Fenomena Anak Kabur dari Rumah Meningkat di Banda Aceh dan Aceh Besar, Pemerhati Soroti Peran Orangtua

Pemerhati Anak, Ayu Ningsih. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Banda Aceh dan Aceh Besar belakangan ini digemparkan oleh meningkatnya kasus anak-anak yang kabur dari rumah.

banner 72x960

Fenomena ini menciptakan sebuah keresahan di kalangan masyarakat, khususnya orangtua yang semakin khawatir terhadap keselamatan anak-anak mereka.

Di tengah gaya hidup modern dan kemajuan teknologi, kurangnya pengawasan dan komunikasi antara orangtua dan anak kerap menjadi salah satu faktor penyebab.

Pemerhati Anak, Ayu Ningsih, ikut menyoroti fenomena anak-anak kabur dari rumah. Ayu menyoroti pola pengasuhan anak di era digital yang jauh lebih menantang dibandingkan masa lalu.

“Kini anak-anak memiliki akses tak terbatas pada informasi melalui gawai mereka. Meski tinggal serumah, banyak orangtua dan anak terjebak dalam kesibukan masing-masing dengan perangkat elektronik, sehingga komunikasi antara orangtua dan anak semakin minim,” ujar Ayu kepada Theacehpost.com, Banda Aceh, Sabtu (5/10/2024).

Ia mengingatkan bahwa anak yang tidak mendapatkan perhatian cukup di rumah berpotensi mencari perhatian di luar dan terjerumus dalam lingkungan yang berisiko.

Kemudian, kata dia, tekanan dari lingkungan sosial, seperti keinginan untuk memiliki barang-barang mewah yang ditampilkan di media sosial, juga bisa memicu anak-anak untuk berperilaku di luar kontrol, termasuk kabur dari rumah.

“Sering kali, orangtua terlalu percaya tanpa mengecek aktivitas anak mereka. Padahal di era digital seperti sekarang, penting bagi orangtua untuk lebih aktif memantau dan memastikan anak dalam keadaan aman,” tambah Ayu.

Mengenai fenomena anak kabur dari rumah, Ayu menjelaskan bahwa penyebabnya sangat beragam, mulai dari tekanan lingkungan, masalah di sekolah, hingga godaan pekerjaan atau gaya hidup yang tampak lebih menarik di luar rumah.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kedekatan emosional antara orangtua dan anak, terutama pada masa pubertas, saat mereka sangat rentan terhadap pengaruh luar.

Orangtua diharapkan tidak hanya mengandalkan metode pengasuhan lama yang keras, tetapi juga harus menyesuaikan diri dan terbuka terhadap perkembangan zaman.

“Pendekatan fisik seperti hukuman keras sudah tidak relevan. Kini pengasuhan harus lebih fokus pada dialog dan pendampingan, termasuk pendampingan digital untuk memantau apa yang anak-anak akses,” jelas Ayu.

Menurut Ayu, komunikasi yang intensif dan kebersamaan sederhana seperti makan bersama dapat menjadi momen penting untuk memperkuat ikatan keluarga. Orangtua harus terus belajar tentang pola asuh yang efektif di era modern.

“Anak adalah cerminan dari orangtua. Jika kita memberikan perhatian dan teladan yang baik, anak-anak akan meniru hal tersebut. Itulah kunci agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh buruk dari luar,” tambahnya.

Ayu menyebutkan bahwa fenomena anak-anak yang kabur dari rumah tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi juga instansi terkait dan komunitas. Langkah edukasi dan perlindungan anak perlu diperkuat agar kasus serupa tidak terus meningkat.

“Masyarakat harus mulai menyadari bahwa peran orangtua dalam mengasuh anak di era digital sangatlah penting dan tidak bisa dianggap sepele. Jika tidak, bukan mustahil fenomena ini akan menjadi tren baru yang semakin sulit dikendalikan,” pungkasnya. (Susan)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp

Komentar Facebook