GPS Adakan ‘Ngopi’ Subuh di Kawasan Lingke, Hanya Muhammad Balia yang Penuhi Undangan
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Gerakan Pemuda Subuh (GPS) mengadakan sebuah forum diskusi yang diberi nama Ngopi atau akronim dari kepanjangan Ngobrol Opini Terkini dengan tajuk “Pemuda untuk Kota” yang dilaksanakan di Warkop SMEA Premium Lingke usai salat subuh berjamaah di Masjid Babuttaqwa Utama Polda Aceh, Banda Aceh, Sabtu (10/8/2024).
Forum diskusi ini awalnya direncanakan menghadirkan sejumlah pemuda untuk menjadi pembicara, diantaranya Ahmad Haeqal Asri, Mulia Rahman, Afdhal Khalilullah, Muhammad Balia, dan Miswar Ibrahim.
Dari sejumlah pemuda yang direncanakan akan mengisi materi, hanya Muhammad Balia seorang yang berhadir memenuhi undangan tersebut, sementara panelis lainnya tidak berhadir alias absen.
Karena hanya Muhammad Balia yang berhadir, panelis tokoh muda lainnya terpaksa digantikan oleh seorang penceramah subuh, Tgk H Umar Rafsanjani.
Tgk Umar Rafsanjani dalam materinya mengatakan, masyarakat Aceh ke depan diharuskan untuk memilih calon pemimpin yang benar-benar pro syariat Islam, bukan calon pemimpin yang koar-koar syariat Islam saat masa kampanye saja.
“Sudah jadi fenomena umum kita melihat waktu kampanye banyak calon kepala daerah yang gembar-gembor soal isu syariat Islam. Namun ketika dia terpilih, program kerjanya jauh dari kata syariat. Ini tidak boleh lagi berulang. Ke depan kita harus pilih pemimpin yang betul-betul paham syariat, pro syariat, mengerti syariat, dan pelaku syariat,” kata Tgk Umar.
“Bukan hanya ngomong akan ini dan akan melakukan itu waktu kampanye, bukan hanya di baliho atau spanduk bilangnya pro syariat Islam. Omong kosong itu semua. Ini adalah fenomena nyata yang terjadi hari ini,”tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Bacalon Wali Kota/Wakil Wali Kota Banda Aceh, Muhammad Balia mengatakan, Pilkada Banda Aceh hari ini menjadi analisis menarik karena banyak muncul kandidat-kandidat tokoh yang akan meramaikan kontestasi lima tahunan itu.
Kendati banyak tokoh, menurut Balia, hal yang paling utama harus dimiliki oleh setiap calon tokoh yang maju memperebutkan kursi Banda Aceh satu adalah komitmen. Komitmen yang dimaksud bukan asal ngomong, tetapi dihadirkan dalam bukti nyata.
“Dari Pilkada yang sudah-sudah, pemetaan kampanye para kandidat yang dibangun adalah tentang syariat Islam. Agama dijual dalam kampanye. Tetapi ketika terpilih bisa dicek berapa persen anggaran yang dianggarkan untuk Dinas Syariat Islam. Sangat kecil sekali,” ungkap Balia.
Menurut Balia, semua bisa dilakukan jika seandainya para pemimpin itu benar-benar komit terhadap syariat Islam, betul-betul peduli dan benar-benar serius membangun daerah.
“Kita lihat Aceh hari ini sebenarnya malu kita. Semua kita juara. Bukan juara dalam kebaikan tetapi juara dalam keburukan. Ini harus ada perubahan ke depan. Tidak boleh lagi seperti ini,” kata Balia menegaskan. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News