Saleum Ta’zhem dan Cök Beurkat (Ta’dhim dan Tabarruk)
Oleh Mustafa Husen Woyla
Tabarruk mengambil keberkahan dari orang² yang anugrahi Allah kepada alim ulama atau hamba shalih pilihan Allah ‘azzawajalla adalah amalan para salaf aṣ- Ṣālih yang sudah mulai memudar.
Tersebab itu perlu diberi penjelasan kepada umat perkara yang sebenarnya melalui contoh dalam pengamalan dan itu bukan perkara bid’ah.
Adalah Abu H Athaillah bin Ishak Al Amiry Hafidzahullah, salah seorang ulama Aceh yang ‘aalim, ‘abid, wara’ yang sudah ghaniyyun ‘anitta’rif (hana payah peuturi le).
Semoga Allah bi sihat, panyang umu dan selalu menjadi sauri tauladan di tengah reun-mareun donya nyoe. Amin
Kemudian juga ta’zhem juga mulai tergerus di zaman modern ini. Padahal itu karakter asli ureung Aceh. Sebagaimana terekam dalam narit madha
“Ta’zhem keu guree geu bri ijazah, Ta’zhem keu nangbah geu bri hareuta.” (Narit Madja)
Makna Ijazah Hadih Madja di atas mungkin sudah melenceng dari makna aslinya. Dimana penuntut ilmu zaman sekarang lebih mementing selembar kertas dari pada ilmu.
Ijazah antara lain diambil dari sebuah ungkapan;
“istajaztuhul maa fa‘-ajazani”
(aku meminta air darinya, lantas dia memberiku air).
Ungkapan tersebut memberi pedoman bagaimana seseorang yang meminta supaya diberikan curahan ilmu, lalu guru mencurahkan ilmu yang dia miliki kepada sang murid.
saleum_ta’dheem kepada Abu Athaillah dari kam Para junior Alumni BUDI Lamno.