UTU Diharapkan Fasilitasi Kolaborasi Pembangunan Berbasis Potensi Daerah di Barsela
THEACEHPOS.COM | Blangpidie – Elizar Lizam, mantan Wakil Ketua DPRK Abdya sekaligus pengamat ekonomi, menekankan pentingnya Universitas Teungku Umar (UTU) dalam mendorong pembangunan di kawasan Barat Selatan Aceh (Barsela).
Menurutnya, UTU dapat berperan sebagai fasilitator untuk mengumpulkan para bupati dan wali kota di kawasan tersebut guna membahas potensi dan kebutuhan masing-masing daerah.
Dalam wawancara dengan media ini di sebuah warung kopi di Blangpidie pada Rabu malam (5/3/2025), Elizar menjelaskan, penting bagi UTU untuk mengkaji potensi daerah yang ada, karena setiap wilayah di Barsela memiliki kekuatan yang berbeda.
“Kita butuh perencanaan yang matang dan berbasis potensi, bukan berdasarkan ego sektoral,” ujarnya.
Membangun Berdasarkan Potensi Daerah Barsela
Elizar Lizam yang akrab dipanggil Adun itu, menyoroti berbagai potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Ia menyarankan agar Nagan Raya fokus dengan mengembangkan pelabuhan udara, Aceh Barat fokus pada peningkatan kualitas perguruan tinggi, dan Aceh Selatan mengembangkan sektor pariwisata.
Aceh Singkil dan Aceh Jaya juga bisa mengembangkan potensi wisata mereka, seperti Pulau Banyak di Aceh Singkil dan wisata pesisir di Aceh Jaya.
Abdya memiliki potensi besar untuk sektor pertanian dengan irigasi teknisnya yang terinterkoneksi
dan potensi pelabuhan lautnya, Surin.
Lebih lanjut, Adun menyarankan agar Subulussalam dipersiapkan sebagai pintu gerbang Barsela menuju Sumatera Utara, sementara Simeulue bisa fokus pada pengembangan komoditas lokal, seperti minyak kelapa dan lobster.
Melalui pendekatan berbasis potensi daerah, Elizar Lizam menekankan bahwa pembangunan di Barsela dapat berjalan lebih efektif dan terarah. Dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing daerah dan menghindari proyek yang tidak relevan, seperti pengembangan perguruan tinggi dan pusat perbelanjaan yang tidak dibutuhkan.
Menghindari Pendekatan yang Terlalu Ambisius
Mantan Ketua PAN Abdya itu juga menegaskan agar setiap daerah tidak terburu-buru mengusulkan proyek besar tanpa memperhitungkan kebutuhan dan potensi lokal.
“Misalnya, Blangpidie tidak perlu berpikir tentang perguruan tinggi atau mall, cukup fokus saja dengan pelabuhan laut Surin dan pertanian,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya untuk merancang proyek berdasarkan data yang akurat dan kebutuhan riil, agar anggaran yang bersumber dari APBN maupun APBA dapat digunakan secara efisien.
Salah satu contoh konkret yang diungkapkan Adun adalah rencana untuk membangun pelabuhan Surin di Abdya yang lengkap dengan fasilitas tangki CPO, sehingga dapat mengurangi penggunaan jalan darat dan menghindari kerusakan infrastruktur.
“Siapa bilang ini tidak mungkin? Socfindo sudah menunjukkan bahwa sebelum kita lahir ekspor melalui laut sudah mereka lakukan,” jelasnya.
Peran UTU sebagai Penggerak Kolaborasi
Adun berharap UTU dapat memfasilitasi pertemuan para kepala daerah di Barsela, serta menyatukan persepsi mereka dalam merancang pembangunan yang berbasis potensi daerah.
“Dengan adanya koordinasi yang baik, kita bisa menyusun anggaran dan program pembangunan yang lebih tepat sasaran,” ungkapnya.
Menurutnya, UTU memiliki peran penting dalam menyusun konsep yang bisa diterima oleh semua pihak, termasuk pemerintah pusat.
Melibatkan UTU dalam perencanaan dan koordinasi antar daerah juga memberikan peluang untuk menciptakan ekosistem pembangunan yang lebih harmonis, di mana setiap daerah dapat fokus pada keunggulannya masing-masing.
Di akhir wawancara, Adun menekankan, “Jika kita berhasil mengintegrasikan potensi daerah dengan perencanaan pembangunan yang matang, maka kawasan Barsela akan berkembang lebih pesat. UTU harus menjadi garda terdepan dalam mewujudkan itu,” tutup Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Abdya tersebut. (Robby Sugara)