Pabrik Kilang Kopi Aman Biren, Kisah Penggilingan Kopi Tiga Generasi
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Ada sejarah panjang dibalik keharuman aroma dan nikmatnya kopi Gayo, hingga dikenal bukan cuma di Indonesia namun juga dunia. Salah satu pemain penting dari sejarah itu adalah Pabrik Kilang Kopi Aman Biren di Aceh Tengah.
Pabrik Kilang Kopi Aman Biren merupakan pabrik kopi Gayo tertua yang telah berdiri sejak 1948. Pabrik ini terletak di Kampung Simpang Kelaping, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, berjarak sekitar 7 Km dari pusat Kota Takengon.
Pabrik kilang kopi ini didirikan oleh almarhum H.M. Ali Basyah atau oleh masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Aman Biren. Ia merupakan saudagar kopi Gayo dan tembakau di Aceh Tengah. Nama Aman Biren ditabalkan kepada Ali Basyah karena seringnya ia berdagang ke Bireuen (Biren) pada saat itu.
Hingga hari ini, Pabrik Kilang Kopi Aman Biren ini masih menjadi terminal utama hasil panen kopi asal Gayo. Pabrik itu kini sudah berumur kurang lebih 76 tahun, sekarang dikelola oleh cucunya, Afriandi MS, yang merupakan generasi ketiga dari keturunan Aman Biren.
Sebelum bertransformasi menjadi pabrik kilang kopi, pabrik itu dulunya adalah pabrik kilang padi. Pabrik ini awalnya dirintis Aman Biren untuk memudahkan masyarakat menggiling padi hasil panen dari ladang sawah petani.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, dengan bertambahnya kebun-kebun kopi, pabrik itu juga ikut berkembang dan bertransformasi menjadi Pabrik Kilang Kopi Aman Biren seperti yang dikenal sekarang.
“Pernah saya coba untuk menghidupkan kedua-duanya (kilang padi dan kilang kopi). Namun karena ketidakmampuan kita dari segi tempat dan pelayanan, sehingga kami harus memilih menghidupkan satu mesin huller saja, yaitu mesin huller kopi,” ujar Afriandi, Aceh Tengah, Senin (29/7/2024).
Afriandi menjelaskan, Pabrik Kilang Kopi Aman Biren berproses dari gabah kopi hingga menjadi kopi biji hijau (green bean). Sebagian usaha pengolahan kopi lainnya terkadang memulainya dari pengolahan ceri kopi, pengupasan kulit, kemudian dicuci, lalu menjadi gabah, gabah selanjutnya dikeringkan, kemudian di-huller, lalu menjadi green bean.
Lalu diroasting hingga menjadi bubuk untuk diminum.
“Ada beberapa kegiatan pengolahan kopi memang tidak kita lakukan. Misalnya ketidakmampuan kita untuk menyortir biji kopi, karena kita belum punya mesin sutton, baru punya mesin huller kopi,” ungkapnya.
Karena Pabrik Kilang Kopi Aman Biren bergerak di bidang jasa pengolahan kopi, biasanya keuntungan yang diperoleh Afriandi bisa mencapai ratusan juta rupiah. Setiap musim panen, volume kopi yang digiling di pabrik itu juga berbeda-beda, kadang volumenya bisa mencapai puluhan ton lebih.
“Antara awal dan penghujung musim panen kopi memang beda volume petani yang menggunakan jasa penggilingan kopi di tempat kita. Pada pertengahan musim panen kopi yang agak besar volumenya karena pada saat itu biasanya hasil panennya melimpah. Pengalaman kita jika dirupiahkan (keuntungan) bisa menyentuh Rp 200 juta lebih,” jelasnya.
Pabrik Kilang Kopi Aman Biren untuk saat ini masih bergerak di bidang jasa. Afriandi menyatakan tetap ingin mengekspansi pabriknya lebih berkembang supaya tidak hanya menggiling hasil panen kopi petani setempat, tetapi juga bisa menjual hasil penggilingan kopi sendiri di tingkat lokal hingga nanti bisa eksport.
Untuk meraih impian tersebut, dirinya bahkan sudah membuka lahan kopi seluas tiga hektare, meskipun untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan lahan seluas 20 hektare.
Afriandi mengakui bahwa upaya untuk membuka lahan seluas 20 hektare tidaklah mudah dilakukannya, dibutuhkan tenaga dan biaya yang cukup besar. Namun ia tetap berkeyakinan pada komitmen bahwa suatu saat nanti impiannya akan mudah terwujud.
“Kita perlu menyiapkan lahan sebagai percontohan penggilingan kopi dari pabrik kita, sehingga ketika ada buyer mau kontrak kerja sama dengan kita, ada tester dari kualitas kopi yang bisa kita tampilkan. Kalau sementara ini pabrik kita sifatnya masih bergerak di bidang jasa, sejumlah green bean itu kami peroleh dari jasa yang kita jual sebagai kebutuhan operasional karyawan yang bekerja di tempat kita,” tuturnya.
Afriandi menyatakan termotivasi melanjutkan pengelolaan Pabrik Kilang Kopi Aman Biren yang telah berdiri hampir satu abad itu selain juga untuk menjaga marwah keluarga. Pabrik ini merupakan legacy dari kakeknya, Aman Biren, sehingga akan terkesan naif baginya jika tidak melanjutkan usaha tersebut dan lebih maju lagi.
“Pabrik ini legacy dari kakek kami. Beliau dulu tidak sempat menikmati duduk di bangku sekolah untuk memperjuangkan pabrik ini. Kenapa sekarang kita yang sudah mencapai pendidikan Magister (S2) perguruan tinggi tidak melanjutkan usaha ini, kan naif sekali rasanya,” kata dia.
Di sisi lain, Afriandi menyampaikan bahwa Pabrik Kilang Kopi Aman Biren tidak hanya berdampak positif untuknya, tetapi juga membawa keberkahan bagi masyarakat sekitar. Afriandi kerap menyerap tenaga kerja lokal di daerah setempat untuk membantu operasional Pabrik Kilang Kopi Aman Biren.
“Terkadang ketika ada kegiatan untuk menyortir biji kopi secara manual itu juga melibatkan kaum ibu-ibu sekitar. Jadi ada banyak yang terbantukan dengan eksisnya pabrik kita ini,” jelasnya.
Untuk ke depan, Afriandi berharap pabriknya bisa beroperasi lebih maksimal lagi. Ia berharap pabriknya bisa mengolah dari ceri kopi hingga ke tahap proses akhir. Untuk itu, dibutuhkan beberapa fasilitas baru seperti gudang penyimpanan hingga green house untuk mengeringkan kopi karena musim panen kopi musim penghujan untuk menjaga kualitas kopi pasca panen.
Afriandi juga berharap kedepannya bisa memiliki mesin sutton yang bisa menyortir biji kopi. Dirinya juga berharap kedepan bisa memiliki mesin roasting untuk prosesing pengolahan kopi lebih lanjut sehingga ada yang kita jual sebagian sudah menjadi bubuk kopi untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Ia juga berharap kedepannya mendapatkan buyer yang menjanjikan untuk pembelian kopi kami.
“Kalau bicara impian tidak ada habisnya memang. Namun secara perlahan akan kita raih itu semua untuk menjadikan pabrik kita ini lebih besar dari yang ada sekarang,” imbuhnya.
Selain itu, Afriandi juga mengapresiasi kehadiran Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Aceh yang selama ini telah mengadakan seminar-seminar kewirausahaan. Ia berharap agar pemerintah secara kontinyu bisa terus mendampingi pelaku-pelaku usaha seperti dirinya dalam membangkitkan bisnis usaha.
“Kita terbantu, kita berharap agar pemerintah menambahkan tindak lanjutnya dalam mendampingi pelaku-pelaku usaha seperti kami sehingga bisa ekspor kalau bisa via pelabuhan yang ada di Aceh agar PAD-nya nanti yang mendapatkanya adalah Pemerintah Aceh,” pungkasnya. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News