Jalan Dakwah ISKADA

Ketum DPP ISKADA Aceh, Azwir Nazar. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM – Pada hari ini, Minggu, 1 Muharram 1446 H, menjadi momentum sejarah kelahiran Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA). Lebih 50 tahun ISKADA yang berbasis di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh membina, melaksanakan, dan mengembangkan dakwah Islamiyah khususnya di bumi Aceh.

banner 72x960

Bila dilihat rekam jejak dan perjalanan sejarah, maka ISKADA menjadi salah satu organisasi ‘tua’ di Aceh. Kelahiran ISKADA yang diinisiasi oleh para ulama dan tokoh Aceh sangat penting untuk ditulis dengan tinta emas sejarah.

Betapa tidak, pada era 1970-an, kondisi generasi muda Aceh sedang mengalami degradasi moral cukup parah. Pengaruh budaya luar yang merusak seperti brosur pornografi, tawuran antar pelajar, dan kenakalan remaja sangat marak merasuki generasi muda.

Kerisauan para orangtua masa itu telah sampai di telinga kaum ulama dan tokoh Aceh terutama yang berada di Kutaradja. Melalui Latihan Pidato Darussalam (LAPIDA), mulailah direkrut para siswa teladan dan berprestasi di sekolah sekolah untuk dilatih menjadi kader muballigh/ah. Selanjutnya tiap sekolah SMA/SMK dipilih lima siswa terbaik untuk dilatih menjadi dai muda.

Para siswa teladan yang berjumlah 65 orang tersebut dibina selama setahun di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Setelah dirasakan manfaat luar biasa, munculah ikhtiar dan inisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga dakwah islamiyah yang bernama ISKADA hingga saat ini.

Kelahiran ISKADA berangkat dari sebuah tonggak sejarah penting akan kekhawatiran para ulama dan orangtua Aceh terhadap nasib dan masa depan generasi muda. Makanya sejak tahun 1970-an, ISKADA yang lahir dari rahim ulama dan tokoh Aceh ini senantiasa berpusat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagai ikon dan spirit dakwah Islamiyah di Asia Tenggara.

Sejarah mencatat beberapa tokoh penting kelahiran ISKADA diantaranya Prof Tgk H Aly Hasyimy (Gubernur Aceh), Tgk H Abdullah Ujong Rimba (Ketua MUI Aceh), Drs Tgk H A Rahman Kaoy (Tokoh Adat/Sejarah), Drs Tgk H Sofyan Hamzah (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman), dan Drs Tgk H Zaini Bakri (Bupati Aceh Besar pertama).

Tokoh lima serangkai ini menjadi lokomotif lahirnya gagasan besar untuk membina generasi islam Aceh supaya selamat dan sukses dunia akhirat.

Para ulama dan tokoh Aceh tersebut mendedikasikan ISKADA untuk membina, melaksanakan dan mengembangkan dakwah Islamiyah.

Sebelumnya cikal bakal kelahiran ISKADA berawal dari pembinaan secara khusus para siswa berprestasi oleh Lembaga Dakwah Dewan Mahasiswa IAIN Ar-Raniry  (LDDMI) Banda Aceh pada periode 1969-1972 dengan tujuan pokok melaksanakan  “Amar Makruf Nahi Mungkar “ sehingga wawasan dan komitmen  ISKADA bersifat universal  dan rahmatan lil’alamin.

Baru pada 1 Muharram  1393 H bertepatan  dengan tanggal 5 Februari 1973 M menjadi momentum lahirnya ISKADA secara resmi yang memiliki cita-cita untuk menjalankan misi dakwah.

Sebagai organisasi dakwah dan keumatan, ISKADA telah berhasil melahirkan para tokoh dakwah maupun mubaligh terkenal.

Tak saja mereka yang menjadi penceramah di masjid dan di mimbar dakwah di Aceh, tapi juga akademisi bergelar profesor dan doktor bertaburan seiring setengah abad ISKADA.

Dalam konteks kebangsaan, ISKADA juga menjadi organisasi yang cinta negara karena dakwahnya rahmatan lil’alamin dan merangkul semua kalangan.

ISKADA menjadi organisasi independen dan fokus pembinaan generasi muda. Meski ada tokoh ISKADA berkiprah di dunia politik, tapi ISKADA sebagai institusi tetap terjaga kemurniannya sebagai organisasi umat.

Di tengah jepitan pengaruh globalisasi dan cepatnya perkembangan zaman, ISKADA harus tetap eksis terutama menyongsong Indonesia emas 2045.

Sebagai organisasi ‘tua’, berbagai tantangan di hadapan tak dapat dipungkiri. Apalagi munculnya banyak komunitas dan organisasi dakwah di era digital yang cukup ramai dengan basis media sosial sebagai platform kampanye dan aktivitas.

Di sisi lain, era teknologi dan globalisasi telah mempengaruhi segala sisi kehidupan. Perubahan perilaku dan kebiasaan masyarakat berlangsung begitu cepat. Kita perlu lebih banyak bergandeng tangan untuk membina dan merangkul generasi muda menjadi lebih baik dan produktif.

Untuk itu dalam perjalanan setengah abad ISKADA, kita patut merenungi kembali pengabdian dan perjuangan jalan dakwah ISKADA, kita kembali teringat kerisauan para ulama dan orangtua kita dahulu untuk terus menerus dan senantiasa kita berikhtiar menjaga generasi Islam ini tetap menjadi generasi qurani yang sehat lahir batinnya serta menjadi penerus risalah dakwah Islamiyah di bumi Aceh yang tercinta.

Penulis: Azwir Nazar

Ketua Umum DPP ISKADA Aceh

Komentar Facebook