Insiden Mundurnya Abu Paya Pasi dan PR Besar Bagi Partai Aceh
THEACEHPOST.COM – Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Provinsi Aceh terus mengalami dinamika politik, apalagi di waktu-waktu deadline (tenggat waktu) penentuan calon kepala daerah beserta pendampingnya.
Ini sedang terjadi dimana eskalasi lobi politik semakin tajam, malah sampai harus memutuskan untuk mundur dari partai, karena dianggap usulan rekomendasi tidak diterima.
Hal ini terjadi pada Partai Aceh, dalam kurung waktu tiga hari ini, eskalasi politik di internal Partai Aceh semakin tajam, dengan berbagai manuver politik elit hingga ulama agar Muzakir Manaf atau Mualem memilih calon yang didukungnya.
Salah satu eskalasi politik memanas dengan mundurnya Tgk H Muhammad Ali atau Abu Paya Pasi dari kepengurusan Partai Aceh, diduga petinggi Partai Aceh tidak memilih rekomendasi ulama untuk sosok Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Aceh.
Dinamika politik dengan lobi-lobi politik, sebaiknya dilakukan dengan senyap, melalui opini media, komunikasi politik, termasuk memberikan rekomendasi adalah bagian proses politik menggolkan calon kandidat yang didukung.
Dinamika politik terus bergerak dengan sangat dinamis. Dalam hitungan jam, bisa saja berubah-ubah. Tak bisa diprediksi sebelum ada sebuah keputusan yang mengikat atau malah dalam politik keputusan yang sudah mengikat, bisa saja batal karena siklus politik berubah dan akan berubah keputusan.
Maka proses lobi politik ada yang berhasil dan ada yang ditolak. Sebenarnya hal itu biasa saja, termasuk yang sedang terjadi pada Partai Aceh.
Secara politik, proses lobi politik dengan membangun komunikasi politik merupakan sesuatu hal yang wajar. bBgitu juga dalam proses lobi dan komunikasi politik tidak berjalan dengan baik atau gagal, sebagian elit dan politisi biasa.
Namun ada sebagian merasa kecewa malah mengundurkan diri, itu hal yang wajar, dan ini adalah hak politiknya. Tentu apapun keputusannya sudah diputus dengan matang.
Apakah berdampak pada Partai Aceh?
Dampak sudah pasti ada, namun partai Aceh harus segera melakukan konsolidasi internal, untuk meredam berbagai spekulasi politik, baik di internal dan eksternal.
Isu-isu terakhir sudah semestinya diselesaikan dengan baik, agar tidak melebar lebih jauh, dan dimanfaatkan oleh lawan politik.
Merangkul kembali elemen-elemen yang mungkin merasa terpinggirkan, menjalin hubungan dengan ulama dan tokoh masyarakat.
Jika Partai Aceh dapat mengelola situasi ini dengan bijaksana, maka kisruh internal akan dapat diatasi kembali.
Semua calon kandidat punya peluang termasuk Mualem, proses dinamika politik adalah hal yang biasa. Tinggal bagaimana mengelola berbagai perubahan politik dan konflik dengan baik, dan itu ada pada Partai Aceh.
Menurut kami, masih jauh bicara peluang menang kalah, karena deklarasi dan mendaftar saja belum, apalagi Partai Aceh sudah sangat siap, sudah menjalani komunikasi politik lintas partai. membangun koalisi dan dukungan mesin politik yang solid.
Penulis: Usman Lamreung
Akademisi Universitas Abulyatama