

“Wate ta pakat pajoh bu, kata Tgk Min. (Waktu kita ajak makan) Abu Woyla menjawab, bala raya that akan terjadi, pu hana ka tupu? (musibah besar akan terjadi, apakah kamu tidak tau?”

Mengenang musibah dahsyat Gempa dan Tsunami empat belas tahun silam, minggu, pukul 08.58 WIB, 26 Desember 2004, telah menyisakan selaksa kisah pilu.

Peristiwa ini dikenal oleh kalangan peneliti sebagai gempa bumi Sumatra–Andaman. Dan berbagai julukan lainnya, termasuk Tsunami Samudra Hindia 2004, Tsunami Asia Selatan, Tsunami Indonesia, Tsunami Natal, Tsunami Boxing Day dan Gempa & Tsunami Aceh – Nias (sumber: wikipedia)

Di antara selaksa kisah itu, adalah waliyullah dari Woyla, Aceh Barat, Aceh – Indonesia bernama Abu Ibrahim Woyla. Ianya telah mengabarkan sedikitnya dua pesan isyarat dan tersirat yang jelas validitasnya sebelum akan terjadinya sebuah tragedi besar di Aceh.

Pertama, menurut sumber yang diminta dirahasiakan namanya, Presiden Megawati Soekarno Putri, memerintahkan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menemui Abu Ibrahim Woyla di Sheraton Bandara Hotel yang berada di kawasan Bandara Internasional Soekarno – Hatta Tangerang, Banten, sekarang berganti nama menjadi Bandara Internasional Hotel, untuk meminta pendapat terkait dengan rencana pemerintah Indonesia menaikkan status konflik Aceh dari Darurat Sipil ke Darurat Militer.

Dalam pertemuan singkat itu, SBY menanyakan bagaimana pendapat Abu Woyla terkait rencana perberlakuan DM di Aceh?

Abu Ibrahim menjawab singkat, boleh, tapi jangan lama, jika lama, maka akan ada musibah besar terjadi di Aceh.

Setelah itu, SBY dan rombongan meminta Abu Ibrahim Woyla menutup majlis dengan do’a.

Setelah pertemuan singkat itu, Presiden Megawati Sukarno Putri menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 28 tahun 2003 tentang Darurat Militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) berlaku mulai senin, 19 Mei 2003 pukul 00.00 WIB.

Kepres penuh resiko itu diumumkan, setelah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menolak ultimatum pemerintah Indonesia untuk menerima otonomi khusus dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indnonesia (NKRI), serta membubarkan GAM dan Teuntra Nanggroe Aceh (TNA) sayap militer GAM, maka Darurat Militer (DM) diberlakukan untuk Aceh.

Operasi Darurat militer itu berakhir bersamaan dengan gempa bumi dan tsunami pada hari minggu, 26 Desember 2004. Dan banyak orang mengatakan, Allah kirimkan tsunami untuk damaikan konflik yang sudah tiga puluh tahun di Aceh.

Mungkin, limit yang dimaksud oleh Abu Woyla sudah terlalu lama, sudah lebih setahun setengah, karena darurat militer dimulai terhitung dari 19 Mei 2003 sampai terjadinya gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004.

Mungkin juga, itu cara Allah mengirim keputusan lain terhadap GAM dan NKRI berdamai.

Kedua, lebih dari seminggu sebelum terjadi tsunami, Abu Ibrahim Woyla, terlihat gelisah. Bahkan menurut pengakuan Tgk Muhammad Amin, Planteu, Abu Woyla tidak bersedia makan sebagaimana biasanya.

Wate ta pakat pajoh bu, kata Tgk Min. (Waktu kita ajak makan)

Abu Woyla menjawab, bala raya that akan terjadi, pu hana ka tupu? (musibah besar akan terjadi, apakah kamu tidak tau?).

Kala itu juga, Abu Woyla berjalan di pinggir pantai mulai dari Aceh Selatan sampai ke Kuala Bubon, terkadang juga menumpangi motor GL Pro lagendaris itu.

Beberapa hari kemudian Abu Ibrahim berangkat keluar daerah. Dan ketika tsunami, beliau tidak berada di Aceh. Setelah beberapa hari kemudian barulah Abu Woyla kembali melihat sejumlah tempat yang sudah diluluhlantakkan oleh gelombang smong (tsunami).

Bagi warga Woyla dan warga Barat Selatan, pesan tersirat atau isyarah yang disampaikan Abu Woyla sudah acapkali ditemui. Seperti yang disampaikan Waled Marhaban Bakongan, Tgk Akmal Abzal dan sejumlah narasumber lainnya.

Ada sejumlah pertanyaan yang muncul, jika Abu Woyla dibuka hijab beberapa perkara ghaib, kenapa tidak langsung diberitahukan kepada warga, agar tidak menelan korban yang begitu dahsyat?

Menjawab itu, boros penulis, itulah rahasia Allah, tidak ada seorang pun mengetahui kecuali orang-orang pilihan. Dan tentu, tidak boleh diberitahu ke khalyak secara dhahir, melainkan hanya pesan isyarah saja.

Karena jika diberi tahu akan mendahului Allah dalam perkara yang sudah ada dalam ilmu Allah, tidak akan terjadi, dan ini bagian dari mendeskripdikan perencanaan Tuhan tidak matang karena bocoran dari wali-Nya. Perkara ini adalah mustahil pada hak Allah Swt azza wajalla.

Disebabkan segala perkara, termasuk musibah di alam semesta, sejatinya sudah termakhtub dalam lauhil mahfudh dan sudah ada dalam ilmu dan iradah-Nya Allah Swt.

Tidak ada satu pun di alam ini yang terjadi secara kebetulan, sebagaimana tertuang dalam beberapa ayat Al-Qur`an yang semakna;

“… Allah mengatur urusan (makhluk-Nya).” (ar-Ra’d: 2)

“Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)…” (al-An’aam: 59)

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (al-Hadid: 22)

Sebenarnya kandungan dua pesan isyarah ini, bersifat off the record, namun karena GAM – NKRI sudah berdamai dan ini sifatnya bagian dari realitas sejarah. Maka penulis pikir ini perlu diketahui publik sebagai bentuk peringatan, betapa pentingnya patuh dan ta’dhim terhadap wasiat para ulama.


Penulis, Warga Asal Woyla | Ketua Lembaga Donasi Rumoh Indonesia (RUI) | Alumni Dayah BUDI Lamno | Dayah Darul Muarrif Lam Ateuk | Sekarang menetap di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee |

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *