Buka Rakor Tastafi, Abu Mudi Ajak Wujudkan Persatuan Masyarakat Aceh

Pembina Majelis Tastafi, Tgk H Syaikh Hasanul Basry atau akrab disapa Abu Mudi, membuka Rapat Koordinasi dan Mubahasah Tastafi di Aula Arafah Asrama Haji Banda Aceh, Senin (3/2/2025). [Foto: Ist]

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Pembina Majelis Tastafi, Tgk H Syaikh Hasanul Basry atau akrab disapa Abu Mudi, mengajak seluruh elemen dayah untuk memperkuat persatuan masyarakat Aceh dalam menjaga akidah ahlussunnah wal Jama’ah.

banner 72x960

Hal ini disampaikan Abu Mudi dalam pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) dan Mubahasah Tastafi yang digelar di Aula Arafah Asrama Haji Banda Aceh pada 3-5 Februari 2025.

Rakor dan Mubahasah tahun ini mengangkat tema “Revitalisasi Peran Majelis Tastafi dalam Menjaga Akidah dan Tradisi Ahlussunnah wal Jamaah”, sementara tema khusus mubahasah adalah “Konstruksi Metode Naqli, ‘Aqli, dan Kasyfi dalam Pengkajian Akidah.” Kegiatan ini dihadiri 200 peserta dari pengurus Tastafi daerah dan pusat serta 60 anggota Lajnah Mubahasah Tastafi yang merupakan para intelektual dayah.

Sejumlah ulama terkemuka juga hadir, termasuk Ketua Majelis Tastafi Ayah Cot Trueng, Sekretaris Tastafi Pusat Prof Dr Tgk H Muntasir A Kadir, serta Dewan Pakar Majelis Tastafi Prof Dr Syamsul Rijal, MAg, Waled Jafar Tangse, Waled Haramain Nuriqmar, Waled Nura, Abi Hidayat Muhibuddin Waly, Abu Alizar Usman dan puluhan pimpinan dayah lainnya.

Dalam tausiyahnya, Abu Mudi menegaskan bahwa persatuan umat Islam menjadi perhatian utama para ulama dunia. Abu Mudi menyoroti upaya pihak-pihak tertentu yang mencoba melemahkan ukhuwah Islamiyah, termasuk dengan menyerang para habaib dan ulama.

“Salah satu hal yang menjadi kepedulian para ulama di dunia saat ini adalah menjaga persaudaraan sesama muslim. Musuh Islam sangat takut muslim bersatu. Maka, baru-baru ini kita lihat para habaib diserang habis-habisan, dengan tuduhan nasab palsu dan lain-lain. Oleh karena itu, mari menjadikan Tastafi sebagai penggerak persatuan ummat menuju aqidah yang lurus berdasarkan ahlussunnah waljamaah asya’irah wal maturidiyah,” ajak Abu Mudi.

Oleh karena itu, kata Abu Mudi, Majelis Tastafi harus menjadi penggerak persatuan umat dengan mendukung berbagai pihak yang memiliki visi yang sama, termasuk pemerintah dan lembaga Islam lainnya.

Untuk tujuan tersebut, menurut Abu Mudi, maka Tastafi harus memberikan dukungan dan bekerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki visi dan pemikiran yang sama termasuk juga dengan pemerintahan mulai dari pusat sampai dengan daerah.

Abu Mudi juga menekankan pentingnya metode dakwah yang bijak dengan mengutamakan hikmah dan mauidzah hasanah. Perbedaan pendapat dalam organisasi, menurutnya, adalah hal yang wajar dan bisa menjadi rahmat jika disikapi dengan akhlak yang baik.

“Oleh sebab itu, anggota Tastafi diharapkan mengutamakan sikap tawadhu’, husnudzan, dan mencari titik temu dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat,” ujar Abu Mudi saat menyampaikan sambutannya pada pembukaan acara Rakor dan Mubahasah, Senin siang 3 Februari 2025.

Selain itu, Abu Mudi menyoroti degradasi moral yang terjadi di Aceh dan menekankan pentingnya peran Tastafi dalam membangun masyarakat berakhlak. Ia mengusulkan agar Tastafi merumuskan kurikulum tasawuf atau akhlak yang dapat diajarkan di majelis taklim. Kurikulum ini harus tetap berlandaskan kitab turats muktabarah agar pembelajaran tauhid, fiqih, dan tasawuf tetap sesuai dengan ajaran ulama terdahulu.

Terakhir, Abu Mudi mengingatkan bahwa dakwah tidak hanya berupa ceramah, tetapi juga aksi nyata yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Tastafi harus hadir dalam setiap lini kehidupan, membantu fakir miskin, menyelesaikan persoalan umat, dan semakin memperkenalkan ajarannya kepada masyarakat. “Jangan sampai masyarakat Aceh tidak tahu apa itu Tastafi,” tegasnya.

Sebelumya, Ketua Panitia Rakor, Tgk Mustafa Husen Woyla dalam sambutannya mengatakan bahwa dari kegiatan Rakor ini dapat semakin memperkuat program unggulan Tastafi serta merumuskan program baru yang penting bagi kemajuan bersama. Ia menekankan bahwa mubahasah adalah tradisi luhur ulama dan ilmuwan Muslim yang harus terus dijaga.

“Badan Otonom Lajnah Bahsul Masail adalah ruh dan jasad yang tidak terpisahkan. Kami mengajak semua pihak untuk terus bersama-sama memajukan Tastafi demi kemaslahatan umat Islam di Aceh, Indonesia, dan dunia,” ujarnya. (Akhyar)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp

Komentar Facebook